MAKALAH
Sumber Ajaran Skhlak
Dosen Pengampu :
Satrio M.A
Disusun Oleh :
Devi anggraini ( 201491 )
Budiman ( 201585 )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
T.A 2021
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN 3
Latar belakang 3
Pendahuluan 3
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan penulisan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Menurut al-Qur’an dan al-Hadis 5
B. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Akhlak 7
C. Hadis-hadis yang Berkaitan dengan Akhlak 9
D. Al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Akhlak Islami 11
BAB III 13
PENUTUP 13
Kesimpulan 13
Daftar pustaka 14
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, semoga kita dapat menggunakannya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya. Alhamdulillah, atas izinnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah akhak tasawuf dengan judul “sumber ajaran akhlak” yang diberikan beberapa waktu yang lalu.
Meski telah disusun secara semaksimal mungkin, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu pembaca dalam memahami apa saja Model-model Pendidikan Islam yang diterapkan pada masa Rasulullah SAW. Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya ini, terima kasih.
BINTAN, 17 Mei 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
A. Pendahuluan
Dalam Agama Islam. Bidang moral menempati posisi yang Penting sekali. Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam, disamping Aqidah dan syariah, sehingga dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa Manusia untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tünggi. Dengan Akhlak akan dilihat corak dan hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan Akhlak akan dilihat corak dan hakekat manusia yang sebenarnya.
Artinya: “Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan
(H.R. Ahmad).
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran Yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat Yang pada saat itu dalam kejahiliaan. Dimana mannusia mengagungkan Hawa nafsu, dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Inilah yang Menjadi alasan kenapa akhlak menjadi syarat penyempurna keimanan Seorang karena keimanan yang sempurna yaitu mampu menjad power Kebaikan dalam diri seorang baik secara vertikal maupun horizontal. Artinya, keimanan yang mampu menggerakkan seseorang untuk Scnantiasa berbuat baik kcpada scsama manusia. Dalam proses tersebut tersimpul indikator bahwa akhlak yang Berdasar pada al-Qur’an dan al-Hadis merupakan penuntun bagi umat Manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian yang paripurna. Maka, Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlak yang Baik sangat tepat bagi anak remaja agar tidak mengalami penyimpangan Seperti yang rentan terjadi akhir-akhir ini.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai Usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan Menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan Baik dan dilaksanakan dengan sungguh- sungguh. Potensi rohaniah yang Ada dalam diri manusia dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan Yang tepat sesuai tuntunan agama Islam. Dalam hal ini, agama Islam memiliki dua dasar dalam membina Akhlak dan dalam melakukan perbuatannya sehari-hari, dua dasar tersebut Adalah al-Qur’ an dan al-Hadis. Dinyatakan dalam Hadis Rasulullah SAW.
Artinya: “IDari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW.: Telah ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu Berpegang pada keduuanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan Sunnah Rosul-Nya’
Dengan demikian diketahui bahwa dasar-dasar atau pegangan Orang Islam adalah al-Qur’an dan al-fladis yang mana orang yang Berakhlak dan melakukan syariat-syariat Islam sesuai dengan Al-Qur’an
Dan Al-Hadis maka orang itu tidak akan merugi baik di dunia dan akhirat.
B. Rumusan masalah
Apa Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Menurut al-Qur’an dan al-Hadis?
Apa saja Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Akhlak?
Apa saja Hadis-hadis yang Berkaitan dengan Akhlak?
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Menurut al-Qur’an dan al-Hadis
Untuk mengetahui Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Akhlak
Untuk mengetahui Hadis-hadis yang Berkaitan dengan Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Menurut al-Qur’an dan al-Hadis
Akhlak bersumber pada al-Qur’an yang tidak diragukan lagi Keasliannya dan kebenarannya, dengan Nabi Muhammad SAW.. sebagai The living Qur an. Akhlak Islam adalah scbagai alat untuk mengontrol Semua perbuatan manusia, dan setiap perbuatan manusia diukur dengan Suatu sumber yaitu a-Qur an dan as-Sunnah. Dengan demikian, manusia harus selalu mendasarkan pada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak.
