PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH: SEBUAH IDE TEROBOSAN

1.261 Lihat

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH:

SEBUAH IDE TEROBOSAN

Oleh: Nandang Sarip Hidayat
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau
Abstract
Problem of learning the Arabic language is the problem of certain elements of the inhibition process of
learning the Arabic language, the problem of learning the Arabic language consists of linguistic problems of
governance that includes sounds / Phonetik, vocabulary, writing, morphology, syntax and semantics, the problem
of non-linguistic include: socio kultural, materials, facilities, instructional media, teacher competence, interests
of students, and others. The world’s attention on learning the Arabic language has been started since the 17th
century and in 1947 in the England and is growing rapidly in the world to Indonesia at this time.

Key Words: Problematika, Pembelajaran Bahasa Arab, Linguistik, non Linguistik, Sosio-Kultural
Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting dalam berinteraksi dengan siapapun di dunia ini, banyak sekali bahasa yang tercipta, semua itu untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan yang lainnya. Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang utama, kreatif, dan cepat bagi manusia untuk menyampaikan ide, pikiran dan perasaannya. Bahasa tidak mungkin terpisahkan dari kehidupan manusia, karena manusialah yang menggunakan bahasa itu sendiri untuk berinteraksi. Bahasa Arab memiliki keistimewaan dengan bahasa lainnya, karena nilai sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang mendalaminya serta bahasa Arab juga ditakdirkan sebagai bahasa al-Qur’an yang mengkomunikasikan
kalam Allah. Karena di dalamnya terdapat uslub bahasa yang mengagumkan bagi manusia dan tidak ada seorang Pun yang mampu menandinginya.Bahasa Arab dan al-Qur’an merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.Dalam belajar al-Qur’an bahasa Arab adalah syarat mutlak yang harus dikuasai, demikian halnya dengan belajar
bahasa al-Qur’an berarti belajar bahasa Arab. Bahasa Arab termasuk salah satu di antara bahasa yang banyak digunakan di dunia, karena banyak yang menggunakannya, maka bahasa Arab ini menjadi bahasa Internasional dan diakui oleh dunia. Maka tidak berlebihan jika pembelajaran bahasa Arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai Lembaga Pendidikan Tinggi baik Negeri maupun Swasta, Umum maupun yang Agama untuk diajarkan dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Namun bukanlah suatu urusan yang mudah bisa memahami bahasa asing (Arab), karena bukan bahasa sipenutur asli yang biasa digunakan. Maka hal ini tidaklah bisa diingkari dapat berpotensi pada problematikapembelajaran bahasa Arab.Problematika pembelajaran Bahasa Arab ini bisa disebabkan oleh kondisi yang ada dalam bahasa Arab itusendiri (Problematika Linguistik), seperti Problematika Phonetik / tata bunyi, penulisan, Morfologi, Sintaksis/gramatikal,dan Semantik, Dan bisa juga disebabkan oleh problematika Non Linguistik seperti: Problematika SosioKultural, Sejarah, dan Problematika yang terdapat pada Guru atau peserta didik itusendiri dalam proses pembelajaran
bahasa Arab.

Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu belajar dan mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lainnya.
1) Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Perilaku mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman,keterampilan sikap dan sebagainya. Sedangkan pengertian lain menyebutkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam buku yang lain Oemar Hamalik menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan”. Lebih lanjut Sardiman mengatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut: Pertama. Kesiapan (readiness): yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu,khususnya kegiatan belajar mengajar.Kedua. Motivasi: yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Ketiga. tujuan yang ingin dicapai Sedangkan belajar bahasa Arab merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Fungsi bahasa Arab dalam Islam tampak dalam kegiatan-kegiatan peribadatan seperti lafaz sholat, adzan, iqomah dan lain-lain. Karena sifatnya yang ritual maka lafaz-lafaz tersebut harus diucapkan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.

2) Pengertian Mengajar
Seiring dengan perkembangan zaman, definisi mengajar dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan.Dalam hal ini ada beberapa definisi tentang mengajar yang dilontarkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya adalah: Menurut pandangan William H.Burton, dkk: “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang,bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Sama halnya dengan belajar, mengajarpun menurut Nana Sudjana pada hakikatnya “mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”. Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu upaya atau usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan merekayasa lingkungan belajar guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan pengertian pengajaran menurut Sastra Widjaja,pengajaran adalah “suatu usaha mengubah seseorang agar ia dapat berperilaku tetap dimana usaha mengubah itu dilakukan secara terkendali”. Sedangkan Ahmad Rohani menjelaskan bahwa pengajaran adalah “totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi, dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up”. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa konsep pengajaran adalah upaya seorang guru secara menyeluruh dan terorganisir dalam proses belajar mengajar mulai dari perencanaan hingga evaluasi untuk mencapai perubahan tingkah laku peserta didik.Sedangkan Depag merumuskan bahwa “Pengajaran bahasa Arab adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing dn mengembangkan dan membina kemampuan bahasa Arab siswa baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab dalam hal ini bahasa Arab Fusha”.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik, Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor-faktor tersebut dengan pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya.
Berikut akan dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:
Pertama, Media dan instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam membantu guru mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa sehingga menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah
yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar-mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.

Kedua, Metode pengajaran memiliki peranan yang penting dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar artinya proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar yang bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Ketiga, Evaluasi atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Tanpa adanya evaluasi guru tidak akan mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tidak bisa menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan untuk memperbaikinya. Syekh Mustafa al-Gulayani dalam bukunya “Jamiuddurus AlArobiyah” mendefinisikan bahasa Arab sebagai berikut: bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan. Jadi pembelajaran bahasa Arab adalah salah satu mata pelajaran aktif dan inti yang interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran dalam proses membelajarkan peserta didik.

Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab dimulai dari pertama kali pada abad ke – 17, ketika bahasa Arab mulai diajarkan di Universitas Cambridge Inggris, sementara di Amerika serikat, perhatian terhadap bahasa Arab dan pembelajarannya baru dimulai pada tahun 1947 di sekolah – sekolah tentara Amerika. Di Mesir, banyak pusat pembelajaran bahasa Arab, diawali dengan adanya proyek pengembangan bahasa Arab yang dilengkapi dengan perencanaan dan pengembangan materi-materinya.Pembelajaran Bahasa Arab bagi non Arab merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari, karena urgensi Bahasa Arab bagi masyarakat dunia saat ini cukup tinggi baik bagi muslim ataupun non muslim. Hal ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pembelajaran bahasa Arab diberbagai Negara antara lain: Lembaga Radio Mesir, Universitas Amerika di Mesir, Institut Kajian Keislaman di Madrid Spanyol, Markaz Khurtum di Sudan, LIPIA di Jakarta, Yayasan al-Khoir milik Emirat Arab yang tersebar di Indonesia masing-masing di Surabaya,Bandung, Makasar, Malang, Solo, dan di pondok Pesantren yang tersebar di Indonesia. Banyak alasan kenapa orang non Arab mempelajari bahasa Arab, seperti dikemukakan oleh Rusydi Ahmad Thu’aimah antara lain:
1. Motivasi Agama terutama Islam, karena kitab suci agama Islam berbahasa Arab, tentunya untuk menggali kajian-kajian ilmu yang terdapat dalam al-Quran atau kitab –kitab yang berbahasa Arab, terlebih dahulu harus paham bahasa Arab, oleh sebab itu perlu dipelajari.
2. Orang non muslim akan merasa asing kalau berkunjung ke jazirah Arab yang biasanya berkomunikasi dengan bahasa Arab baik Fusha atau ‘Amiyah.
3. Banyak karya Ulama-ulama Klasik yang berbahasa Arab diberbagai disiplin ilmu, yang mempunyai kualitas ilmiah yang sangat tinggi.

Problematika adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan perbedaan struktur antar satu bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema tersebut muncul dari dalam bahasa Arab itu sendiri (problematika linguistik) dan non linguistik atau di kalangan pengajar (guru) dan peserta didik itu sendiri.

Problematika Linguistik
Problematika linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiriebagai bahasa Asing. Problema yang datang dari pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya komponen-komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran bahasa Arab baik dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.Sedangkan problematika yang muncul dari siswa dalam belajar bahasa Arab adalah pengalaman dasar latar belakang sekolah, penguasaan mufradhat (pembendaharaan kata), dan akibat faktor lingkungan keluarga akibatnya mereka mengalami kesulitan untuk memahami bacaan-bacaan serta tidak mampu menguasai bahasa Arab secara utuh baik dalam gramatika maupun komunikasinya.Problematika linguistik itu diantaranya:

a) Tata bunyi/Phonetik 
Tata bunyi/Phonetik dalam bahasa Arab ini memiliki sifat yang berbeda dan bermacam dalam cara pengucapannya, masing-masing mempunyai kareteristik tersendiri seperti tata bunyi huruf halqiyah/Tenggorokan ( ), sifat tata bunyi antara dua mulut, tata bunyi ke hidung, Tata bunyi huruf yang berdekatan dalam cara pengucapannya, seperti: , dan Tata bunyi lainnya yang menjadikan susah dalam pengucapannya.Dan termasuk problematika Tata bunyi ini diantaranya: bahwa beberapa fonem Indonesis tidak ada padanannya dalam bahasa Arab, seperti bunyi P, G, dan NG, sehingga bunyi P diucapkan orang Arab dengan bunyi B, seperti kata Jepang menjadi / Yaban, Spanyol menjadi / Asbania, Kampar menjadi /Kambar, bunyi G menjadi Ghin atau Jim, seperti kata Garut menjadi huruf nun dan jim atau nun dan ghin, seperti kata Inggris menjadi/ Jarut, bunyi NG diucapkan dengan dan seterusnya.Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya, akan tetapi aspek tata bunyi sebagai dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat
perhatian. Hal ini disebabkan karena pertama, tujuan pembelajaran bahasa Arab hanya diarahkan agar pelajarmampu memahami bahasa tulisan yang terdapat dalam buku-buku berbahasa Arab. Kedua, pengertian hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode gramatika-terjamahan. Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas metode ini tidak lengkap dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu pada dasarnya adalah ujaran. Memang perlu diketahui bahwa diberbagai pesantren, masjid, bahkan di rumah-rumah dalam rangka mengajarkan Al-Qur’an telah diajarkan tata bunyi bahasa yang disebut makharijul huruf dalam ilmu tajwid. Akan tetapi ilmu tersebut menitik beratkan perhatian hanya untuk kepentingan kemahiran membaca AlQur’an, bukan untuk tujuan membina dan mengembangkan kemahiran menggunakan bahasa Arab. Jadi selama ini tata bunyi kurang diperhatikan dalam mempelajari bahasa Arab. Akibatnya seorang yang sudah lama mempelajari bahasa Arab masih juga kurang baik dalam pengucapan kata-kata atau kurang cepat memahami kata-kata yang diucapkan orang lain. Akibatnya selanjutnya masih terdapat kesalahan menulis ketika pelajaran didiktekan baik pelajaran bahasa Arab atau pelajaran-pelajaran lain yang bersangkut paut dengan bahasa Arab.

b) Kosa kata
Faktor menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab dan bagi guru bahasa Arab di Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena sudah banyak sekali kata Arab yang masuk ke dalam bahasaIndonesia atau bahasa daerah. Namun demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasasiswa dapat menimbulkan persoalan-persoalan sebagai berikut:
1. Pergeseran arti, seperti kata Masyarakat yang berasal dari kata / Musyarakah, dalam bahasa Arab arti masyarakat yaitu keikutsertaan, partisipasi, kebersamaan, diartikan dengan , begitu juga dengan kata Dewan yang berasal dari kata dan seterusnya.
2. Lafadznya berubah dari bunyi aslinya, seperti berkat dari kata Khabar. Dan seterusnya./ berkat, kata Kabar dari kata /
3. Lafadznya tetap tetapi artinya berubah, seperti kata / Kalimah yang berarti susunan kata-kata yang bisa memberikan pengertian, sedangkan arti bahasa Arab adalah kata-kata.

c) Tulisan 
Adapun problematika dalam tulisan diantaranya:
1. Sistem penulisan Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, dimana, kemampuannya tidak dimiliki oleh kebanyakan orang, dibanding dengan sistem penulisan latin.
2. Satu huruf memiliki banyak bentuk yang berbeda tergantung letak huruf itu sendiri dalam kata, ada yang diawal, ditengah, dan diakhir kata. Tentunya berbeda dalam penulisannya, ditambah lagi dengan ragam tulisannya, ada yang harus disambung dan dipisah
3. Huruf-huruf yang berdekatan dan menyerupai, seperti huruf: . bentuk huruf semuanya sama, hanya titik yang membedakannya.
4. Tidak ada kesesuaian antara tulisan dan pengucapannya. Ada sebagian yang ditulis tetapi tidak diucapkan. Seperti: Alif sesudah waw jama’ah: , atau sebaliknya, diucapkan tetapi tidak ditulis, seperti: dalam kata yang diucapkan dengan . Dan seterusnya.
5. Letak Penulisan Hamzah yang bermacam-macam. Ada yang terletak diawal kalimat, ditengah, dan diakhir kalimat atau ditulis pada alif ( ), pada “ ya “ ( ), pada “waw” ( ) atau ditulis secara tersendiri.
6. Penulisan Alif al-Maqsurah ( ), perbedaannya dengan “ya”. Khususnya, ketika “ya “ ditulis tanpa titik Problem dalam tulisan ini, disebabkan karena tulisan Arab berbeda sama sekali dengan bahasa (tulisan latin). Oleh karena itu, tidak mengherankan meskipun sudah duduk di perguruan tinggi seperti UIN / IAIN / STAIN, masih ada juga yang membuat kesalahan dalam menulis Arab baik mengenai pelajaran bahasa maupun ayat-ayat Al-Quran dan Hadits, baik pada buku catatan ataupun dalam karangan-karangan ilmiah.

d) Morfologi 
Morfologi adalah studi tentang pola suatu kata yang terdiri dari beberapa perubahan shighat / bentuk kata, menurut sistem yang ada pada morfologi tersebut. Beberapa hal penting Problematika Morfologi ini diantaranya:
1. Banyaknya bab dan topik sharf, dimana setiap bab dan topik itu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang terkadang menyita waktu dan menyulitkan.
2. Integrasi antara bab sharf dan Nahwu, karena terdapat hubungan antara keduanya Al-Astrabadi mengemukakan: “ Ketahuilah bahwa Tashrif adalah bagian dari Nahwu “. Pernyataan itu
mengisyaratkan bahwa tidak ada batasan jelas antara bab sharf dan bab nahwu, kajian sharf terkadang masuk pada kajian Nahwu, dan begitu sebaliknya,seperti fiil-fiil yang menashabkan 2 maf’ul masuk dalam objek kajian Nahwu, sedangkan disisi lain masuk dalam objek kajian Sharf. hal ini menimbulkan keraguan dan kebingungan bagi yang mempelajarinya.
3. Gabungan Sima’ dan Qiyas pada sebagian bab sharf, seperti: satu fiil mempunyai 2 masdar, contoh:. Dan seterusnya.
4. Kesulitan dalam tata bunyi / phonetik, berpengaruh kepada kesulitan memahami Morfologi / Sharf.

e ) Sintaksis/Gramatikal 
Ketika Sharf memperhatikan perubahan pola kalimat, maka nahwu sangat memperhatikan hubungan antara unsur-unsur jumlah seperti hubungannya dengan tekhnik Tarakib sesudah memahami tata bunyi dengan baik, tidak mungkin bisa memahami sebuah kata, apabila tdak memahami tata bunyi sebelumnya,yang pada akhirnya akan memahami sebuah pola kalimat. Problematika sintaksisi ini tidak seberat problematia morfologi. Beberapa Problematika sintaksis, diantaranya:
1. Perbedaan Pola jumlah dalam bahasa Arab dari pola jumlah yang dipelajari peserta didik dalam pembelajaran bahasa asing lainnya. Contoh dalam Bahasa Arab , sedangkan dalam bahasa asing lainnya (Inggris). Memakai verb to be (am, is, are): Muhammad is Student. Atau Jumlah Fi’liyah dalam bahasa Arab: , tetapi dalam bahasa Inggris, tidak diawali dengan fiil, walaupun tetap jumlah filiyah: Muhammad came. Dan seterusnya.
2. I’rab atau ciri-ciri I’rab yang tidak ditemui dalam bahasa-bahasa asing lainnya, Memberikan kesan sulitdalalam memahami bahasa Arab.
3. Perbedaan susunan kalimat dengan bahasa lainnya.

f) Semantik
Beberapa problema semantik diantaranya:
1. Makna kalimat yang bermacam-macam dengan dilalah yang beraneka ragam.
2. Banyaknya kata-kata Arab memiliki kelebihan-kelebihan makna dan karakteristik tertentu.
3. Dilalah suatu kalimat berkaitan dengan morfologi dan sintaksis.

Problematika Non Linguistik
Problematika Non Linguistik ini adalah probleblematika yang muncul diluar zat bahasa itu sendiri, hal ini bisadilihat dari beberapa unsur, diantaranya:
1. Guru / Pendidik yang kurang memiliki kompetensi sebagai pengajar Bahasa Arab, baik kompetensi paedagogik,profesional, personal atau Sosial.
2. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi kuat dalam pembelajaran bahasa Arab, atau latar belakang peserta didik dalam pemahaman bahasa Arab.
3. Materi ajar yang kurang relevan lagi dengan kebutuhanyang ada bagi peserta didik.
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan mendukung dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Sebagai sosio-kulturil bahasa Arab sudah tentu berbeda dengan sosio-kulturil bangsa Indonesia. Hal ini menimbulkan problem pula sehubungan dengan pembelajaran bahasa Arab. Karena akibat perbedaan sosio-kulturil tersebut, maka antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan antara lain ungkapanungkapan, istilah-istilah ataupun nama-nama benda. Problem yang mungkin timbul adalah ungkapan-ungkapan,istilah-istilah, dan nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan cepat dipahami pengertiannya oleh pelajar Indonesia yang belum mengenal sedikitpun segi sosio-kulturil bahasa Arab. Untuk mengatasi problematika ini perlu diusahakan penyusunan materi pelajaran bahasa Arab yang mengandung hal-hal yang dapat memberikan gambaran sekitar sosio-kulturil bangsa Arab. Tentu saja, materi tersebut harus berhubungan dengan praktek penggunaan bahasa Arab. persoalan ini dianggap sangat penting,
karena bagaimanapun wawasan dan pengetahuan sekitar sosio-kultural jazirah Arab akan dapat mempercepat pemahaman pelajar bahasa Arab tentang makna dan pengertian berbagai ungkapan, istilah dan nama benda yang kas bagi bahasa Arab, secara umum, istilah tersebut tidak memiliki persamaan dalam bahasa Indonesia, namun apabila telah mengenalnya akan bias menempatkan dalam situasi yang tepat. 8Sesuatu hal yang menarik, ketika melihat fenomena yang ada, bahwa pembelajaran bahasa Arab ini kurang berhasil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dipandang signifikan, diantaranya:
1. Guru hanya banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa dibanding keterampilan berbahasa.

2. Bahan pelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa baik secara lisan ataupun tulisan.tetapi Banyak berkisar pada pembahasan tentang unsur-unsur bahasa seperti: Fonologi, Morfologi, dan sintaksis, serta kurang aflikatif dalam menggunakan unsur – unsur bahasa tersebut.

3. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berperan aktif.
4 Struktur Bahasa dibahas secara terpisah, kurang integratif dan kurang menekankan kenbermaknaan, struktur bahasa yang diajarkan llepas dari konteks sosial budayanya.
5 Sistem penilaian lebih banyak menekankan asfek kognitif, dan tidak menuntut keterampilan bahasa secara integratif.

Penutup
Problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang menjadi penghambat terlaksananya keberhasilan pembelajaran Bahasa Arab, Problematika ini diantaranya: Problematika Linguistik yaitu Problematika Phonetik/Tata Bunyi, Kosa kata, Tulisan, Morfologi, Sintaksis, Semantik. Dan Problematika Non Linguistik, diantaranya dari unsur Guru/Pendidik, Peserta didik, Materi Ajar dan Media / Sarana Prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi social yang berbeda yang kan menjadi problem dalam pembelajaran bahasa Arab.

Rekomendasi
Memahami bahasa Arab baik dalam tatanan teoritis ataupun praktis adalah sesuatu yang sangat urgen dimiliki oleh segenap pecinta khazanah keilmuan dan sosio – cultural kehidupan bangsa dunia, karena dengan memahami bahasa Arab akan dapat menggali nilai-nilai ilmiah yang mencakup nilai religi, ekonomi, politik, dan sosial budaya, dan bahasa Arab merupakan alat untuk memahami buku-buku klasik yang mempunyai bobot ilmiah yang sangat tinggi, juga sebagai alat komunikasi, tetapi seiring juga dengan adanya Problematika pembelajaran bahasa Arab, yaitu unsur-unsur yang menjadi penghambat terlaksananya keberhasilan pembelajaran bahasa Arab, maka ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak, dalam mengatasi problematika Linguistik, dimana problematika ini berasal dari intern bahasa Arab itu sendiri, maka diperlukan pemahaman yang mumpuni tentang bahasa Arab itu sendiri, dengan cara mempelajarinya secara kontinyu, begitu juga dengan problematika non linguistik, perlunya mengenal dan memahami sosio-kultural bahasa Arab melalui beberapa ungkapan atau istilah-istilah bahasa Arab yang disajikan dalam bentuk pembelajaran yang menyenangkan, bahan ajar yang relevan, media pembelajaran, sarana prasarana yang memadai, tentunya didukung dengan guru yang memiliki kompetensi (personal, profesional, social dan paedagogik) serta didukung oleh minat kuat peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab, oleh sebab itu perlu perhatian dari stekholder yang terkait, perlunya penambahan jam bahasa Arab di sekolah-sekolah umum dan agama yang relative masih kurang. Tentunya tanpa dukungan dari semua pihak, maka problematika ini tidak akan bisa teratasi, dimana pada akhirnya akan menjadi penghambat keberhasialan pembelajaran bahasa Arab.

Endnotes
Abdul Aziz bin Ibrahim al-Ashili, Asasiyat ta’lim al-Lughat al-Arabiyat li-Annathiqin bi al-Lughatil ukhra, Jami’ah ummul Qura,
Riyadh, 1423 H, hal.193
Zizkamal.Blogspot.com, diakses tanggal 20 september 2011.
Yunus, Fathi Ali dan Muhammad ‘abd Rauf al-Syeikh, Al-Marja’fi Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah li al –Ajanib, maktabah Kairo, 2003,
hal. 22
Syuhadak, Pembelajaran Bahasa Arab bagi muslim Indonesia ( Naskah Pidato Ilmiah pada Rapat terbuka Senat UIN Malang, 2006.
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Lughah Lighairi al-Nathiqin biha, beirut, 1989, hal.31-32
Jamaluddin, Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra,yogyakarta, AdiCita Karya Nusa, 2003, hal. 38.
Acep Hermawan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, Remaja RosdaKarya, Bandung, 2011, hal. 101
Ahmad Izzan, Metodelogi pembelajaran bahasa Arab, Humaniora, Bandung, 2011, hal.63.
Muljanto Sumardi, Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal.56

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *