PENGGUNAAN TEKNIK PEMBELAJARAN REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS X MIA 1 MAN 2 TULUNGAGUNG

1.081 Lihat

PENGGUNAAN TEKNIK PEMBELAJARAN REKA CERITA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS X MIA 1 MAN 2 TULUNGAGUNG

Luthfi Su’aidah

Universitas Negeri Malang

luthfisss17@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemahiran siswa dalam keterampilan berbicara (maharah kalaam) bahasa Arab bagi siswa MAN 2 Tulungagung. Teknik reka cerita gambar yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memandu dan memudahkan siswa dalam keterampilan berbicara dalam tema tertentu. Penelitian ini dilatar belakangi oleh siswa yang banyak menemui kesulitan dalam berbicara maupun menghafal mufrodat karena teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar keterampilan berbicara belum sesuai. Rancangan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami dan hal tersebut merupakan karakteristik tersendiri dari PTK. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung. Penelitian ini menggunakan sistem siklus yang tahapannya diadopsi dari Kemmis and Taggart yaitu (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan Tindakan; (3) Observasi (pengamatan); dan (4) Refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemahiran berbicara bahasa Arab siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung baik dari aspek maupun hasil meningkat dengan media gambar dan menggunakan teknik reka cerita gambar.

Kata kunci: berbicara, PTK, bahasa Arab, reka cerita, gambar.

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat utama berkomunikasi. Menurut Chaer (2012:53) bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah  lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.

Dalam pembelajaran bahasa Arab ini tidak sedikit peserta didik yang merasa kesulitan. Menurut Munir (2017:7) belajar bahasa asing lebih sulit daripada belajar bahasa ibu. Sedangkan menurut Agratama (2016:1) bahasa Arab merupakan salah satu dari sepuluh bahasa tersulit di dunia karena tingkat kompleksitasnya tinggi. Bahasa Arab bukanlah bahasa yang mudah dipahami oleh kalangan pembelajar orang-orang non-Arab karena keragaman strukturnya,  serta kurangnya variasi teknik dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas.

Pembelajaran bahasa Arab biasanya lebih mengedepankan ketrampilan membaca sehingga ketrampilan lain seperti ketrampilan berbicara kurang diperhatikan. Menurut Munir (2017:67) guru sangat penting peranannya dalam mengatur materi apa saja yang akan disampaikan karena pengajaran bahasa tidak cukup menggunakan metode ceramah saja, melainkan membutuhkan teknik dan media pembelajaran agar setiap kosakata asing bisa melekat dalam pemahaman peserta didik. Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat empat ketrampilan yang harus dipelajari, yaitu : menyimak (maharatul istima’), membaca (maharatul qiro’ah), berbicara (maharatul kalam), dan menulis (maharatul kitabah).

Ketrampilan berbicara sangat penting dalam pembelajaran bahasa karena tanpa adanya latihan dalam ketrampilan berbicara, guru tidak bisa mengetahui sejauh mana seorang peserta didik dapat memahami dan mempraktekkan suatu bahasa terutama bahasa Arab. Berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade) Tarigan (2008).

Menurut Setyonegoro (2013), manusia berbicara bukan sekedar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi berimplikasi bahwa kemahiran berbicara menjadi tolak ukur seseorang dalam berkomunikasi. Kerangka berpikir ditunjukkan melalui keruntutan bunyi-bunyi tuturan artikulasi ketika berbicara maupun memberikan respon atas pembicaraan orang lain.

Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Agar orang lain dapat menangkap dan memahami apa yang diungkapkan secara lisan, seseorang perlu mematuhi rambu-rambu yang perlu dipenuhi, seperti pembicara perlu memiliki suatu pesan, masalah, atau topik tertentu yang ingin disampaikan kepada mereka yang mendengarkannya, sekurang-kurangnya untuk sekedar dipahami, ada kalanya untuk ditanggapi (Djiwandono, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Pertiwi 2011, menyatakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan pemindahan pesan dari pembicara kepada pendengar.

