MAKALAH
ESENSI TASAWWUF DAN DASAR DASARNYA DALAM AL QUR’AN/HADITS
Dosen Pengampu:
Dr Satrio M.A
Disusun Oleh:
Muhammad Darmawan
Yasir Ghafari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2025
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat disusun hingga terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW—teladan akhlak mulia dan pembawa cahaya budi pekerti bagi seluruh umat manusia.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas akademik dan untuk memberikan kontribusi berupa kajian mendalam mengenai akhlak dalam konteks pendidikan; khususnya hubungan antara murid dan guru, serta interaksi di antara keduanya. Kami menyadari bahwa pendidikan Islam tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga sangat menjunjung tinggi nilai akhlak sebagai ruh dari seluruh proses pembelajaran,.Oleh karena itu, makalah ini hadir sebagai upaya untuk memahami, merumuskan, dan menganalisis berbagai macam akhlak yang seharusnya melekat pada setiap peserta didik dan pendidik.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bintan, 12 juni 2025
Penulis
DAFTAR ISI
MAKALAH i
KATA PENGANTAR i
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
BAB III 7
PENUTUP 7
A. Kesimpulan 7
B. Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama manusia dari sisi hukum dan syariat semata, tetapi juga memberi perhatian besar terhadap aspek batin dan spiritual. Dalam perjalanan sejarah Islam, lahir berbagai disiplin ilmu yang memperdalam pemahaman terhadap nilai-nilai Islam, salah satunya adalah tasawwuf. Tasawwuf merupakan cabang keilmuan yang menekankan pada penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs), pengendalian diri, serta pendekatan spiritual kepada Allah.
Di tengah kehidupan modern yang sarat dengan materialisme dan hedonisme, ajaran tasawwuf menawarkan pendekatan yang lebih menyejukkan dan mendalam terhadap kehidupan beragama. Tasawwuf mengajak manusia untuk kembali kepada kesadaran akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupannya, mengutamakan keikhlasan, ketenangan jiwa, serta akhlak yang luhur. Hal ini menjadikan tasawwuf sangat relevan sebagai solusi atas krisis moral dan kegersangan spiritual yang banyak dirasakan umat masa kini.
Meskipun sebagian orang masih menganggap tasawwuf sebagai sesuatu yang bersifat mistis atau bahkan menyimpang, pada kenyataannya ajaran-ajaran tasawwuf sejati memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Konsep-konsep seperti ikhlas, zuhud, sabar, syukur, dan muraqabah semuanya tercermin dalam sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji tasawwuf secara ilmiah dan objektif dengan merujuk pada landasan syar’i yang sahih.
Makalah ini disusun untuk mengupas esensi tasawwuf, menjelaskan nilai-nilai inti yang menjadi ruh dari ilmu ini, serta menguraikan dasar-dasarnya dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dengan memahami dasar teologis dan praktis tasawwuf, diharapkan muncul kesadaran bahwa tasawwuf bukan hanya warisan keilmuan klasik, tetapi juga kebutuhan spiritual umat Islam di era modern.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan tasawwuf dalam konteks ajaran Islam?
Apa saja esensi dasar dari ajaran tasawwuf yang dapat diambil oleh umat Islam?
Bagaimana dasar-dasar ajaran tasawwuf tercermin dalam Al-Qur’an dan Hadits?
C. Tujuan Penulisan
Untuk Memahami Esensi Tasawwuf dalam Islam
Untuk Menjelaskan Dasar-Dasar Tasawwuf Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Untuk Menyajikan Relevansi Tasawwuf dalam Kehidupan Kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Tasawwuf
Tasawwuf dalam bahasa Arab berasal dari kata ṣūf, yang berarti wol. Konon, kata ini merujuk pada pakaian wol yang dikenakan oleh para sufi pada zaman awal Islam, yang menandakan kehidupan sederhana dan jauh dari kemewahan duniawi. Secara istilah, tasawwuf merujuk pada perjalanan spiritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian hati, pengendalian diri, dan peningkatan kualitas ibadah.
Tasawwuf berfokus pada pencapaian maqām al-ihsān, yaitu tingkat kesempurnaan dalam beribadah yang menggabungkan ilmu, amal, dan spiritualitas. Dengan demikian, tasawwuf tidak hanya mengajarkan ilmu tentang Allah, tetapi juga bagaimana seorang Muslim dapat merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya.
II. Esensi Tasawwuf
Esensi tasawwuf dapat dilihat dari beberapa dimensi penting yang menjadi inti ajarannya:
Penyucian Jiwa (Tazkiyah)
Tazkiyah adalah usaha untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk (seperti kesombongan, iri, dan dengki) yang menghalangi kedekatan dengan Allah. Dalam tasawwuf, jiwa yang bersih akan lebih mudah merasakan kedekatannya dengan Allah dan melakukan amal ibadah dengan ikhlas.
Al-Qur’an menyebutkan pentingnya penyucian jiwa, seperti dalam Surah Ash-Shams (91:9-10): “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrub)
Taqarrub adalah usaha seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai amalan, baik yang wajib maupun yang sunnah. Tujuan utamanya adalah mencapai keridhaan Allah dan merasakan kedamaian batin yang hanya bisa dicapai melalui kedekatan dengan-Nya.
Dalam Surah Al-A’raf (7:56), Allah berfirman: “Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Pengendalian Diri (Mujahadah)
Dalam tasawwuf, seorang Muslim diajarkan untuk melawan hawa nafsu dan godaan duniawi melalui mujahadah, yaitu perjuangan batin untuk mengendalikan diri. Ini meliputi pengendalian emosi, hasrat, dan keinginan duniawi yang tidak sejalan dengan nilai-nilai agama.
Seperti dalam hadits, “Jihad yang paling utama adalah berjihad melawan hawa nafsu.” (Hadits riwayat Ahmad)
Pengalaman Mistis (Maqāmāt dan Ahwāl)
Tasawwuf juga dikenal dengan pengalaman-pengalaman spiritual atau mistis yang disebut maqāmāt (tingkatan-tingkatan spiritual) dan ahwāl (keadaan-keadaan batin). Para sufi melalui berbagai tahap ini untuk mencapai kedekatan yang lebih tinggi dengan Allah, yang sering kali disertai dengan pengalaman batin yang mendalam, seperti fana’ (kehilangan diri dalam Allah) dan baqa’ (kekekalan dalam Allah).
III. Dasar-Dasar Tasawwuf dalam Al-Qur’an
Penyucian Jiwa dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an secara jelas menekankan pentingnya penyucian jiwa. Seperti dalam Surah Ash-Shams (91:9-10) yang telah disebutkan sebelumnya, di mana Allah menjelaskan bahwa jiwa yang suci adalah jiwa yang beruntung, sedangkan jiwa yang ternoda adalah jiwa yang merugi.
Keikhlasan dalam Beribadah
Al-Qur’an mengajarkan tentang pentingnya ikhlas dalam setiap amal ibadah. Dalam Surah Al-Bayyinah (98:5), Allah berfirman: “Dan mereka hanya diperintahkan agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus.”
Keikhlasan ini merupakan dasar dari ajaran tasawwuf yang menuntut umat Islam untuk hanya mengharapkan ridha Allah dalam segala amalannya.
Dzikir sebagai Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah
Al-Qur’an mengingatkan umat untuk senantiasa berdzikir, karena dzikir adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menenangkan hati. Dalam Surah Ar-Ra’d (13:28), Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.”
Dzikir merupakan amalan utama dalam tasawwuf yang membantu seorang sufi untuk selalu berada dalam kesadaran akan kehadiran Allah.
