Ajaran tasawuf : Pengertian Sejarah dan Dalil Nya

16.103 Lihat

MAKALAH AKHLAK TASAWUF
AJARAN TASAWUF : PENGERTIAN, SEJARAH KEMUNCULAN, DAN DALILNYA

DOSEN PENGAMPU:
SATRIO, MA

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD YUSONI FATHIL (191136)
OKTORIO MIFTAHHUL IHWANNUDDIN (191149)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
TAHUN AJARAN 2020

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ.
Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Satrio, MA. selaku dosen pengampu, yang mana telah memberikan bimbingan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tugas penulisan makalah pada mata kuliah akhlak tasawuf ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide dan referensi sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Namun, terlepas dari itu penulis memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangan yang ada penulis haturkan maaf. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bintan, 14 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. PENGERTIAN TASAWUF 2
B. SEJARAH MUNCULNYA AJARAN TASAWUF 3
C. DALIL MENGENAI TASAWUF 7
BAB III : PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ajaran tasawuf dalam dunia Islam dipelajari sebagai ilmu, yang mana dipelajarinya ilmu ini sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarahkan seorang hamba kepada pensucian jiwa terhadapnya diterapkan dalam kehidupan tasawuf.
Ajaran tasawuf ialah salah satu ilmu yang cukup populer didengar bahkan oleh para orang awam sekalipun. Namun pada umumnya ajaran tasawuf ini kurang dipahami oleh kalangan orang-orang awam, sehingga tidak banyak yang mengamalkan ajaran ini. Maka pada makalah ini, penulis akan memaparkan mulai dari pengertian tasawuf, sejarah kemunculan tasawuf, serta dalil mengenai tasawuf. Yang mana penulis harapkan dengan membaca makalah ini maka pembaca akan memahami serta mampu mengamalkan ajaran tasawuf ini.
RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan ajaran Tasawuf?
Bagaimana sejarah kemunculan serta periodesasi ajaran Tasawuf?
Bagaimana penjelasan dalil yang menunjukkan adanya ajaran Tasawuf dalam Islam?
TUJUAN
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ajaran Tasawuf.
Untuk mengetahui beberapa teori sejarah kemunculan serta periodesasi ajaran Tasawuf.
Untuk mengetahui dalil mengenai ajaran Tasawuf.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TASAWUF
Istilah tasawuf secara etimologi berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa – yatashowwafu – tashowwuf” mengandung makna berbulu yang banyak, yakni menjadi seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba atau wol, walaupun pada prakteknya tidak semua ahli sufi pakaiannya menggunakan wol. Menurut sebagian pendapat menyatakan bahwa para sufi diberi nama sufi karena kesucian (shafa) hati mereka dan kebersihan tindakan mereka. Di sisi yang lain menyebutkan bahwa seseorang disebut sufi karena mereka berada dibaris terdepan (shaff) di hadapan Allah, melalui pengangkatan keinginan mereka kepada-Nya. Bahkan ada juga yang mengambil dari istilah ashhab al Shuffah, yaitu para sahabat Nabi ﷺ yang tinggal di kamar atau serambi-serambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan rumah mereka untuk berkonsentrasi beribadah dan dekat dengan Rasulullah ﷺ).
Selanjutnya, definisi tasawuf secara terminologi setidaknya terdapat 11 (sebelas) definisi tasawuf yang dimunculkan oleh para praktisi tasawuf. Dari kesebelas definisi tersebut dapat diambil pemahaman bahwa tasawuf adalah: (1) akhlak mulia dan muraqabah kepada Tuhan (Ihsan); (2) cinta dan kasih sayang (Mahabbah) kepada Tuhan; (3) inti atau akar agama guna mencapai kedamaian hati; (4) mengkonsentrasikan pikiran kepada Allah atau penyatuan; (5) kontemplasi yang bertualang menuju tahta ketuhanan; (6) penjagaan seseorang terhadap imajinasi dan perkiraan guna mendapatkan keyakinan atau kepastian; (7) penyerahan jiwa kepada Tuhan; (8) jalan iman dan penegasan persatuan kepada Tuhan; (9) jalan yang halus dan diterangi untuk menuju surga yang paling mulia; (10) jalan untuk menemukan rasa agama; dan (11) syari’at.
Adapun pendapat Ibrahim Hilal bahwa tasawuf pada umumnya bermakna menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau rohani menjadi kuat.
Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah suatu metode yang dilakukan guna mencapai pendekatan atau penyatuan antara seorang hamba dan Tuhannya, yaitu dengan menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan dunia yang melalaikan dan kemudian perhatiannya hanya ditujuan kepada Allah SWT.
SEJARAH MUNCULNYA AJARAN TASAWUF
Para tokoh sufi dan juga termasuk dari kalangan cendikian muslim memberikan pendapat bahwa sumber ajaran tasawuf adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an adalah kitab yang di dalam ditemukan sejumlah ayat yang berbicara tentang inti ajaran tasawuf. Ajaran-ajaran tentang khauf, raja’, taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam Al-Qur’an. Antara lain tentang mahabbah (cinta) terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 54, tentang taubat terdapat dalam surat At-Tahrim ayat 8, tentang tawakal terdapat dalam surat At-Thalaq ayat 3, tentang syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7, tentang sabar terdapat dalam surat Al-Mukmin ayat 55, tentang ridha terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 119, dan sebagainya.
Sejalan dengan apa yang dikatakan dalam al-Qur’an, bahwa al-Hadits juga banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah sebagaimana yang ditekuni oleh kaum sufi setelah Rasulullah. Dua hadits populer yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu” dan juga sebuah hadits yang mengatakan: “Siapa yang kenal pada dirinya, niscaya kenal dengan Tuhan-Nya” adalah menjadi landasan yang kuat bahwa ajaran-ajaran tasawuf tentang masalah rohaniah bersumber dari ajaran Islam. Ayat-ayat dan hadits di atas hanya sebagian dari hal yang berkaitan dengan ajaran tasawuf. Dalam hal ini Muhammad Abdullah Asy-Syarqowi mengatakan: “Awal mula tasawuf ditemukan semangatnya dalam Al-Qur’an dan juga ditemukan dalam sabda dan kehidupan Nabi SAW, baik sebelum maupun sesudah diutus menjadi Nabi. Begitu juga awal mula tasawuf juga dapat ditemukan pada masa sahabat Nabi beserta para generasi sesudahnya”.
Goldziher mengatakan, bahwa tasawuf sebagai salah satu warisan ajaran dari berbagai agama dan kepercayaan yang mendahului dan bersentuhan dengan Islam. Bahkan berpendapat bahwa beberapa ide Al-Qur’an juga merupakan hasil pengolahan ideologi agama dan kepercayaan lain. Unsur agama dan kepercayaan lain selain Islam itu adalah unsur pengaruh dari agama Nasrani, Hindu-Budha, Yunani dan Persia. Pola kehidupan fakir yang dilakukan oleh para sufi adalah merupakan salah satu ajaran yang terdapat dalam Injil. Dalam agama Nasrani diyakini bahwa Isa adalah orang fakir. Di dalam Injil dikatakan bahwa Isa berkata: “Beruntunglah kamu orang-orang miskin, karena bagi kamulah kerajaan Allah. Beruntunglah kamu orang-orang yang lapar, karena kamu akan kenyang”. Di samping pengaruh dari ajaran Nasrani, Goldziher juga mengatakan, bahwa ajaran tasawuf banyak dipengaruhi oleh ajaran Budha. Dia mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Budha Sidharta Gautama dengan tokoh sufi Ibrahim bin Adam yang meninggalkan kemewahan sebagai putra mahkota. Bahkan, Goldziher mengatakan para sufi belajar menggunakan tasbih sebagaimana yang digunakan oleh para pendeta Budha.
Untuk selanjutnya ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf juga dipengaruhi oleh unsur Yunani. Menurut Abuddin Nata, ungkapan Neo Platonis: “Kenallah dirimu dengan dirimu” telah diambil sebagai rujukan oleh kaum sufi memperluas makna hadits yang mengatakan: “Siapa yang mengenal dirinya, niscaya dia mengenal Tuhannya”. Dari sinilah munculnya teori Hulul, Wihdah Asy-Syuhud dan Wihdah al-Wujud. Filsafat Emansi Platonis yang mengatakan bahwa wujud alam raya ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor, maka dari itu roh harus dibersihkan. Penyucian roh itu adalah dengan meninggalkan dunia dan mendekati diri dengan Tuhan sedekat-dekatnya. Ajaran inilah yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum Zuhud dan sufi dalam Islam.
Kembali pada teori Goldziher, bahwa tasawuf dipengaruhi oleh kepercayaan dan agama di luar ajaran Islam, maka unsur kepercayaan dari Persia dengan sendirinya juga berarti telah ikut serta mempengaruhi tasawuf, karena hubungan politik, pemikiran, social dan sastra antara Arab dan Persia telah terjalin sejak lama.
Berdasarkan teori di atas, dilihat dari berbagai aspek mengandung banyak kelemahan. Bila mereka mengakui bahwa tasawuf tidak murni dari ajaran Islam, ini dikarenakan titik fokus kesimpulan mereka hanya mengkaji tasawuf dari ajaran-ajaran atau prilaku kehidupan para sufi. Harus diakui bahwa memang ada pola kesamaan kehidupan dan pemikiran para tokoh sufi dengan ajaran-ajaran di luar Islam, tetapi adanya kesamaan ini bukan berarti mereka mengambil ajaran di luar Islam, sebab Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah sumber utama yang sarat dengan ajaran-ajaran tasawuf. Kelemahan lain dari mereka, bahwa mereka mengindentikkan ajaran Islam sebagaimana ajaran non Islam yang dibangun dari hasil produk pemikiran. Mereka lupa bahwa Islam adalah agama wahyu yang bukan produk pemikiran manusia.
Adapun sejarah perkembangan ilmu tasawuf dikelompokkan kepada 5 periodesasi:
Masa Pembentukan
Pada masa awal Islam (Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin) istilah tasawuf belum dikenal. Meski demikian, bukan berarti praktek seperti puasa, zuhud, dan senadanya tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan perilaku Abdullah bin Umar yang banyak melakukan puasa sepanjang hari dan shalat atau membaca al-Qur’an di malam harinya. Sahabat lain yang terkenal dengan hal itu antara lain Abu al-Darda, Abu Dzar al-Ghiffari, Bahlul bin Zaubaid, dan Kahmas al-Hilali. Adapun tokoh-tokoh sufi yaitu Hasan Bashri (642-728 M) dengan mengajarkan ajaran Khauf (takut) dan Raja’ (berharap), dan Rabi’ah Al-Adawiyah (w.801 M/185 H) ajaran cinta kepada Tuhan (Hubb al-Ilah).
Masa Pengembangan
Masa pengembangan ini terjadi pada kurun antara abad ke-III dan ke-IV Hijriyah. Pada kurun ini muncul dua tokoh terkemuka, yakni Abu Yazid al-Bushthami (w.261 H) memunculkan ajaran Fana’ (leburnya perasaan), Liqa’ (bertemu dengan Allah SWT) dan Wahdat al-Wujud (kesatuan wujud atau bersatunya hamba dengan Allah Swt) dan Abu Mansur al-Hallaj (w.309 H) dengan memunculkan ajaran Hulul (inkarnasi Tuhan), Nur Muhammad dan Wahdat al-Adyan (kesatuan agama).
Masa Konsolidasi
Masa yang berjalan mulai pada abad V Hijriyah ini merupakan konsolidasi yang ditandai dengan kompetisi dan pertarungan antar tasawuf falsafi dan tasawuf sunni. Adapun tokoh-tokoh pada masa ini antara lain Al-Qusyairi (376-465 H), Al-Harawi (w.396 H), dan Al-Ghazali (450-505 H).
Masa Falsafi
Pada abad VI dan VII H ini muncul dua hal penting yakni; Pertama, kebangkitan kembali tasawuf semi-falsafi yang setelah bersinggungan dengan filsafat maka muncul menjadi tasawuf falsafi, dan kedua, munculnya orde-orde dalam tasawuf (thariqah). Tokoh-tokoh utama tasawuf falsafi antara lain ialah Ibnu ‘Arabi dengan Wahdat al-Wujud, Shuhrawardi dengan teori Isyraqiyyah, Ibnu Sabi’in dengan teori Ittihad, Ibnu Faridh dengan teori cinta, Fana’ dan Wahdat al-Syuhud.
Masa Pemurnian
Ibn ‘Arabi, Ibn Faridh, dan ar-Rumi adalah masa keemasan gerakan tasawuf baik secara teoritis maupun praktis. Pengaruh dan praktek-praktek tasawuf tersebar luas melalui tarekat-tarekat. Bahkan para sultan dan pangeran tidak segan-segan lagi mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan pribadi kepada mereka. Meski demikian, lama kelamaan timbul penyelewengan-penyelewengan dan skandal-skandal yang berakhir pada penghancuran citra baik tasawuf itu sendiri. Dengan fenomena di atas, muncullah Ibn Taimiyah yang dengan lantang menyerang ajaran-ajaran yang dia anggap menyeleweng tersebut. dia ingin mengembalikan kembali tasawuf kepada sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits.
DALIL MENGENAI TASAWUF
Pada hakikatnya, seorang ahli Tasawuf Islami itu akan tunduk pada agamanya, melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintahkan, iman itu diyakininya dalam hati, menghadap selalu pada Allah memikirkan selalu sifat dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Imam Sahal Tusturi seorang ahli tasawuf telah mengemukakan tentang prinsip tasawuf ada enam macam:
Berpedoman kepada kitab Allah (Al-Qur’an).
Mengikuti Sunnah Rasulullah (Hadits).
Makan makanan yang halal.
Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang).
Menjauhkan diri dari dosa.
Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam).
Kaum sufi berusaha untuk senantiasa taqarrub (dekat) kepada Allah, hal ini sebetulnya di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menunjukan bahwa manusia dekat sekali dengan Tuhan, diantaranya:
“Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang diri-Ku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
Kaitannya dengan ayat di atas, Tuhan mengatakan bahwa Ia dekat pada manusia dan mengabulkan permintaan orang yang meminta. Oleh kaum sufi do’a disini diartikan berseru, yaitu Tuhan mengabulkan seruan orang yang ingin dekat pada-Nya.