A-Qur an ini merupakan ensiIklopecdi kOnsep normatit umum. Untuk memperjelas, memperluas dan menjabarkannya, baik secara konseptual maupun praktis, sumber kedua dipakai yaitu as-Sunnah. Dalam bahasa teknisnya, meneladani pemikiran ulama, selama masih bersumber kepada al-Qur’an dan al-Hadis yang shahih, atau sekurang- kurangnya tidak bertentangan langsung atau tidak langsung terhadap kedua sumber tersebut, dapat saja dipakai untuk memperluas, memperdalam, memperjelas dan memperlancar pengembangan konseptual tentang akhlak dan pengamalannya secara fungsional”. Pemikiran di atas pada hakekatnya merupakan data kesejarahan bagaimana umat yang iman kepada al-Qur’an dan al-Hadis bergulat dengan kedua sumber otentik tersebut. Karena itu layak juga dipertimbangkan. Sementara itu, untuk menyusun klaster dari konsep- konsep normatif akhlak yang begitu banyak termuat dalam al-Qur’an dan al-Hadis, sebenarnya tidak ada patokan yang baku. Namun sebagai ancar- ancar, penyusunan klaster tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor- faktor: (1) penguasaan makna yang tersurat dan tersirat dari kedua Sumber (al-Qur’an dan al-Hadis); (2) keluasan wawasan penyusunan klaster. Untuk memberikan ilustrasi konkrit tentang peluang luas untuk menentukan sendiri model-model klaster dari konsep-konsep normaif akhlak tersebut, secara garis besar sebagai berikut. (1) al- akhlāqut mahmüdah; (2) al-akhlāqul madzmümah; (3) mahabbalh: (4) adab-adab. Juga rumusan yang lain: (1) akhlak terhadap Allah SWT; (2) akhlak terhadap Rasulullah SAW.: (3) akhlak dalam keluarga; (5) akhlak bermasyarakat; dan (6) akhlak bernegara. Sementara itu, Muhammad Abdullah Draz” dalam kitabnya Dusiir al-Akhlāq ji al-Islām memberikan modcl-model klaster dari konsep normatif akhlak kepada lima bagian. yaitu: 1) Akhlak Pribadi (al- akhlaq alfardiyah). Terdiri dari: (a) yang diperintahkan (al-awunir); (b) yang dilarang (an-nawahi); (c) yang dibolehkan (al-mubahat); dan (d) akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhtirar). 2) Akhlak Berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah). Terdiri dari: (a) kewajiban timbal balik orangtua dan anak (wajibat nahwu al-usul wa al-furu”); (6) kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwaj); dan (c) kewajiban terhadap kerabat karib (wajibat nahwa al-aqarib). 3) Akhlak Bermasyarakat (ul-ukhlaq al-ijtinmaiyyah). Terdiri dari: (a) yang dilarang (al-mahzural); (b) yang diperintahkan (al-awamir); dan (c) kaedah- kaedah adab (qawaid al-adab). 4) Akhlak Bernegara (al-akhlaq al- daulah). Terdiri dari: (a) hubungan antara pemimpin dan rakyal (al- alaqah baina ar-rais wa usy-sya ‘b); dan (b) hubungan luar negeri (ul- alaqat al-kharijiyyah). 5) Akhlak Beragama (al-akhlaq al-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah SWT. (wajibat nahwa Allah). A-Qur’an adalah kitab petunjuk mengenai akhlak yang urní menerangkan norma, keagamaan dan kesusilaan yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan secara individu dan kolektif, sebagaimana firman Alah SWT, dalam QS. Al-Isra [17]: 9:
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepadu (jalan) yang lurus dan memberi khabar genmbira pada orang- orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bugi mereka pahala yang besar Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan al-Qur an adalah memberikan petunjuk kepada manusia.