Teknik pembelajaran sangat erat kaitannya dengan metode dan media pembelajaran. Menurut Effendy (2012:104) teknik adalah pelaksanaan operasional suatu metode dalam kegiatan proses belajar-mengajar. Menurut Hamid, dkk (2008:4) teknik pengajaran merupakan operasional metode,  berupa rencana, aturan-aturan, langkah-langkah, serta sarana dalam praktek akan diperankan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas guna mencapai dan merealisasikan tujuan pembelajaran. Menurut Effendy (2012) ada beberapa model latihan berbicara antara lain latihan asosiasi dan identifikasi, latihan pola kalimat, latihan percakapan (tanya jawab, menghafal model dialog, percakapan terpimpin, dan percakapan bebas), bercerita, diskusi, wawancara, drama, dan berpidato.

REKA CERITA GAMBAR

  1. Konsep Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Menururt KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi. Menurut Asrori & Ahsanuddin (2016:6) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk menjadikan siswa belajar dan memperoleh keterampilan tertentu atau segala sesuatu yang membantu siswa memahami dan menguasai materi pelajaran. Menurut Rosyidi (2009:28) secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa untuk belajar (Arsyad, 2011).

Media pembelajaran berdasarkan indera penyerap dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu media audio, media visual, media audio-visual dan multimedia. Media gambar termasuk dalam media visual karena media gambar mengarahkan informasi kepada indera penglihat Asrori & Ahsanuddin (2016). Dalam gambar ini terdapat informasi-informasi yang bisa mendorong siswa untuk menceritakan suatu cerita dalam gambar tersebut. Hal ini berdasarkan pendapat Tarigan (dalam Anzani 2016)  bahwa gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar yang membentuk suatu cerita, misalnya gambar anak yang sedang membaca buku, gambar meja belajar, majalah, dan lain-lain yang disusun atau digabungkan menjadi satu kesatuan agar siswa dapat menerka-nerka atau mereka-reka apa maksud atau cerita di balik gambar-gambar tersebut sesuai dengan tema yang sedang dipelajari.

  1. Hubungan Reka Cerita dengan Gambar

Menurut Asrori & Ahsanuddin (2016:137), pada tahap latihan berbicara, siswa berusaha mengungkapkan suatu gagasan tertentu dalam tuturan lisan baik deskriptif, naratif, maupun dialog dan media yang dapat digunakan untuk latihan lisan adalah gambar berangkai, gambar tematik, ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Jadi, gambar berangkai dalam penelitian ini sangat erat kaitannya dengan reka cerita karena kegiatan reka cerita menggunakan media gambar yang sesuai dengan tema yang sedang dipelajari. Sehingga siswa dapat berfikir kreatif tentang informasi-informasi yang ada dalam gambar-gambar berangkai tersebut.

Selain untuk mendorong siswa berfikir kreatif, media gambar dapat menghindarkan siswa dari rasa bosan dan sikap yang pasif ketika pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung. Kegiatan reka cerita gambar ini juga dapat digunakan guru sebagai ukuran pemahaman siswa terhadap kosakata-kosakata yang telah dipelajari.

Menurut Mustofa (2011:157) pembelajaran keterampilan berbicara tidak selalu harus dalam bentuk hiwar. Banyak teknik-teknik dan strategi lain yang lebih inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran agar siswa lebih efektif memahami pelajaran, salah satunya dengan teknik reka cerita, dan menggunakan media gambar. Tetapi perlu diingat bahwa dalam pembelajaran keterampilan berbicara seorang pengajar hendaknya tidak terlalu sering menyalahkan atau membenarkan praktik berbicara siswa, hal ini dilakukan semata-mata agar siswa tumbuh rasa percaya dirinya dengan sempurna (Mustofa, 2011)

  1. Pengertian Reka Cerita Gambar

Model pembelajaran reka cerita gambar adalah pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan, terpisah, maupun gambar seri yang berurutan. Dalam pengajaran bahasa asing, gambar garis dapat pula digunakan untuk mendorong dan menstimulasi pengungkapan gagasan siswa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Menurut Arsyad (dalam Istikomah, 2014) gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita disajikan secara berurutan. Siswa berlatih mengungkapkan adegan dan kegiatan kegiatan tersebut yang apabila dirangkaikan akan menjadi suatu cerita. Gambar-gambar tersebut dapat digunakan pada media kartu kecil atau lembaran kertas yang berisi gambar yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu serta memberi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan.