IV. Dasar-Dasar Tasawwuf dalam Hadits
Keikhlasan dalam Amal
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian dan tidak pula harta kalian, tetapi yang dilihat oleh Allah adalah hati kalian dan amal kalian.” (Hadits riwayat Muslim).
Hadits ini menegaskan pentingnya keikhlasan hati dalam setiap amal ibadah, yang menjadi dasar dari praktik tasawwuf.
Perjuangan Melawan Nafsu
Hadits lain menyatakan: “Jihad yang paling utama adalah berjihad melawan hawa nafsu.” (Hadits riwayat Ahmad).
Ini menunjukkan bahwa tasawwuf mengajarkan untuk melawan hawa nafsu yang buruk dan menjadikan perjuangan batin (mujahadah) sebagai kunci spiritual.
Mendekatkan Diri kepada Allah dengan Amalan Sunnah
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku terus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan sunnah sampai Aku mencintainya.”
Hadits ini menjelaskan bahwa mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan sunnah adalah bagian dari ajaran tasawwuf yang terus meningkatkan kedekatan seorang hamba dengan Tuhan.
V. Relevansi Tasawwuf dalam Kehidupan Kontemporer
Dalam dunia modern yang penuh dengan tekanan sosial, ekonomi, dan mental, tasawwuf menawarkan solusi spiritual yang sangat dibutuhkan. Ajaran tasawwuf membantu umat Islam untuk menyeimbangkan kehidupan duniawi dan ukhrawi dengan lebih fokus pada kedamaian hati dan keikhlasan dalam beribadah.
Menghadapi tantangan zaman, tasawwuf tetap relevan sebagai pemandu untuk mencari kedamaian batin, mengatasi konflik internal, dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan Allah. Praktik tasawwuf seperti dzikir, sabar, syukur, dan mujahadah membantu seorang Muslim untuk tetap teguh dalam iman, meskipun dunia luar sering kali penuh dengan godaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawwuf merupakan salah satu cabang penting dalam khazanah keilmuan Islam yang berfokus pada penyucian jiwa, pengendalian nafsu, dan upaya mendekatkan diri kepada Allah secara spiritual. Esensi dari tasawwuf adalah membentuk pribadi Muslim yang ikhlas, rendah hati, sabar, dan senantiasa hidup dalam kesadaran akan kehadiran Allah.
Ajaran tasawwuf memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Konsep-konsep seperti tazkiyah (penyucian jiwa), taqarrub (pendekatan diri kepada Allah), ikhlas, dan dzikir, semuanya memiliki landasan tekstual yang jelas dan sahih. Ini menunjukkan bahwa tasawwuf bukanlah ajaran asing atau tambahan dalam Islam, melainkan bagian dari ajaran Islam yang murni dan orisinil.
Di tengah tantangan kehidupan modern yang sering kali membuat manusia jauh dari nilai-nilai spiritual, tasawwuf hadir sebagai solusi yang menyegarkan. Ia mengajarkan jalan tengah yang seimbang antara dunia dan akhirat, antara lahir dan batin. Dengan demikian, tasawwuf tetap relevan untuk membentuk karakter Muslim yang tidak hanya taat secara formal, tetapi juga matang secara spiritual dan akhlak.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan sungguh-sungguh dengan harapan agar yang membaca dapat memahami dan mengetahui “Esensi tasawwuf dan dasar dasarnya dalam al qur’an/Hadits”. Penulisan di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari yang membaca sangat diperlukan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga dengan diselesaikan makalah ini bisa menjadi penambah wawasan bagi saya dan yang membaca, mungkin cukup sekian.
.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama). Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Al-Qur’an al-Karim, Terjemahan. Depok: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019.
Al-Jurjani, Ali bin Muhammad. Al-Tafsir al-Jami’ li-Ahkam al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.
Al-Qaradawi, Yusuf. Tasawwuf dan Perannya dalam Kehidupan Muslim. Jakarta: Mizan, 2005.
Al-Suyuti, Jalal al-Din. Tafsir al-Jalalayn. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006.