Tujuan ini akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal manusia dengan akidah-akidah yang benar dan akhlak yang mulia, serta mengarahkan tingkah laku mereka kepada perbuatan yang baik”, sehingga aktualisasi nilai-nilai al-Qur an menjadi sangat penting, karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiriso, Menurut Rahman”, bahwa di dalam al-Qur’an mengandung dasar-dasar ajaran moral atau akhlak. Ajaran moral atau akhlak merupakan inti dari ajaran al-Qur’an. Ta menulis: We have repeatedly emphasized that the basic elan of the Qur an is moral and we have pointed to the ideas of social and economic justice that immediately followed from it in the Qur ‘an. Di dalam tulisannya yang lain, Rahman menjelaskan bahwa akhlak tersebut menekankan pada keadilan sosial dala bidang ekonomi dan egalitarianisme (anggapan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan sama atau sederajat). Keadilan dan egalitarianisme ini nampak pada setiap ayat di dalam al-Qur’an. Bahkan ajaran ukun Islam yang lima sekalipun sasaran akhirnya adalah komunitas yang berkeadilan sosial dan berprinsip egalitarianisme. Sebagai contoh adalah salat, yang biasanya dikategorikan sebagai ibadah yang sangat murni dan juga individual. Salat diwajibkan kepada setiap Muslim, tanpa dilîhat status sosialnya. Dispensasi salat, seperti rukhsah dan lain-lain. juga diberikan bukan atas dasar kedudukan sOsial, namun lebih atas dasar kondisi fisik atau psikis tanpa melihat masalah status sosial, keturunan atau ekonomi. Sementara zakat jelas sekali muatan keadilan sosialnya. Memang sering nilai uang mempunyai peranan kelika bisa dijadikan alat untuk mengganti kewajiban tertentu, ketika seseorang sama sekali tidak mampu menjalankannya seperti ajaran fidyah, kaffarah, atau lainnya. Namun, itu semua bisa dipahami justru nilai keadilan sosialnya lebih kentara. Artinya, kewajiban pribadi, yang semula hanya kembali kepada pribadinya, bisa beralih menjadi kemanfaatan kepada sosial. Sementara itu, Al-Hadis, oleh para ahli imam, disepakati sebagai Sumber hukum Islam terdapat di dalam AI-Qur’an. Sebagaimana Difirmankan Allah SWT. Dalam QS. Al-Nisa [4]: 64,
Artinya: “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan Untuk ditaati dengan seizin-Nya”. Ketentuan tersebut scjalan dengan firman Allah SWT., bahwa Dalam pribadi Rasulullah SAW.. terkandung akhlak mulia, yang tentunya Menjadi teladan bagi umat manusia . jadi jelaslah bahwa hadis Merupakan alternatil kedua sctelah al-Qur’an yang akan memberīkan Ketentuan hidup kepada manusia di dalam berbagai bidang kehidupan Termasuk di dalamnya pula tuntunan tentang pendidikan akhlak dan Hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan dengan sesama Manusia dan dengan alam sekitarnya. Al-Qur ‘an sehagai sumber hukum pertama dan utama, Kebenarannya bersifat mutlak, karena ia merupakan wahyu yang berupa Firman-firman Allah SWT., yang kcbenarannya dijamin olch Allah SWT. Sendiri, sedangkan al-Qur’an sebagai sumber hukum kedua merupakan Penjelas dari al-Qur an. Di sinilah terletak pentingnya fungsi Hadis Terhadap al-Qur’an, yakni menjelaskan yang mubham, merinCi yang Nembatasi yang mutlaq, mengkhususkan yang unum dan Menguraikan hukum-hukum dan tujuan-tujuannya”. Dengan demikian, Al-Qur’an dan Hadis menjadi sumber pembentukan hukum Tslam, Sehingga syariat tidak mungkin dipahami tanpa merujuk pada keduanya. Para ulama, menurut Ajjaj al-Khatib, telah sepakat mengenai dua Macam fungsi hadis terhadap al-Qur an, yakni sebagai penguat dan Penafsir, meskipun mereka tidak sepakat mengenai fungsi ketiganya, Yaitu sebagai penelap hukum menyangkut perkara-perkara yang udak Disinggung dalam al-Qur’an. Selain itu, fungsi Hadis terhadapp al- Qur an bukan menghapus (mansukh) melainkan sebatas membuat Perintah umum al-Qur’an menjadi lebih khusus”. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa al-Qur’an selain sebagai Penjelas peran as-Sunnah, juga sebagai penegas lebih lanjut tentang Ketentuan yang terdapat dalam al-Qur an. Tanpa as-Sunnah sebagian Besar isi al-Qur’an akan tersembunyi dari mata manusia.
B. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Akhlak
A1-Qur’ an merupakan dasar agama Islam yang di dalamnya Termasuk “Akhlak lslam. Beberapa masalah yang timbul bisa Diselesaikan melalui al-Qur’an, scbagaimana salah satu fungsi al-Qur’an Yaitu schagai penentu keputusan juga sebagai pengarah mana akhlak yang Sebaiknya dilakukan. Karenanya ajaran akhlak yang berdasarkan al- Qur’an bersifat absolut dan universal serta mutlak, yakni tidak dapat Ditawar-tawar lagi dan akan berlangsung sepanjang zaman demikian juga Dengan al-Hadis.
Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rasulullah iaa Menjawab al-Qur’an”. Para sahabat terkenal scbagai penghafal al-Qur’an Kemudian menycbarkannya discrtai pengamalan atau penjiwaan terhadap Isinya. Mereka melakukan dan mengamalkan akhlak Rosulullah yaitu
Akhlak al-Qur’an. Dalam kitab al-Luma yang ditulis oleh Abi Nashr as-Siraj Ath-Thusi dikatakan bahwa dari al-Qur’an dan As-Sunnah itulahPara sufi pertama-tama mendasarkan pendapat mercka tentang moral danTingkah laku, kerinduan pada Ilahi, dan latihan-latihan rohaniyah (akhlak tasawut) mereka yang di susun demi terealisasinya tujuan kehidupan yang hakiki.
Akhlak Tasawufsebenarnya merupakan bagian dari penelaahan rahasia di balik teks-teks lIlahiah secara ringkas. al-Qur’an menjelaskan konsepsi akhlak tasawufdalam bentuk dorongan manusia untuk menjelajahi dan menundukkan hatinya. Serta tidak tergesa-gesa untuk puas pada aktifitas dan ritual yang bersifat lahiriah. Seperti dinyatakan dalam ayat berikut.
Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diurunkan Al-Kitah kepadaNya, kemudian berlalulah masa yan8 panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantaru mareke udalah orang-orang yang fasik” (Q.S. Al-Hadida [57]:16).
Ajaran Islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat akhlak lahiriyah dan batiniyah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan menimbulkan hati mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan akhlak-tasawufmendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an serta praktek kehidupan nabi (sunnah).
Hal itu ditfirmankan Allah dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 54:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantarakamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintainya, yang bersifat lemah lembut terhadap orang yang mukonin, yang bersifat kerus pada orung kafir, yang berjihad di jalan Aah, dan yang tidak taku kepada celaan orang yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha buas (pemberianNya) lagi muha mengetahui”. (QS. AL-Maidah: 54).
Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa berakhlak- Tasawufdengan bertaubat membersihkan diri dan selalu memohon ampun Kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan Kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu Ke dalam Surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari Ketika Allah tidak menghinakun Nabi dan orang-orang beriman bersuma Dengan dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di Sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan kami, Sempurnakeanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”, (Q. S. At Tahrim [66] :8).
Orang yang berakhlak berarti ia berilmu, tapi ilmu itu tergantung Orang yang memilikinya, ada yang baik dan ada yang buruk. Berarti Akhlak sangat berkaitan dengan ilmu. Apabila memiliki ilmu yang baik, Maka kemungkinan besar orang itu bisa berbuat kebaikan atau berakhlak Dengan baik. Sebab Allah SWT sangat memperhatikan orang-orang yang Berilmu, Allah memulai dangan Diri-Nya, lalu dengan malaikat setelah itu dengan para ahi imu, sungguh betapa tingginya kemuliaan, keutamaan dan kehormatan in”. Selain ayat-ayat di atas yang menjelaskan tentang akhlak, tentu masih banyak ayat-ayat al-Qur’ an yang berhubungan dengan akhlak, baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perinlah ilu, maupun larangan berakhlak yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyak ayat-ayat Al Qur’an tentang akhlak ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlak di dalam Islam. Secara spesifik berikut ini ayat-ayat Al-Qur an yang berkaitan dengan akhlak di antaranya sebagai berikut:_
No
Tema
Keterangan dalam al quran
1
Akhlak yang berhubungan dengan Allah
a. mentauhidkan Allah swt
Q.S. Al-khlas [112]: 1-4
b. takwa
Q.S. Al-Nisa |4]: 1
c. berdoa
Q.S. Al-Mu minun |23|: 60
d. dzikrillah
Q.S. Al-Baqarah [2]: 152
e. tawakal
Q.S. Ali Imran [3]: 28
2
Akhlak terhadap diri sendiri
a. sabar
Q.S. Al-Baqarah |2|: 155
b. syukur
Q.S. Al-Nahl [16]: 14
c. tawadhu
Q.S. Luqman [31): 18
d. benar
Q.5. Al-Taubah 191: 119
3
Akhlak terhadap Keluarga
a. Birrul walidain
Q.S. Al-Nisa [4]: 36
b. Adil terhadap saudara
Q.S. A1-Nahl [l6]: 90
c. Membina dan mendidik
Q.S. Al-Tahrim [66]: 6
d. memelihara keturunan
Q.S. al-Nahl [16]: 58-59
4
Akhlak terhadap masyarakat
a. khuwah/persaudaraan
Q.S. AL-Hujurat [49]: 10
b. ta’awun
Q.S. Al-Maidah [5]: 2
c. adil
Q.S. AL-Nisa [41: 58
d. Pemurah
Q.S. Ali Imran [3): 134
e. pemaaf
Q.s. Ali Turan [3]: 159
f. Menepaati janji
Q.8. AL-Isa [17}: 34
g. Musyawarah
Q.S. Asy-Syura [42]: 38
e. wasiat di dalam kelurga
Q.S. A1- Ashr [103]: 1-3
5
Akhlak terhadap alam
a. Memeperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
Q.S. Ali Imran [3]: 190
b. Memanfaatkan alam
Q.S. Yunus [10]: 101
C. Istighfar dan taubat
Q.S. Al-Rum [30]: 30
Semua ayat di atas dekat hubungannya dengan pendidikan akhlak, Dan tujuan bukanlah semata-mata menjauhkan diri dari neraka dan masuk Surga, tetapi tujuan yang di dalamnya terdapat dorongan bagi kepentingan Dan pembinaan akhlak yang menyangkut kepentingan masyarakat. Masyarakat yang baik dan bahagia adalah masyarakat yang para Anggolanya memiliki akhlak mulia dan budi pekerti luhur. Denagan Demikian Allah Swt. Memberikan Keridhaan-Nya.
C. Hadis-hadis yang Berkaitan dengan Akhlak
Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan Yang istimewa dan sangal penting. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hadis Yang berkaitan dengan akhlak, di antaranya yaitu Hadis tentang “keharusan seorang yang kecil menghomati yang besar. Penelusuran dalam kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi, bahwa hadis tersebut didapati dalam kitab Sahih al-Bukhar dan Sunan Ibnu Majah.” Demikian juga ada beberapa Hadis yang menjadi dasar akhlak, diantaranya riwayat yang menjclaskan bahwa Muhammad SAW. Setiap bulan Ramadhan bertahannus di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serla hakikal kebenaran ditengah-tengah keramaian hidup, selain itu ditemukan sejumlah Hadis yang memuat ajaran-ajaran akhlak-tasawuf, diantaranya adalah hadis-hadis berikut:
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Shalih dari Asy-Sya biy dari bu Burdah dari Abu Musa Ai Asy ariy radlialahu ‘anhu berkata, Nabi shailallahu alaihi wasullam bersabda: “Siapa saja dari seseorang yang memiliki seorang budak wanita latu mendididiknya dengan sebaik- baik pendidikan, kemudian dibebaskannya lalu dinikahinya maka baginya mnendapat dua pahala, dan siapa saija dari seorang hamba yang menunaikan hak Allah lan huk tuanya maka baginya mendapat dua pahala”.
Hadis di atas menyebutkan istilah lain akhlak adalah Ta ‘dib, Menurut Naquib al-Attas pengunaan ta ‘dib lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Akhlak, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasul. Ta dib berarti pengenalan, pengakuan yang secara berangsur-angsur Ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala Sesuatu dalam tatanan penciptaan sedimikian rupa, sehingga Membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan Keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaanya. Kata “addaba Yang juga berarti mendidik dan kata ta ‘dih yang berarti pendidikan adalah Diambil dari Hadis Nabi “Tuhanku telah mendidikku dan dengan Demikian menjadikan pendidikanku yang terbaik”.” Konsep ta aib yang digagas al-Attas adalah konsep pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan manusia beradab dalam arti yang Komprehensif. Pengertian konsep ini dibangun dari makna kata dasar Idaba dan derivasinya. Makna addaba dan derivasinya, bila maknanya
Dikaitkan satu sama lain, akan menunjukkan pengertian pendidikan yang Integralif. “ Di antara makna-makna tersebut adalah, kesopanan, Keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Makna ini identik dengan akhlak. Adab Juga secara konsisten dikaitkan dengan dunia sastra, yakni adab Dijelaskan sebagai pengetahuan tentang hal-hal yang indah yang Mencegah dari kesalahan-kesalahan.” Orang beradab menurut al-Attas adalah orang yang baik yaitu Orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan Yang Hak, memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya dan Orang lain dalam masyarakat, berupaya meningkatkan setiap aspek dalam Dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab. “ Maka Orang yang berakhlak dalam konsep ta’dib adalah berikap lembut, sopan, santun, dan beiringannya kebaikan rohani dan jasmani, kebaikan fisik dan metafisik, kebaikan materi dan immateri. Orientasinya adalah berbuat baik.
Dalam Hadis yang lain Rasulullah Saw.., bersabda:
Arinya: “Rusulullah SAW. bersubda: tukutiluh firasat orung mukmin karena ia memandang dengan nur Allah”.
Dalam Hadis lain,
Artinya:” Sembahlah Allah seolah-olah engkau metihatiNya, maka apbila engkau tidak dapat melihatNya, maka la pasti melihatmu. “(HR.
Bukhari dan Muslim)
Artinya:” Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya”.
Arunya:Aku adalah perbenduhuraan yang tesembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
Menurut Hadis ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhlukNya, dan pengetahuan yang tinggi adalah mengetahui Tuhan melalui diriNya. Hadis lain yang menjadi dasar dari akhlak-tasawuf:
Artinya: Sentiasa seorang humba itu mendekutkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya.
Maka iaikala mencintainya, jadilah aku pendengarannya yang dia pakai Untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya Yang dia pakai untuk berbicara, tangunnya yung diu pukai untuk Mengepa, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka denganku Dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, mengepal, dan berjalan”.
Hadis di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat Bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya Dikenal dengan istilah fana”, yaitu fana’nya makhluk sebagai mencintai Kepada Tuhan sebagai yang dicintainya. Maksudnya: pernyataan bahwa Allah akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki hamba Yang dicintaiNya merupakan majaz untuk menjelaskan pertolongan Allah. Dan masih banyak lagi Hadis-Hadis yang menjelaskan tentang Akhlak.
D. Al-Qur’an dan Hadis dalam Membentuk Akhlak Islami
Akhlak Islami adalah berperilaku baik yang sesuai dengan Tuntunan AI-Qur’an dan Sunnah, yang seharusnya setiap muslimn Mengamalkannya. Sehingga Akhlak Islami juga sering disebut dengan Akhlak Qurani. Islam datang membawa kedamaian yang docontohkan
Oleh Muhammad Rasulullah SAW., sebagaiana Firman Allah SWT:
Artinya: “Tiadalah Kumi mengutus kumu, meluinkan untuk (menjadi)) rahmai bagi semesta alam.” Ayat ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW. Dalam sabdanya dari Abu Hurairah RA (Radhiyullahu Anhu), bahwa sesungguhya salah satuu Makna beliau diutus olch Allah SWT scbagai Rasul-Nya adalah untuk Memperbaiki akhlak manusia, membawa kembali kejalan fitrahnya.”
Contoh dan keteladanan telah diberikan oleh Rasulullah SAW., Begitu jugalah seharusnya yang tercermin dari perilaku setiap muslim saat Ini. Bahkan terlebih lagi, sikap dan perilaku itu seyogyanya melekat pada diri setiap muslim itu, yang menjadi karakter baginya. Sebagaimana Firman-Nya yang dicantumkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab [33]:21.
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang haik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahar) Allah dan (kedatangam) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”
Contoh dan keteladanan yang telah ditunjukan oleh baginda Rasulullah SAW. adalah budi pekerti yang agung, mengedepankan nilai- nilai fitrah kemanusiaan dan memuliakan harkat dan martabat setiap insan. Akhlak Rasulullah itu memberikan nyaman bagi lingkungan, tetangga, sahabat, dan setiap orang yang berinteraksi dengannya. Inilah yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya:
Artinya: Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.5
Contoh dan keteladanan itu dapat kita baca dan saksikan dari kisah hidup beliau (sirah nabawiyah) yang sampai kepada kita melalui Hadisnya. Akhlak mulia mendapat tempat yang istimewa baginya, dan beliau selalu menekankan itu kepada para sahabat-sahabatnya. Rasulullah SAW. bersabda bahwa orang yang paling baik adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Akhlak yang baik itu adalah akhlak yang menghargai dengan ramah dan kelembutan, yang dengan itu menampakkan kasih sayang. Inilah yang ditegaskan dalam sebuah Hadis dari Aisyah RA (Radhiyallahu Anha) juga diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda bahwa Allah Swt. itu lembut (pengasih dan penyayang) dan mencintai orang yang berperilaku lembut (ramah atau baik) dalam segala urusannya.
Betapa penting dan tingginya kedudukan akhlak dan karakter yang baik terscbut, schingga Rasulullah Saw.. menegaskan bahwa pda hari pembalasan kelak timbangan yang paling berat di sisi Allah Swt,. Adalah akhlak yang baik.” Akhlak dan karakter yang baik itu adalah cerminan iman seseorang. Secara tegas Rasulullah Saw.. menyatakan bahwa orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya itu.Sehingga pernah ditegaskan oleh Rasulullah SAW., Hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA (Rudhiyalluhu Anhu), bahwa seorang yang berakhlak baik dengan ikhlas, akan dapat menyamai derajat mukmin lainnya yang rajin berpuasa dan mengerjakan shalat malam:
Artinya: “Dari Aisyalh RA berkata, saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda “Sesungeguhnya seorang mukmin dengun akhlak yang baik dapat menyanmai derajat orang yang selalu berpuasa dan mengerjakan salat malam”.
Contoh yang diberikan oleh Rasululah Saw. dalanm hidupnya sangatlah banyak. Bahkan tatkala ada orang Badui kencing dalam masjid, beliau belarang orang-orang untuk memarahinya. Dengan bijak beliau bersabda cukuplah disiram atau dibersihkan saja.” Sesungguhnya kita orang mukmin harus memberikan kemudahan bukan kesulitan.” Inilah karaketer muslim dan mukmin yang sesungguhnya yang sesuai dengan al-Qur’ an dan Sunnah, bahkan dalam kedaan posisi kita benar dan menyampaikan kebenaran sekalipun. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS An-Nahl [16]:125
Artinya: “Serulah (nmanusia) kepada jalan Tuhan-nmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mercka dengan cara yang baik. Sesunggunya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orng yang nendapat petunjuk.
Inilah akhlak yang scsuai dengan al-Qur’an dan Sunnah yang sejatinya harus menjadi karakter pribadi setiap Muslim.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pertama, akhlak dalam Islam yang bersumber dari al-Qur’ an dan Hadis bukanlah moral kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memliki nilai yang mutlak. Nilai-nilai baik dan buruk, berlaku kapan dan di mana saja dalam segala aspek kehidupan, tidak dibatasi ruang dan waktu; kedua, konsep pendidikan akhlak yang bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam, yaitu memperoleh kcbahagiaan di dunia dan akhirat; ketiga, konseptualisasi sistem pendidikan akhlak dalam lembaga pendidikan adalah suatu kenicayaan, karena konsep dasar Islam tentang akhlak terlihat arah pandang yang komperehensif; mencakup semua aspek positif perkembangan integral, intelektual, spiritual, fisik dan aspek-aspek perkembangan lainnya. Selain itu juga bersifat mendalam dan menyeluruh, tidak terikat pada suatu pandangan tertentu dan tidak bertentangan dengan teori atau filsafat pendidikan manapun: keempat, Pendidikan akhlak penting dilakukan untuk mewujudkan suatu tata kehidupan individu maupun kolektif yang bermoral bahkan dalam kaitannya dengan aspek moral manusia. Usaha pendidikan akhlak mempunyai fungsi ganda, yaitu fungsi preventif dan kuratif. Fungsi preventif mengarah pada usaha dini untuk menghiasi anak didik dengan akhlak dan mencegah dari tingkah laku yang buruk. Fungsi ini bisa dimaksimalkan pada masa pembentukan tingkah laku dan watak anak. Sedangkan fungsi kuratif mengemban misi pembenahan atau perbaikan, yailu berusaha memperbaiki moral anak dari moral negatlif menuju moral positif
Daftar pustaka
Wathoni, lalu Muhammad nurul, 2020. Akhlak tasawuf. Nusa tenggara barat Forum pemuda aswaja
Abuddin nata,2005. Pendidikan dalam prespektif hadits. Jakarta. Uin Jakarta
Mansur, 2005. Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta. Pustaka pelajar
Munawar, 2003. Aktualisasi nilai nilai qurani dalam system pendidikan islam. Jakarta .ciputat press