Untuk diingat, bahwa reka cerita gambar ini sebagai sarana pembantu dalam pengajaran bahasa Arab, bukan “tujuan” dalam pembelajaran (Rosyidi, 2009) sehingga yang perlu diperhatikan adalah isi dari informasi yang disampaikan oleh siswa secara lisan, bukan serta merta menggunakan media ini untuk semua keterampilan berbahasa yang lain.

Seperti teknik-teknik pembelajaran lainnya, teknik reka cerita gambar ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya antara lain: (a) menarik minat siswa karena rasa penasaran kepada gambar, (b) mudah dibawa kamana saja karena media dibuat di atas kertas, (c) melatih kreativitas siswa, dan (d) menambah pengetahuan kosakata yang dimiliki siswa. Adapun kekurangannya antara lain: (a) setelah pembelajaran mungkin sudah tidak terpakai, (b) minat belajar siswa tidak lebih tinggi daripada menggunakan media yang 3 dimensi lain.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni meningkatkan hasil belajar berbicara bahasa Arab siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung menggunakan teknik pembelajaran reka cerita gambar, maka rancangan pelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto dkk (2016:194) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami. Hal tersebut merupakan karakteristik tersendiri dari PTK. Peran peneliti disini adalah sebagai guru atau praktikan yang mempraktikkan teknik pembelajaran di dalam kelas.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan, subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian 32 orang. Dalam pelaksanaannya, peneliti dibantu oleh satu orang guru bahasa Arab dan seorang teman kolaboratif sebagai observer yang bertugas membantu peneliti merekam proses pembelajaran dan sekaligus sebagai mitra untuk membuat perencanaan tindakan.

Penelitian ini menggunakan sistem siklus yang tahapannya diadopsi dari Kemmis dan Taggart (dalam Ainin 2014), yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi (pengamatan), dan (4) Refleksi.

Data penelitian merupakan seperangkat informasi atau fakta yang menjadi objek atau subjek penelitian. Dilihat dari jenisnya, data dalam PTK dapat dikelompokkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka atau skor, misalnya skor hasil belajar, skor tentang minat siswa, skor tentang sikap siswa dalam mengikuti  pembelajaran bahasa  Arab. Sementara itu, data kualitatif adalah adalah suatu data atau fakta yang terkait dengan perilaku, khususnya perilaku pembelajaran yang terjadi di kelas (Ainin, 2013:73). Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif berupa respon siswa terhadap pembelajaran berbicara bahasa Arab dengan teknik pembelajaran reka cerita gambar. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes berbicara  bahasa Arab (pre-test dan post-test) siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung dan pemahaman siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung terhadap pembelajaran berbicara bahasa Arab dengan teknik pembelajaran reka cerita gambar.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Wawancara, (2) Observasi, (3) Tes, dan (4) Penyebaran angket. Instrument  yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) pedoman wawancara; (2) lembar observasi; 3) tes; dan (4) angket.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.Analisis kualitatif digunakan terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab menggunakan teknik reka cerita gambar yang diperoleh dari hasil observasi yang diskorkan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan terhadap peningkatan pemerolehan skor kosakata bahasa Arab yang diperoleh dari hasil tes siswa.Skor hasil belajar siswa dapat diketahui dengan membandingkan skor pencapaian pada siklus 1 dan siklus 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pembelajaran kalam ini diawali dengan memperkenalkan flashcard yang berisi gambar sesuai dengan tema, kemudian siswa diberi 2 gambar yang berhubungan dan membuat satu kalimat sederhana. Kegiatan ini berlangsung pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua, siswa berkelompok untuk berlatih membuat cerita dari susunan gambar yang telah disediakan oleh guru dan di akhir pertemuan, setiap kelompok menceritakan hasil cerita yang telah dibuat dan diperhatikan oleh kelompok lain. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada tema dan kegiatan berkelompok. Jika dalam siklus I susunan gambar sudah disediakan oleh guru, maka dalam siklus II kegiatan berkelompok memilih sendiri gambar yang mereka inginkan agar mufrodat yang mereka kemukakan lebih beragam.

Pada kegiatan  pre-test, sebanyak 15 dari 22 siswa tidak tuntas dengan  nilai di bawah 75, sedangkan 7 sisanya tuntas dengan nilai di atas 75. Nilai pre-test yang dilaksanakan di kelas X MIA 1 ini mencapai rata-rata 63,4 dan belum memenuhi Standar Kelulusan Minimal (SKM).