“Dan milik Allah timur dan barat, kemana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Berdasarkan ayat tersebut, kemana saja manusia menghadap, manusia akan berjumpa dengan Tuhan. Demikianlah dekatnya manusia kepada Tuhan. Ayat berikut dengan lebih tegas mengatakan betapa dekatnya manusia kepada Tuhan.
“Dan sungguh, telah Kami ciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Ayat ini mengandung arti bahwa Tuhan ada di dalam, bukan di luar diri manusia.Faham sama diberikan ayat berikut :
“Bukanlah kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukanlah engkau yang melontar ketika engkau melontar, tetapi Allah-lah yang melontar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”
Dapat diartikan berdasarkan dari ayat tersebut bahwa Tuhan dengan manusia sebenarnya satu. Dapat diartikan bahawa perbuatan manusia itu merupakan perbuatan Tuhan.
Adapun ajaran-ajaran dalam penerapan ilmu tasawuf meliputi khauf, raja’, taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam Al-Qur’an. Antara lain tentang mahabbah (cinta) terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 54, tentang taubat terdapat dalam surat At-Tahrim ayat 8, tentang tawakal terdapat dalam surat At-Thalaq ayat 3, tentang syukur terdapat dalam surat Ibrahim ayat 7, tentang sabar terdapat dalam surat Al-Mukmin ayat 55, tentang ridha terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 119, dan sebagainya.
Bukan ayat-ayat Al-Qur’an saja tetapi juga terdapat Hadits yang mengabarkan tentang adanya ajaran tasawuf dalam syari’at.
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab RA berkata: Suatu ketika kami (para sahabat) duduk di dekat Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata: “Wahai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah ﷺ menjawab “Islam adalah engkau bersaksi tiada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan; dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukan,” lelaki itu berkata, “Engkau benar”, maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi ﷺ menjawab, “Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; para Rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk”, ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan.” Nabi ﷺ menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi ﷺ menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tau daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi ﷺ menjawab, “Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku: “Wahai Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim, no.8)
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Hadits diatas yang menerangkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu ketiga pilar syari’at tersebut, yakni Ihsan. Jadi, tasawuf adalah bagian dari syari’at, atau dengan kata lain bahwa syari’at Islam juga memuat ajaran tentang tasawuf. Dengan dasar pemikiran ini, maka tasawuf atau kajian atasnya merupakan hal yang benar, sebab hal tersebut dalam syari’at menduduki porsi dan posisi yang sama dengan kedua pilar Islam lainnya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tasawuf adalah upaya atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui proses dan cara tertentu agar mendapatkan kebahagian batin sehingga menghiasi diri dengan akhlakul karimah. Adapun orang yang bertasawuf disebut sufi.
Mempelajari tasawuf memiliki banyak manfaat diantaranya di zaman sekarang, yang mana teknologi serba canggih dan materi yang melimpah ternyata justru membuat manusia mengalami penurunan spiritualisme dan lebih mementingkan dunia. Tasawuf dapat menyejukan hati, menentramkan jiwa dan menemukan makna hidup yang sesungguhnya ditengah kehidupan sehari-hari.
SARAN
Untuk lebih memahami serta mendalami syari’at, mestinya kita tidak hanya memperdalam Iman dan Islam saja. Dalam hal pendekatan diri kepada Allah, maka Ihsan sangat diperlukan. Adapun ajaran tasawuf merupakan metode yang dapat digunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Apabila ada kesalahan atau pun kekurangan pada makalah ini, penulis harap pembaca mampu memberikan saran yang bersifat membangun, agar kelak penulis mampu memberikan karya yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. 2015. Pengantar Ilmu Tasawuf. Serang: A-Empat.
Bakhtiar, Nurhasanah, dan Marwan. 2017. Metodologi Studi Islam, Pekanbaru: Cahaya Firdaus.
Hafiun, Muhammad. 2012. “Teori Asal Usul Tasawuf”. Jurnal Dakwah, XIII (2).
Mashar, Aly. 2015. “TASAWUF : Sejarah, Madzhab, dan Inti iniAjarannya”. Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, XII (1).

Pertanyaan yang dapat saya rangkum sebagai moderator ialah ada 4.

¹pertanyaan Ira melsyanda yaitu, tasawuf dipengaruhi oleh paham paham Yunani yaitu kenali dirimu dengan dirimu.

Jawaban dari pemateri adalah,berawal dari kisah perjalanan Socrates dalam mencari jati diri sehingga ia menemukan bahwa seseorang itu lebih baik mengenal dirinya dari segi kekurangan nya.

2.hamidah bertanya soal pengaruh dan praktek akhlak tasawuf pada masa pemurnia dan apakah bisa kembali di terpakan, yusoni sebagai moderator serta pemateri juga pada s

Pagi ini menjawab, bahwa perkembangan ilmu yasawwuf pada masa pemurnian ini sangat besar, sehingga muncullah permasalahan penyelewengan ajaran inti fari tasawwuf itu sendiri, jika ajaran tasawuf hendak diterapkan di lingkungan kita maka sangat sulit, dikarenakan heterogenitas pemahaman agama masing masing orang berbeda, sehingga menjadi tantangan bagi kita semua.

3.nadia bertanya mengenai apakah penting belajar akhlak tasawuf maka saya menjawab, sangat penting, akhlak yang bentuknya sebagai suatu perbuatan lalu tasawuf menjadi objek hukum Islam untuk membentengi diri berbuat berdasarkan aga, sehingga sangat perlu untuk memahami akhlak tasay, pertanyaaan pengertian dan sebgainya ada di dalam makalah tersebut

4.aziz.bertanya mengenai agama Islam dipengaruhi oleh ajaran agama agama  lainnya, maka oktorio menjawab selaku pemakalah, kata kata tersebut di lontarkan oleh tokoh filsafat yg latar belakang pendidikan nya sangat luas tidak hanya pah satu aga melainkan banyak agama, sehingga dalam memahami tasawwuf ia mengatakan bahwa ajaran Islam sama dengan ajaran Budha Sidharta Gautama dengan kesederhanaanya . Seperti itu.

Demikian hasil diskusi, saya Muhamad yusoni fathil selaku pemakalah dan moderator mengucapkan mohon maaf apabila ada salah dalam form pengisian tugas ini

Terimakasih

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *