SAID MUHAMMAD KHAIRUNAS
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH:
SEBUAH IDE TEROBOSAN
Azkia Muharom Albantani
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang gagasan ideal pembelajaran bahasa Arab untuk jenjang dasar (madrasah ibtidaiyah), meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran. Metode yang digunakan dalam artikel ini merupakan metode kualitatif dengan sumber kajian pustaka (library research). Semakin kreatif dan inovatif seorang pengajar dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab, semakin mudah murid menerima pelajaran bahasa Arab. Hal tersebut merupakan faktor utama keberhasilan pelajaran bahasa Arab jenjang MI.
Kata Kunci: bahasa Arab, pembelajaran, madrasah ibtidaiyah, metode, teknik
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembelajaran bahasa Arab juga dapat terjadi jika pengajar memiliki metode yang tepat dalam pembelajaran. Pengajar perlu melakukan kreasi dan inovasi dalam penggunaan metode di setiap proses belajar mengajar sejalan perubahan sikap dan minat murid terhadap materi yang disampaikan.
Dalam dunia luas, mempelajari bahasa Arab bukanlah suatu hal yang di anggap asing. Banyak instansi pendidikan di Indonesia yang telah menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu materi yang diajarkan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kita sudah semakin sadar akan kebutuhan mempelajari bahasa Arab. Bagi umat Islam khususnya, mempelajari bahasa Arab sangat diperlukan dalam rangka mempelajari ajaran Islam yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Tanpa mempelajari bahasa Arab, ilmu pengetahuan dan juga ajaran Islam akan sulit diketahui dan diterapkan dengan baik.1
Orang Tua juga memiliki peran penting dalam mengajarkan bahasa Arab karena anak-anak akan menjadi generasi penerus. Meskipun tidak mudah untuk mengajarkan pendidikan bahasa Arab kepada anak, hal ini harus tetap harus diusahakan mengingat begitu banyak manfaat yang akan diperoleh dari mempelajari bahasa Arab. Para pengajar akan memiliki suatu tantangan tersendiri dalam mengajarkannya kepada anak. Berbeda dengan bahasa lain, bahasa Arab memiliki struktur dan susunan kata yang cukup sulit sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat memudahkan mengajarkan bahasa Arab pada anak, terlebih untuk jenjang sekolah tingkat dasar.2 Bagaimana metodenya? Dan materi-materi apa saja yang dapat di ajarkan pada anak-anak usia MI/SD ? Dalam artikel ini akan dibahas berbagai macam metode pembelajaran dan juga materi-materi bahasa Arab yang dapat diterapkan pada anak usia MI/SD.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Jenjang MI (Kelas 1-6)
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang kepada orang lain. Tanpa bahasa seseorang tidak akan bisa menyampaikan maksud perasaan maupun pikiran mereka. Oleh karena itu, bahasa adalah alat komunikasi manusia yang paling utama. Sehingga kesalahan dalam pengungkapan sebuah bahasa akan menyebabkan pemahaman yang salah pula3.
Pembelajaran bahasa Arab harus dapat mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta bisa menumbuhkan sikap yang baik terhadap bahasa Arab baik. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam rangka membantu memahami sumber utama ajaran Islam, yaitu Alquran dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkaitan dengan Islam bagi murid.4
Oleh karena itu, materi bahasa arab di madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar harus dipersiapkan agar anak bisa berbahasa Arab dengan empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.5 Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (MI/SD) lebih difokuskan pada kecakapan menyimak dan berbicara secara sed erhana sebagai landasan berbahasa. Karena anak usia MI/SD harus mempelajari dasar dari bahasa Arab tersebut terlebih dahulu, yaitu memahami dan belajar berbicara agar terbiasa. Pada tingkat pendidikan menengah (MTS/SMP, MA/SMA), keempat keterampilan berbahasa baru diajarkan secara seimbang, tidak ada yang lebih difokuskan agar murid dapat mengetahui bagaimana cara menyimak, bagaimana cara berbicara bahasa Arab dengan baik dan benar, dan juga membaca dan menulis dengan baik. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi difokuskan pada keterampilan membaca dan menulis tingkat lanjut, sehingga murid (mahasiswa) diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab di perguruan tinggi.