Setelah diterapkan teknik reka cerita gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung, maka diperoleh data hasil peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab dari hasil post test I yang telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Juli 2019 pada akhir pertemuan siklus I dengan jumlah 32 siswa.

Hasil post test siklus I menunjukkan bahwa siswa mencapai skor rata-rata 70 dan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 40,6%. Nilai tersebut belum mencapai standar ketuntasan minimal (SKM). Pada siklus ini, terdapat 12 siswa yang tuntas dan 19 siswa belum tuntas dalam pembelajaran ini. Permasalahan 19 siswa yang belum tuntas ini rata-rata karena daya konsentrasi dan penguasaan kosakata mereka rendah sehingga peneliti  perlu memberi perhatian lebih kepada mereka untuk meningkatkan konsentrasi dan penguasaan kosakata bahasa Arab siswa. Setelah diterapkan teknik reka cerita gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas X MIA 1 MAN 2 Tulungagung, maka diperoleh data hasil peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab dari hasil post test II yang telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 Juli 2019 pada akhir pertemuan siklus II dengan berjumlah 31 siswa.

Hasil post test pada siklus II menunjukkan bahwa siswa mencapai skor rata-rata 81,93 dan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 87%. Nilai tersebut telah mencapai standar ketuntasan maksimal (SKM). Pada siklus ini, terjadi peningkatan dalam pembelajaran berbicara bahasa Arab dengan menerapkan teknik reka cerita gambar. Seluruh siswa rata-rata telah mencapai nilai diatas standar ketuntasan minimal yaitu 75. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X MIA 1 telah tuntas dalam pembelajaran berbicara bahasa Arab dengan menerapkan teknik reka cerita gambar.

Sebelum tindakan, siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar 63,4 dan persentase ketuntasan hanya 31%. Pada akhir siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 70 dengan persentase ketuntasan sebesar 40,6%. Kemudian pada akhir siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 81,93 dengan persentase ketuntasan sebesar  87%. Peningkatan hasil belajar tersebut membuktikan bahwa dengan menerapkan teknik reka cerita gambar dapat meningkatkan penguasaan berbicara bahasa Arab siswa. Adapun klasifikasi keberhasilan dalam penelitian ini yaitu mendapatkan kategori baik.

SARAN DAN KESIMPULAN

Kesimpulan

Penggunaan media gambar dan teknik reka cerita terbukti dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa dan meningkatkan minat dalam pembelajaran bahasa Arab terutama dalam keterampilan berbicara, serta menambah  berbagai macam kosakata dari latihan latihan mufrodat dari gambar satuan.

Saran

Pemaparan dalam tulisan ini masih sangat jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan. Sebagai pengajar bahasa Arab sebaiknya dapat lebih kreatif dalam mengembangkan teknik, metode, serta media pembelajaran sehingga bahasa Arab lebih diminati oleh pembelajar non-Arab.

 

 

DAFTAR RUJUKAN

Agratama, Efranjy. 2016. Mudah Belajar Bahasa Arab. Jakarta: PT. Grasindo.

Ainin, Moh, 2014. Metodologi Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: CV. BINTANG SEJAHTERA.

Anzani, Hani Dwi. 2016. Pembelajaran Reka Cerita Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama. Jurnal Riksa Bahasa. 02/2016.

Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asrori Imam & Ahsanuddin Moh. 2016 Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: CV. BINTANG SEJAHTERA.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djiwandono, M. Soenardi. 2011. Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Penerbit Indeks

Effendy, Ahmad Fuad, 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.  Malang: MISYKAT.

Hamid, Abdul dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang: UIN Malang Press.

Istikomah, Baeti. 2014.  Efektivitas Media Kartu Gambar Reka Cerita Bagi Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Arab Siswa Kelas XI MAN 1 Banjarnegara Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Munir. 2017. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN MALIKI PRESS

Pertiwi, Ajeng Melia. 2011. Penerapan Permainan “Tebak Kata” Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII SMPI 01 Pujon. Skripsi tidak diterbitkan: Malang: Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang.

Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Press.

Setyonegoro, Agus. 2013. Hakikat, Alasan, Dan Tujuan Berbicara: Dasar Pembangun Kemampuan Berbicara Mahasiswa. Jurnal Pena. 03/1.2013

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *