MAKALAH
MODERASI BERAGAMA
DALAM AL-QUR’AN DAN HADIS
Disusun oleh:
Nama : NURBAITI
Kelas : A2 PIAUD
Dosen Pengampu : Dr. Satrio, M.A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an dan Hadis.”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar karya tulis ini dapat lebih baik di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca.
Sungai Lekop, 18 September 2025
Penyusun
Nurbaiti
DAFTAR ISI
2.1 Moderasi Beragama Dalam perspektif Islam. 2
2.2 Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an. 2
2.3 Moderasi Beragama dalam Hadis. 4
2.4 Nilai-Nilai Moderasi dalam Beragama. 5
2.5 Implementasi Moderasi dalam Kehidupan. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang majemuk memiliki keberagaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Keberagaman ini merupakan kekayaan bangsa, namun sekaligus dapat menjadi tantangan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu tantangan terbesar adalah munculnya sikap intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
Dalam konteks inilah, moderasi beragama menjadi sangat penting. Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dengan mengambil jalan tengah, menghindari sikap ekstrem dan berlebihan, serta mengedepankan toleransi dan keadilan. Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam telah menegaskan pentingnya umat Islam untuk menjadi ummatan wasathan atau umat pertengahan yang adil dan seimbang.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian moderasi beragama dalam perspektif Islam?
- Apa dasar moderasi beragama dalam Al-Qur’an?
- Apa dasar moderasi beragama dalam Hadis?
- Apa saja nilai-nilai moderasi beragama?
- Bagaimana implementasi moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Penulisan
- Menjelaskan pengertian moderasi beragama.
- Menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan moderasi beragama.
- Menyampaikan hadis-hadis tentang moderasi beragama.
- Menjelaskan nilai-nilai moderasi beragama.
- Memberikan gambaran implementasi moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Moderasi Beragama Dalam perspektif Islam.
Pengertian Secara etimologis, kata moderasi berasal dari bahasa Latin ‘moderatio’ yang berarti kesedangan, keadilan, atau keseimbangan. Dalam bahasa Arab, moderasi beragama sering disebut wasathiyah yang berarti pertengahan atau jalan tengah. Dalam konteks ajaran Islam, moderasi beragama berarti memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama secara seimbang, tidak berlebih-lebihan (ifrath) dan tidak mengurangi (tafrith).
2.2 Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an
Pengertian Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an adalah sikap beragama yang seimbang, adil, dan tidak berlebihan (ekstrem) dalam menjalankan ajaran agama. Moderasi ini menekankan agar umat Islam tidak bersikap fanatik berlebihan yang dapat menimbulkan kekerasan, tetapi juga tidak bersikap terlalu longgar hingga mengabaikan syariat.
Al-Qur’an sendiri menggunakan istilah “ummatan wasathan” (umat pertengahan) yang menjadi dasar konsep moderasi beragama :
- Al-Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ١٤٣ ( البقرة/2: 143)
- Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. . (Al-Baqarah/2:143)
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam diperintahkan untuk menjadi umat yang adil, moderat, dan seimbang dalam menjalankan agama.
- Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣ ( الحجرٰت/49: 13)
- Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
(Al-Hujurat/49:13)
- Ayat ini mengajarkan pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
- An-Nisa ayat 135:
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا ١٣٥ ( النساۤء/4: 135)
- Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika dia (yang diberatkan dalam kesaksian) kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu (kemaslahatan) keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang (dari kebenaran). Jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling (enggan menjadi saksi), sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.
(An-Nisa’/4:135)
- Ayat ini menunjukkan bahwa moderasi beragama diwujudkan dalam bentuk keadilan yang universal.
2.3 Moderasi Beragama dalam Hadis
Moderasi beragama dalam hadis berarti sikap pertengahan (tawassuth), adil, dan tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan agama sebagaimana yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Dalam banyak hadis, Nabi menekankan agar umat Islam tidak bersikap ghuluw (berlebihan) maupun terlalu meremehkan syariat.
- Dasar dari hadis tentang moderasi beragama:
- Larangan berlebihan dalam agama
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
“Janganlah kalian berlaku ghuluw (sikap berlebih-lebihan), karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena bersikap ghuluw dalam agama.” (HR. Ahmad)
- Hadis ini mengajarkan bahwa berlebihan dalam beragama (baik dalam ibadah maupun dalam menilai orang lain) akan menimbulkan kerusakan.
- Agama itu mudah
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
“Sesungguhnya agama ini mudah. Tidaklah seseorang mempersulit dirinya dalam (beragama) kecuali dia akan kalah (tidak mampu). Maka bersikaplah lurus, sederhana, dan bergembiralah.”(HR. Bukhari)
- Hadis ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang penuh keseimbangan, bukan untuk menyulitkan pemeluknya.
- Umat terbaik adalah yang pertengahan
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
خَيْرُ الأُمُورِ أَوْسَطُهَا
“Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan.”(HR. Ahmad)
Moderasi di sini berarti tidak condong ke ekstrem kanan (keras, radikal) atau ekstrem kiri (terlalu bebas, mengabaikan syariat). Moderasi beragama dalam hadis adalah sikap umat Islam untuk menjalankan agama secara adil, seimbang, dan sederhana sesuai dengan kemampuan, menjauhi sikap berlebihan (ghuluw), serta tidak meremehkan ajaran agama.
2.4 Nilai-Nilai Moderasi dalam Beragama
Pengertian nilai-nilai moderasi beragama adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan sikap moderat (tengah, seimbang, tidak ekstrem) dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. Nilai-nilai ini menjadi pedoman agar umat beragama bisa hidup rukun, adil, dan harmonis tanpa meninggalkan ajaran pokok agamanya.
- Nilai-nilai utama moderasi beragama antara lain:
- Tawassuth (tengah-tengah / adil)
Tawassuth adalah sikap pertengahan atau moderat dalam beragama maupun kehidupan sosial. Istilah ini berasal dari kata Arab وَسَط (wasath) yang berarti:
- tengah-tengah, moderat, adil, proporsional, tidak ekstrem.
Tawassuth menolak dua sikap ekstrem:
- Tatharruf (berlebihan, fanatik, ekstrem kanan).
- Tafrit (melalaikan, ekstrem kiri).
Dengan demikian, tawassuth berarti menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat, tidak berlebih, dan tidak kurang.
Makna wasath menurut ulama:
- adil (Ibn Kathir), tengah-tengah (al-Tabari), terbaik dan pilihan (al-Razi), menolak ekstrem dalam beragama (Qaradawi)
- Dalil tawassuth : Al Baqarah : 143
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ١٤٣ ( البقرة/2: 143)
- 143. Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku. (Al-Baqarah/2:143)
- Tasamuh (toleransi)
- Menghargai perbedaan keyakinan, budaya, dan pendapat.
- Memberikan ruang hidup berdampingan secara damai.
- Dalil-Dalil Tasamuh (Toleransi) : QS. Al-Baqarah : 256 – Tidak Ada Paksaan dalam Agama
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ٢٥٦ ( البقرة/2: 256)
- Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah maka sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Al-Baqarah/2:256)
- Ayat ini merupakan dasar kuat bahwa Islam menghargai kebebasan berkeyakinan. Tidak ada pemaksaan dalam urusan iman.
- Tawazun (seimbang)
Dalam moderasi beragama, tawazun adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan tidak mengutamakan salah satunya secara berlebihan.
- antara dalil tekstual dan kontekstual
- antara hak dan kewajiban
- antara ibadah dan muamalah
- antara urusan dunia dan akhirat.
- Dalil Tawajun (seimbang) : Al-Qasas : 77 — Seimbang antara Dunia dan Akhirat
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧ ( القصص/28: 77)
- Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Al-Qasas/28:77)
- I’tidal (tegak lurus / adil)
Dalam konteks moderasi beragama, i‘tidal adalah sikap tegak lurus dalam menjalankan ajaran agama, yaitu adil terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap kebenaran. I‘tidal juga berarti tidak ekstrem dalam suatu urusan, tidak berlebihan (ifrat) dan tidak meremehkan (tafrith).
- Bersikap lurus, objektif, dan tidak memihak secara zalim.
- Menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan sosial.
- Dalil I’tidal (tegak lurus/adil) : QS. Al-Mā’idah : 8 — Perintah untuk Berlaku Adil
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ٨ ( الماۤئدة/5: 8)
- Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Ma’idah/5:8)
- Musawah (egaliter / persamaan)
yaitu memberikan hak dan perlakuan yang sama kepada setiap manusia tanpa diskriminasi atas dasar suku, ras, warna kulit, status sosial, jenis kelamin, agama.
Dalam Islam, musāwah merupakan salah satu prinsip keadilan sosial yang menegaskan bahwa semua manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Allah, yang membedakan hanya ketakwaannya.
- Dalil Musawah (egaliter / persamaan) : QS. Al-Hujurāt : 13 — Semua Manusia Sama
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣ ( الحجرٰت/49: 13)
- 13. Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (Al-Hujurat/49:13)
- Syura (musyawarah)
Syura (الشُّورَى) berasal dari kata “syawara” yang artinya berkonsultasi atau bermusyawarah.
Secara istilah:
Proses pengambilan keputusan bersama berdasarkan pendapat yang paling benar dan maslahat, mengedepankan dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah bersama.
- Dalil syura (musyawarah) : QS. Asy-Syura: 38
وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ ٣٨ ( الشورى/42: 38)
- (juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka. Mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka;
(Asy-Syura/42:38)
- Ishlah (perdamaian / perbaikan)
Ishlah berasal dari kata as-shalah yang berarti memperbaiki, mendamaikan, atau
membawa pada keadaan lebih baik.
Secara istilah, ishlah berarti upaya untuk menciptakan kedamaian, menyelesaikan konflik, memperbaiki hubungan, dan menghadirkan kebaikan bersama, dapat menjadi penengah dalam konflik, dan mengutamakan perdamaian sehingga dapat mendorong kebaikan bersama.
- Dalil Ishlah : Al-Hujurat: 10 – Perintah tegas untuk mendamaikan pihak yang bertikai.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ ١٠ ( الحجرٰت/49: 10)
- Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (Al-Hujurat/49:10)
- Qudwah (teladan baik)
Qudwah berarti teladan, contoh baik, atau figur yang patut ditiru dalam ucapan, sikap, dan perbuatan.
Secara istilah:
Qudwah adalah perilaku nyata yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, sehingga bisa menjadi contoh positif bagi orang lain, menjadi contoh sikap moderat dalam beragama di tengah masyarakat.
- Dalil Qudwah (teladan baik) : Al-Ahzab: 21 – Nabi Muhammad adalah qudwah utama umat Islam.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢
( الاحزاب/33: 21)
- Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab/33:21)
- Mahabbah (kasih sayang)
Mahabbah berasal dari kata hubb yang berarti cinta, kasih sayang, dan kecenderungan kepada kebaikan.
Secara istilah:
Mahabbah adalah sikap penuh cinta, perhatian, dan kelembutan hati kepada Allah, sesama manusia, dan seluruh makhluk.
Dalam moderasi beragama, mahabbah menjadi pondasi harmonisasi agar manusia saling menghormati dan menjauhi kekerasan dan menumbuhkan rasa cinta kasih kepada sesama umat manusia.
- Dalil Mahabbah (kasih sayang) :
- Ali Imran: 31 – Mahabbah kepada Allah diwujudkan lewat mengikuti sunnah Nabi.
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣١ ( اٰل عمران/3: 31)
- Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali ‘Imran/3:31)
- Al-Ma’idah: 54
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٥٤ ( الماۤئدة/5: 54)
- Wahai orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada celaan orang yang mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Ma’idah/5:54)
- Ar-Rahman – didalam isi surah Ar Rahman Allah memperkenalkan diri dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Pengasih, Maha Penyayang), sebagai dasar kasih sayang dalam Islam.
2.5 Implementasi Moderasi dalam Kehidupan
Moderasi beragama tidak hanya konsep, tetapi harus diamalkan dalam sikap, ucapan, dan tindakan.
- Moderasi dalam Berpikir
- Tidak langsung percaya informasi tanpa verifikasi (cek fakta).
- Tidak berpikir hitam–putih; memahami bahwa masalah sering memiliki banyak sisi.
- Terbuka terhadap kritik dan pendapat lain.
- Moderasi dalam Bicara
- Menyampaikan pendapat dengan sopan dan tidak menyudutkan pihak lain.
- Menghindari ujaran kebencian, fitnah, atau provokasi.
- Menggunakan bahasa yang menenangkan, bukan memecah konflik.
- Moderasi dalam Bertindak
- Tidak mengambil tindakan impulsif; mempertimbangkan akibat jangka panjang.
- Menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kepentingan bersama.
- Tidak berlebihan dalam konsumsi (makanan, belanja, media sosial, dll.).
- Moderasi dalam Beragama
- Menjalankan ajaran agama dengan lurus tanpa sikap fanatik atau intoleran.
- Menghormati keyakinan orang lain.
- Mengutamakan nilai rahmat, kasih sayang, dan persatuan.
- Moderasi dalam Pekerjaan
- Menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat.
- Tidak perfeksionis berlebihan tetapi tetap bertanggung jawab.
- Mampu bekerja sama, bukan hanya mementingkan diri sendiri.
- Moderasi dalam Sosial dan Media Digital
- Tidak mudah terprovokasi isu sensitif.
- Bijak dalam berbagi konten.
- Menghindari polarisasi dan tetap menghargai perbedaan pilihan.
Manfaat Nyata dari Moderasi
- Hubungan lebih damai dan harmonis.
- Diri lebih stabil dan tidak mudah stres.
- Keputusan hidup lebih matang.
- Terhindar dari konflik yang tidak perlu.
Implementasinya dapat dilihat dalam beberapa aspek:
- Dalam kehidupan pribadi – tidak berlebihan dalam ibadah maupun urusan dunia.
- Dalam kehidupan bermasyarakat menghormati tetangga yang berbeda agama dan budaya.
- Dalam kehidupan berbangsa – mengedepankan persatuan, keadilan, dan toleransi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Moderasi beragama adalah jalan tengah dalam memahami dan mengamalkan agama, sehingga tercipta kehidupan yang damai, rukun, adil, dan selaras dengan tujuan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan juga sikap pertengahan dalam menjalankan ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam menjadi ummatan wasathan (umat moderat) yang adil dan seimbang. Hadis Nabi menekankan pentingnya menghindari sikap berlebihan dalam beragama serta menegaskan bahwa agama itu mudah. Implementasi moderasi beragama dapat dilakukan dengan sikap toleran, adil, serta menjauhi ekstremisme.
3.2 Saran
Moderasi beragama harus dipraktikkan dalam setiap lini kehidupan agar tercipta masyarakat yang rukun, damai, dan berkeadilan.
Diharapkan umat Islam mampu menerapkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta masyarakat yang rukun, damai, dan sejahtera. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan tokoh agama juga diharapkan berperan aktif dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Al-Bukhari. Shahih al-Bukhari.
Muslim. Shahih Muslim.
Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.
Nurcholish Madjid. (1992). Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Quraish Shihab. (2007). Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