Materi bahasa Arab memiliki tujuan di antaranya sebagai berikut:
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
- Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Asing, khususnya menjadi kunci dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
- Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya.
Bahasa Arab sangat penting dipelajari sejak dini karena juga sangat penting untuk masa depan anak, sebab:
- Bahasa Arab adalah bahasa Alquran
- Dengan memahami bahasa Arab, kita akan mudah memahami makna yang terdapat dalam Alquran yang diturunkan mengunakan bahasa Arab
- Banyak ilmu pendididkan Islam yang disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab. Islam bermula dari negeri Arab sehingga ilmu-ilmu Islam mayoritas menggunakan bahasa Arab. Dengan demikian, bahasa Arab harus digunakan sebagai media untuk mendalami ilmu-ilmu tersebut.
- Bahasa Arab merupakan bahasa yang indah. Dengan mempelajari bahasa ini, akan mempertajam daya pikir, nilai seni, dan sastra kita
Di sisi lain, bahasa Arab dapat mempermudah penguasaan terhadap ilmu pengetahuan karena telah menjadi sarana menyampaikan pengetahuan. Bukti konkretnya, banyak ulama yang mengabadikan berbagai disiplin ilmu dalam bentuk syair-syair, dan juga shalawat. Dengan ini, seseorang akan relatif lebih mudah mempelajarinya karena tertarik pada keindahannya dan menjadi keharusan bagi orang yang benar-benar ingin menguasainya dengan baik.
Umar bin Khaththab berkata “pelajarilah Bahasa Arab, sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan”. Menambah pengkajian bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang karena di dalam bahasa Arab terdapat susunan bahasa indah dan perpaduan yang serasi antar kalimat. Hal itu dapat merangsang seseorang untuk mengoptimalkan daya imajinasi. Hal ini menjadi salah satu faktor yang secara perlahan akan meningkatkan ketajaman intelektual seseorang.6
Materi Bahasa Arab Jenjang MI (Kelas 1-6)
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa materi Bahasa Arab untuk MI/SD lebih cenderung bertemakan huruf hijaiyah, perkenalan 1, perkenalan 2, perkenalan 3, anggota badan, peralatan sekolah, makanan dan minuman, hari-hari, nama-nama bulan Islam, hobiku, di kebun, peralatan sekolah, alat-alat sekolah 1, alat-alat sekolah 2, profesi, alamat, keluargaku 1, dan keluargaku 2, dan benda-benda sekitar. Bahasa Arab untuk kelas 1 bertujuan agar murid mengenal, mencoba membaca, dan menulis bahasa Arab paling dasar. Kurang bijak seandainya murif kelas 1 diharuskan banyak menghafal kosakata bahasa asing, dan mengartikan sebelum memahami isinya. Terlebih lagi materi percakapan bahasa Arab disesuaikan dengan dhamir dianggap masih sulit.7
Beberapa tanggapan dari wali murid yang mendampingi belajar beragam. Beberapa wali murid menganggap tingkat kesulitan Bahasa Arab kelas 1 relatif masih bisa ditangani, terutama bagi anak yang berlatarbelakang telah mengikuti pendidikan TPQ di luar sekolah. Beberapa wali murid lainnya menganggap sulit pada bagian materi bercakap-cakap dengan merubah dhamir dan pelaku. Namun adapula wali murid yang menyerahkan urusan pembelajaran bahasa Arab kepada pengajar.
Alangkah baiknya kadar materi sedikit, tetapi latihan diperbanyak dengan berbagai variasi, terutama dengan berbagai permaian yang lebih disukai anak. Berbagai materi pelajaran bahasa Arab pun perlu diulang-ulang dan dilengkapi dengan gambar untuk lebih memudahkan menghafal dan memahami.
Penyajian materi bahasa Arab untuk jenjang MI harus diberikan dalam berbagai bentuk penyajian yang tidak harus terikat dengan buku pelajaran. Bahasa Arab, hampir sepadan dengan Bahasa Inggris yang juga dikenalkan kepada anak-anak sedari dini. Bahasa lebih bersifat integral kepada pelajaran lain. Sejak usia Taman Kanak-Kanak atau pra-sekolah, anak-anak sudah diajarkan bernyanyi, mengenal kosakata dan benda, atau menonton film anak dengan bahasa asing. Anak-anak akrab dengan TPQ yang mengenalkan huruf hijaiyah dan membaca Alquran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak MI yang menyediakan materi bahasa Arab sejak kelas I (satu).
Pengajar memiliki tugas khusus agar dapat mengembangkan materi dengan menyesuaikan kebutuhan dan berusaha agar materi dan kemampuan murid pada akhirnya dapat kontinyu di kelas-kelas selanjutnya. Kompetensi inti untuk kelas satu meliputi membaca, bercakap, dan menulis. Dengan demikian terlihat bahwa kompetensi menyimak tidak disertakan dalam Bahasa Arab kelas I.
Pembelajaran bahasa Arab untuk jenjang MI paling tidak dapat mempersiapkan murid agar mampu mengidentifikasi bunyi huruf dan kata serta menemukan makna kata atau kalimat dari wacana lisan secara sederhana. Secara sederhana, berarti murid mendengar bacaan, ujaran, kata, atau kalimat, kemudian mencerna dan mengolahnya dalam otak, menemukan artinya, kemudian memahami pesan dari yang didengarkan.8
Hal ini pun mudah pula untuk diukur. Jika murid dapat mendengar dan memahami pesan dari ujaran dengan baik, maka ia tentunya dapat menjawab pertanyaan terkait hal yang diperdengarkan. Akan tetapi, untuk hal mengidentifikasi bunyi huruf, kata, kalimat, akan lebih rumit untuk diukur keberhasilannya jika tidak menggunakan cara yang tepat. Dalam buku tidak tersirat maupun tersurat instruksi untuk mengaplikasikan dan mengakomodir kompetensi.9
Dalam pembelajaran kosakata, murid kelas 1-3 ditargetkan menguasai 8-9 kosakata pada setiap dars, sedangkan untuk kelas 4-6 ditargetkan 24 kosakata untuk setiap dars. Pembelajaran tersebut berlangsung secara berkelanjutan dengan memberikan latihan-latihan kepada murid sehingga mereka dapat mengaplikasikan kosakata tersebut dalam komunikasi lisan dan tulisan sederhana.
Dalam pembelajaran struktur, pengajar bahasa Arab belum terlalu memberikan pelajaran yang sangat mendalam tentang struktur. Pengajar hanya mengajarkan struktur sederhana seperti konsep mudzakar, muannats, dan mudhaf mudhâf ilaih, al-af’âl. Dalam pembelajaran membaca, sejauh ini murid memahami bahan bacaan dengan baik karena pengajar telah mengajarkan kosakata sebelumnya dan murid sudah menghafalkan kosakata tersebut.10 Berikut merupakan contoh beberapa kompetensi yang perlu dikuasai oleh murid setelah mempelajari bahasa Arab: 11
No Kompetensi
1 Menyimak : Memahami informasi lisan melalui kegiatan mendengar dalambentuk paparan tentang peralatan sekolah
a Mengidentifikasi bunyi huruf hijaiyah dan kata tentang Benda-benda
b Menemukan makna kata atau kalimat atau wacana lisan tentang
2 Berbicara : Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan ataudialog tentang peralatan sekolah
a Berdialog sederhana tentang
b Menyampaikan informasi dalam bentuk kalimat sederhana tentang
3 Membaca : Memahami wawancara tertulis dalam bentuk paparan tentangperalatan sekolah
a Melafalkan huruf hijaiyah, kata, wacana tertulis tentang
b Menemukan makna kalimat sederhana dari wacana tertulis tentang
4 Menulis : Menuliskan kata tentang peralatan sekolah
a Menyambung huruf, mengartikan kata, menjodohkan kata dengan arti,menjodohkan kata dengan gambar, teka-teki silang dan melengkapi kata
Pada jenjang MI, keterampilan berbahasa Arab dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Pada tiga tahun pertama, kemampuan berbahasa Arab dapat diintegrasikan dengan keterampilan membaca Alquran. Contoh-contoh yang disajikan dapat menggunakan kata atau kalimat dari Alquran. Sementara pada tingkatan kelas atas, mulai diperkenalkan pola kalimat yang dapat membantu untuk menggunakan kata dan kalimat itu dalam kegiatan percakapan sehari-hari. Dua kelas terakhir, dapat dikembangkan dengan proses belajar menulis. Sehingga dalam dua tahun, murid memiliki kemampuan menulis huruf-huruf hijaiyah sudah sesuai dengan standar penulisan khat. Enam tahun sebagai waktu yang memungkinkan untuk menyiapkan murid sehingga mampu untuk menekuni proses belajar di sekolah menengah.12
Tercapainya suatu keberhasilan dalam keterampilan berbahasa Arab ditandai beberapa hal, di antaranya yaitu:
- Keterampilan mendengar dapat dicapai dengan latihan-latihan mendengar perbedaan satu fonem dengan fonem lainnya antara satu ungkapan dengan ungkapan lainnya, baik langsung dari penutur asli atau melalui rekaman. Dalam memahami bentuk dan arti dari apa yang didengar diperlukan latihan-latihan berupa mendengarkan materi yang direkam dan pada waktu yang bersamaan melihat rangkaian gambar yang mencerminkan arti dari isi apa yang didengarkan tersebut.
- Keterampilan berbicara merupakan keterampilan linguistik yang paling rumit, karena menyangkut masalah berpikir atau memikirkan apa yang harus dikatakan dan juga menyatakan apa yang telah dipikirkan. Semua ini memerlukan persediaan kata dan kalimat tertentu yang sesuai dengan situasi yang dikehendaki dan memerlukan banyak latihan ucapan dan ekspresi atau menyatakan pikiran dan perasaan secara simultan dengan intonasi tertentu.13
- Keterampilan membaca mencakup dua hal, yaitu mengenali simbol-simbol tertulis dan memahami isinya dengan beberapa cara. Di antaranya dengan membekali murid dengan perbendaharaan kosakata yang cukup. Aktifitas membaca, menyediakan input bahasa sama seperti menyimak. Pengajaran membaca perlu memperoleh perhatian serius dan wacana membaca tidak boleh hanya dipandang sebagai batu loncatan bagi aktivitas berbicara dan menulis semata, tujuan pengajaran bahasa sebagaimana kita ketahui adalah mengembangkan kemampuan bagi murid. Dengan demikian pengajar perlu meyakinkan bahwa proses belajar mengajar akan menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan bagi para murid.14
- Keterampilan menulis terdiri dari 3 hal, yaitu:
- Keterampilan membuat alfabet untuk menyatakan bunyi berbeda-beda antara bahasa yang lain.
- Keterampilan mengeja untuk dapat memodifikasi kalimat, menyempurnakan kalimat yang belum selesai atau mengubah kalimat aktif menjadi pasif.
- Keterampilan menyatakan perasaan dan pikiran melalui tulisan atau yang lazimnya disebut komposisi. Keterampilan ini dapat dicapai melalui latihan-latihan yang berupa:
1) Merangkum bacaan terpilih dan menceritakan kembali dalam bentuk tulisan, tetapi menggunakan kata-kata murid itu sendiri.
2) Menceritakan gambaran yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan murid sehari-hari.
3) Membuat deskripsi suatu gambaran atau peristiwa sampai masalah sekecil-kecilnya.
4) Menceritakan perbuatan yang biasanya dilakukan oleh murid, seperti mengendarai sepeda dan lain-lainnya.15
Pelajaran bahasa Arab termasuk dalam kurikulum pendidikan agama. Oleh karena itu, pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah sejak kelas 1 sampai kelas 6.
Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Jenjang MI (Kelas 1-6)
Bagi pemula dalam pembelajaran materi bahasa Arab dapat dikategorikan sebagai berikut:
- a) Tahapan pembelajaran kosakata
- b) Tahapan pembelajaran gramatika/morfem dan sintaksis
- c) Tahapan dalam pembelajaran makna.16
Ada beberapa metode yang cukup berpengaruh dalam dunia pengajaran bahasa Arab adalah:17
1) Metode tata bahasa dan terjemah
Metode ini memiliki tujuan supaya murid mampu membaca teks berbahasa Arab serta lebih menekankan pada perkembangan keterampilan membaca, menulis, dan terjemah teks bahasa Arab. Bahasa ibu (Indonesia) menjadi media dalam
mempelajari bahasa kedua (Arab). Metode ini lebih memperhatikan kaidah nahwu dan penggunaannya hanya untuk menganalisis gramatika kalimat berbahasa Arab. Penyajian kaidah atau gramatika bahasa Arab dilakukan secara deduktif.18
2) Metode langsung
Metode langsung dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa Arab sama dengan belajar bahasa ibu (Indonesia). Pengajaran bahasa harus dihubungkan langsung dengan benda, sampel, gambar, peragaan, permainan peran, dan sebagainya. Untuk itu, metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran. Penyajian kaidah diajarkan secara induktif. Selain kemampuan membaca dan menulis, metode ini juga menekankan pada perkembangan kemampuan berbicara dan menyimak.19
3) Metode Membaca
Pada metode membaca ini memiliki tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar berbahasa Arab dan mudah dalam mengembangkan pengetahuan membaca secara mandiri.
4) Metode Audiolingual
Metode audiolingual berasumsi bahwa bahasa merupakan kebiasaan suatu perilaku yang menjadi kebiasaan berulang-ulang dalam pengucapannya. Tujuan pengajaran dengan metode ini adalah penguasaan keterampilan bahasa secara seimbang dengan urutan penyajian keterampilan menyimak dan berbicara terlebih dahulu lalu keterampilan membaca dan menulis. Dalam metode ini penguasaan kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola dengan mengikuti urutan stimulus, respon, dan penguatan.
5) Metode Elektik
Metode elektik adalah metode pilihan dan gabungan dari dua metode atau lebih. Metode elektik menjadi metode yang ideal dengan didukung oleh penguasaan pengajar terhadap berbagai metode, sehingga dapat memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran lalu menerapkan secara proposional.
Ada beberapa tahapan-tahapan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
- a) Persiapan
Pada tahap persiapan murid mencurahkan segala kesungguhannya untuk menerima materi pelajaran bahasa Arab. Di antara faktor yang harus diperhatikan: yang pertama, hendaknya pengajar memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran anak, waktu yang tersedia, dan aspek lain yang dapat membantu tercapainya tujuan. Yang kedua, hendaknya pengajar memilih metode yang baik yang dapat memudahkan penyampaian pelajaran sehingga mudah diterima murid.21
- b) Berbicaralah Bahasa Arab di dalam Kelas
Pada tahapan ini idealnya murid dibiasakan untuk berbicara bahasa Arab di dalam kelas agar nantinya akan terbiasa berbicara di depan umum menggunakan bahasa Arab. Ia harus dikomunikasikan karena bahasa itu adalah alat, bukan tujuan.
- c) Jangan Pindah sebelum Mantap, Jangan Tertipu oleh Jawaban Bersama
Sebagai pebelajar bahasa Arab pemula di madrasah, murid harus benar-benar paham dengan satu materi sebelum memahami materi yang lain. Ketika ujian, murid harus percaya diri dengan jawabannya dan tidak ragu dengan hasil kerja keras sendiri. Di sisi lain, pengajar dalam memilih media, perlu memerhatikan hal-hal berikut: 1) media hendaknya sesuai dan menunjang tujuan, 2) media disesuaikan dengan materi, 3) perhatikan kondisi murid, 4) ketersediaan media itu sendiri, 5) media yang dipilih dapat menjelaskan apa yang hendak disampaikan kepada murid, dan 6) biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.
- d) Buku Bukan Pengajar tetapi Alat Pembantu
Buku hanya berperan sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai media untuk mempermudah tugas pengajar, bukan menggantikan peran pengajar karena buku tidak dapat berbicara, mendengar, mengoreksi, atau memberi motivasi. Instruksi haruslah berasal dari pengajar dan bukan dari sebuah buku bagaimanapun baiknya buku tersebut. Pengajar-pengajar yang baru memiliki pengalaman mengajar serta pengajar-pengajar yang memiliki beban mengajar melampaui batas akan gampang terperangkap ke dalam the textbook trap. Pengajar dan murid sama-sama bergantung hanya pada buku saat ujianOleh karena itu, sebaiknya buku teks hanya dijadikan pelengkap. Adapun pengenalan terhadap materi yang baru dan lisan hendaklah datang dari pengajar.
- e) Berikan Banyak Latihan
Yang terutama harus diperhatikan dalam pemberian latihan adalah pengenalan pola-pola kalimat di dalam bahasa Arab dan penguatan daftar kosakata. Sebagai catatan latihan, materi-materi penguatan yang agak sulit hendaknya diberikan kalau murid sudah menunjukkan kesiapan yang matang. Tentu saja mereka tidak bisa melatih diri kalau mereka tidak memiliki kosakata yang banyak.
- f) Latih Murid Bertanya dalam Bahasa Arab
Untuk tahap ini murid harus menguasai kosakata tanya terlebih dahulu agar mahir dengan bertanya maupun berbicara bahasa Arab didepan umum. Agar jika murid berbicara ataupun bertanya tidak akan gugup lagi karena kita telah menguasai kosakata tanya.
- g) Berikan Motivasi
Pengajar harus memberi motivasi kepada murid-murid. Setiap murid pasti memiliki kemauan, minat, usaha, dan perhatian yang bisa tercipta dalam diri mereka sendiri. Murid-murid harus memiliki keberanian berbicara di manapun mereka berada tanpa adanya rasa malu. Pengajar juga penting menyampaikan kepada murid tentang kelebihan mengetahui dan menguasai bahasa Arab. Pujian-pujian juga akan mendorong mereka maju selangkah di dalam usaha belajar. Jika keinginan yang rill untuk belajar bahasa Arab mulai bersemi pada diri murid, maka separuh dari tugas pengajar sebagai pengajar dapat dianggap selesai.
- h) Ciptakan Suasana yang Menyenangkan
Tujuan dari penciptaan suasana segar adalah supaya dapat menghilangkan perasaan tertekan yang ada pada diri murid ketika belajar. Tawa dan senyum seorang pengajar, dapat dianggap sebagai sarana pembangkit suasana yang menyenangkan, begitu pula cerita-cerita humor dalam bahasa Arab, anekdot-anekdot, dan permainan yang dapat memecah kebekuan di dalam belajar.
Berikut ini adalah beberapa teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Arab jenjang MI, antara lain :
No | Teknik | Deskripsi |
1 | Lihat-ucap | Metode ini digunakan untuk merangsang murid mengekspresikan hasil pengamatannya, berupa gambar, benda nyata, yang dekat dengan kehidupan murid. |
2 | Deskripsi | Deskripsi berarti menggambarkan/melukiskan atau memberikan sesuatu secara verbal. Metode ini digunakan untuk melebihi murid wicara atau mengekspresikan hasil pengamatannya terhadap sesuatu. |
3 | Menjawab Pertanyaan | Metode ini digunakan untuk melatih murid yang malu-malu. Melalui pengajuan sejumlah pertanyaan dan kesempatan untuk menjawab pengajar dapat memancing ekspresi lisan murid. |
4 | Bertanya menggali | Pertanyaan menggali dimaksudkan supaya murid banyak berpikir. Pertanyaan menggali membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan dan bukan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan juga untuk mengetahui pemahaman murid terhadap sesuatu. |
5 | Melanjutkan | Dalam metode ini, pengajar dapat membuat suatu permainan cerita. Murid dilatih menceritakan suatu cerita kemudian murid yang lain diminta untuk melanjutkannya. |
6 | Bercakap-cakap | Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu antardua orang atau lebih. Pada kegiatan ini biasanya dalam suasana akrab dan sopan. |
7 | Memberi Petunjuk | Memberi petunjuk merupakan keterampilan wicara taraf tinggi, sebab memberi petunjuk sering dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari |
8 | Bercerita | Bercerita adalah suatu keterampilan yang semua orang pandai bercerita. |
9 | Melaporkan | Melaporkan artinya menyampaikan gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya sesuatu secara lisan. |
10 | Bermain Peran | Teknik bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan penghayatan dan imajinasi murid. |
11 | Wawancara atau Interview | Wawancara atau interview adalah salah satu kegiatan tanya jawab yang terarah. |
12 | Diskusi | Diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka mengenai tujuan tertentu, melalui cara tukar menukar informasi untuk |
memecahkan masalah. | ||
13 | Bertelpon | Melalui metode ini, pengajar dapat meminta murid untuk mendemonstrasikan wicara melalui telepon. |
14 | Dramatisasi | Dramatisasi atau bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran karena pengajar dan murid harus mempersiapkan skenario, pelaku, dan perlengkapan. |
SIMPULAN
Semakin kreatif dan inovatif seorang pengajar dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab, semakin mudah murid menerima pelajaran bahasa Arab. Hal tersebut merupakan faktor utama keberhasilan pelajaran bahasa Arab jenjang MI. Penggunaan metode secara variatif dalam proses belajar-mengajar bahasa Arab sangat tergantung kepada prinsip dan konsep yang dipahami oleh pengajar terhadap bahasa. Di samping itu, sebuah metode juga sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek pembelajaran lainnya, baik metode tradisional maupun modern (inovatif). Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, pengajar bahasa Arab harus jeli melihat aspek positif dan negatif dari kedua metode tersebut. Apapun problematika materi dan metode pembelajaran yang terjadi, hanya guru yang dapat hadir sebagai solusi.
DAFTAR PUSTAKA
Albantani, Azkia Muharom. “Implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Arab”, Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. 2, No. 2, 2015.
Andayani. Problema dan Aksioma: dalam Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. Metode Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Aziz, Furqonul. dan Chaidar Al-Wasilah. Pengajaran Bahasa Komunikatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, Cet. II.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Miskyat, 2012.
Hamdun, Dudung. “Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Karakter di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 8, No. 1, 2016.
Junanah. “Silent Way: Metode Pembelajaran Bahasa Arab yang Mendorong Peserta Didik Lebih Kreatif, Mandiri, dan Bertanggung Jawab”, El Tarbawi, Vol. 7 No. 1, 2014. Azkia Muharom Albantani Attadib Journal of Elementary Education, Vol. 2 (2), Desember 2018
160
Maknun, Moch Luklil. “Buku Bahasa Arab MI di Pekalongan”, Jurnal Penelitian, Vol. 11, Mei 2014.
Muhammad, Abubakar. Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
Mulyasa, E. Menjadi Pengajar Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Rosda Karya, 2008.
NS, Hikayat. “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No.1, 2012.
Sa’diyah, Zumrotus. “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab di MI Nurul Huda”, Skripsi, Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Targin, Jago. Tehnik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1984.
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1, Bandung: Angkasa, 1991.
Wekke, Ismail Suardi. “Pengembangan Pembelajaran Keagamaan dan Bahasa Arab di MI Minoritas Muslim”, Tadrib, Vol. 3, No. 2, Desember 2017.