PROFESSOR MASNAL ZAJULI, GURU PARA BUYA DAN “SEBENAR”HAJI
OLEH: DUSKI SAMAD
Ketua MUI Kota Padang dan Ketua Dewan Masjid Indonesia ( DMI) Sumatera Barat
Sebutan (laqab) guru para Buya untuk Professor Masnal Zajuli adalah wujud dari kesadaran untuk menegaskan akan kealiman dan keulamaan beliau. Keahlian dan profesionalitas Pak Haji Masnal dalam ilmu dan praktik Bahasa Arab menjadikan beliau kuat menguasai ayat-ayat yang diterjemahkan secara kontekstual, kemudian diajarkan kepada para Buya. Tidak berlebihan beliau guru para buya ini, disebut juga dengan alquran berjalan.
Memasuki masa purna tugasnya Pak Haji Masnal Zajuli di tahun 2021 ini adalah keniscayaan pengalaman hidup, jejak karir, dan perjuangan panjang seorang Guru Besar, Professor, wajib ditulis dan juga diminta pandangan dari sejawat sesama guru besar dan atau orang-orang yang dekat bersama beliau. Dalam konteks itu penulis memberanikan diri menukilkan kesan dan makna yang dirasakan berinteraksi dan bergerak bersama beliau Pak Haji Masnal Zajuli, guru tercinta kami.
GURU PARA BUYA
Sebutan guru para Buya untuk beliau tidak berlebihan dan begitu realitanya. Pengalaman penulis sebagai tenaga pengajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dulu IAIN, kini UIN Imam Bonjol sejak 1993 lalu, ditambah lagi dalam proses waktu ketika beliau menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, sampai saat ini, beliau adalah tempat bertanya bagi dosen muda dan juga sekaligus pemberi taushiyah yang sarat nilai dan kuat dalil.
Sering kali ulama, mubigh dan dosen ilmu agama menanyakan masalah kotemporer kepada beliau, selalu dijawabnya dengan merujuk pada ayat berkaitan dengan itu. Pak Haji, panggilan harian yang sudah melekat pada beliau begitu mudah mengalir di mulutnya ayat Alquran untuk menunjukkan realitas yang terjadi dengan mereferensi pada wahyu.
Kedalaman pemahaman beliau terhadap ayat dapat disimak ketika ia berkhutbah, begitu mudah bagi menjelaskan kajian dengan dalil-dalil nash alquran, hebatnya penafsirannya mudah dimengerti dan kontekstual sesuai tema yang dibicarakan.
Guru Besar yang melekat pada diri pak haji Masnal bagi civitas akademika Fakultas Tarbiyah adalah sosok yang tidak sebatas gelar akademis tertinggi, beliau juga orang tua tempat mengadukan problem kehidupan, baik urusan pribadi, juga berhubungan dengan kemajuan Fakultas.
Penulis merasakan kuat dan dan mendalamnya keulamaan, kesantunan, dan kearifan guru para Buya ini dalam berinteraksi dengan pimpinan fakultas, teman sejawat sesama dosen, dan lebih lagi dalam mengayomi dosen muda. Kecintaannya pada profesi dosen, penghargaannya pada institusi, dan kecepatannya dalam meresponi masalah adalah ciri khas yang mengemuka pada diri dosen paling senior saat ini di FTK UIN Imam Bonjol yang segera purna tugas.
Apresiasi penulis pada tokoh yang bersahabat karib dengan alquran dan ilmuwan Bahasa Arab ini, mohon dimengerti bahwa selama 4 tahun 10 bulan penulis diberi amanah menjadi Dekan PAW dan Dekan difinitif, beliau sangat besar jasanya memberikan bimbingan, kritik berbasis ayat, dan yang sifat khas beliau memberi solusi cepat dalam mengambil keputusan pada rapat.
Kearifan Pak Haji terasa secara pribadi dalam interaksi penulis dengan beliau, saat ketika ia mendukung dalam pemilihan satu jabatan, maupun saat beliau tidak memberi dukungan. Tidak ada rasanya ketidaksenangan dengan gaya dan pola komunikasi dan gestur tubuh yang beliau perlihatkan. Soal mendukung dan tidak mendukung dalam aspirasi politik kampus dapat ditempatkannya secara objektif, hak demokratis, dan tidak menimbulkan gagangguan dalam hubungan sosial. Sungguh kepribadiannya harus diteladani.
Beliau memang guru sejati, guru yang memahami dan mempraktik bahwa setiap manusia, baiknya lebih dominan dari buruk. Fakta itu ditunjukkan oleh sikap Pak Hajj Masnal, bahwa hampir pada setiap pertemuan dan rapat senat di tingkat Fakultas dan Universitas beliau selalu memberikan kemudahan terhadap nasib dosen, seperti persetujuan naik pangkat dosen, setahu penulis belum pernah ia menghambat dan cendrung mendorong agar urusan hak Dosen ini segera disetujui forum rapat.
Kiprah beliau sebagai guru besar tidak diragukan sedikit juga pun. Perhatian, dukungan dan kinerjanya terhadap jurusan atau Prodi Bahasa Arab ditingkat S1 dan S2 adalah luar biasa. Koneksi yang dimiliki beliau dengan Duta Besar, Ulama dan Pakar dari Timur Tengah diundang memberikan kuliah umum, dosen tamu, dan juga bantuan buku, hasilnya telah menjadikan prodi S1 Bahasa Arab terakreditasi A. Begitu juga di level Pascasrjana S2, atas dukungan dan perhatiannya dapat berdiri dan berjalan baik. Luar biasa lagi Strata Tiga (S3) Prodi Bahasa Arab pada Pascasarjana UIN Imam Bonjol disetujui Senat Universitas pada bulan April 2021 ini, untuk diajukan, sekali lagi jasa besar Professor Masnal Zajuli akan dicatat sejarah.
“SEBENAR” HAJI
Maaf pak haji, dan pembaca, maksud sebenar haji, tidak ada konotasi meniadakan orang lain, dan tidak pula untuk memuji beliau. Makna yang terkandung dalam sebenar haji adalah sebagai ekspresi penulis, pada satu saat, pernah ditanyakan sama beliau, sudah berapa kali bapak pergi haji?. Jawab beliau dilihat catatan dulu ya, tidak ingat lagi sambungnya.
Memang setahu penulis, sejak 30 tahun lalu, beliau selalu pergi haji tiap tahunnya, belum lagi umroh, entah sudah berapa kali? Hanya beliau yang tahu, catatan beliau begitu rapi dan jelimet sekali. Entah sudah berapa pula buka catatan pribadi beliau juga tidak banyak orang yang tahu. Yang jelas, semua pemasukan dan pengeluaran uang sekecil apapun, dari mana sumber dan kemana dibayarkan semua tertulis dengan mengunakan tulisan Arab.
Kembali pada sebutan penulis sebenar haji itu juga didukung dengan pengalaman penulis bertemu dengan pedagang di Pasar Raya, pejabat Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat, pengusaha, termasuk pengusaha non pribumi, mereka semua menyebut beliau dengan pangilan Pak Haji Masnal atau Buya Haji Masnal.
Sebutan sebenar haji untuk beliau juga didasarkan pengalaman penulis bertamu dan mengikuti pola dan tata pembinaan jamaah di saat musim haji. Musim haji tahun 2005, penulis mendapat tugas menjadi petugas haji, Ketua Kolter, memimpin 400 orang jamaah asal Kota Bukittinggi. Ketika di Mekah penulis menemui beliau di maktab Aziziyah membimbing jamaah KBIH Nur Zikrillah. Penulis disuguhi menu kolak kurma, beliau sendiri yang memasak ya enak rasanya. Penulis diperlihatkan bagaimana memperlakukan jamaah yang stres, bagaimana pula menempatkan diri secara baik dengan jamaah.
Pengalaman beliau yang luas dan berkali-kali membimbing jamaah haji, sejak dari manasik di tanah air bersama KBIH Nur Zikrullah, membimbing jamaah sampai ke tanah suci, dan memberikan ceramah haji yang berdasarkan pengetahuan luas dan pengalaman banyak, menjadikan panggilan sebenar haji itu tidaklah berlebihan rasa penulis.
Haji yang menjadi identitas mulia bagi umat Islam Indonesia memang tidak bisa disebut ada yang sebenarnya atau tidak. Tetapi disini sudah difocuskan artinya dengan mengunakan tanda dua koma awal dan akhir, artinya dalam batas panggilan. Hakikat dan atau nilai mabrur haji itu semua urusan yang Maha Kuasa. Penulis tidak punya otoritas untuk memberikan penilaian pada kualitas haji seseorang, lebih lagi hajinya guru sendiri.
PENUTUP
Terlalu banyak yang hendak ditulis dari guru umat dan guru para buya ini, keterbatasan ruang yang tersedia, mengharuskan pengungkapan diri, kinerja dan pengabdian beliau cukup di sini saja. Jalan panjang, turun naik dan kehadiran akmukarram Pak Haji Masnal Zajuli dalam ruang hidup setiap orang, tentu akan berbeda, namun penulis yakin, beliau adalah sosok teladan dan guru besar yang besar konstribusinya. Semoga beliau sehat, terus menasehati generasi pelanjut, dan kita semua tetap mendapatkan mutiara hikmah dari beliau. SELAMAT MEMASUKI MASA PURNA TUGAS PAK HAJI. Doa kami menyertai bapak. amin. ds. 25 April 2021M/13 Ramadhan 1442H.