BERBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA ARAB
ABSTRAK
Kosa kata adalah elemen yang penting dalam penguasaan bahasa Arab. Koleksi jumlah kosakata yang terbatas akan menghambat siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa target, yakni bahasa Arab. Oleh karena itu, guru harus memiliki strategistrategi didalam pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam meningkatkan perbendaharaan kosakata siswa agar tujuan menguasai bahasa Arab siswa tercapai dengan baik.
ABSTRACT
The vocabulary is an essential element in the mastery of Arabic. Collection number limited vocabulary would hinder students to communicate in the target language, namely Arabic. Therefore, teachers must have strategies in learning the Arabic language, especially in improving students’ vocabulary for the purpose of mastering the Arabic language students achieved well
Kata Kunci: Kosakata, Strategi Pembelajaran, Pembelajaran Bahasa arab.
A. Latar belakang
Mac Turck dan George A. Morgan (1995:283) menyatakan bahwa mastery is great skillfulness and knowledge of some subject or activity. Penguasaan berarti pengetahuan dan kecakapan dalam melakukan suatu aktivitas. Hal ini berarti seseorang dapat dikatakan menguasai ketika ia memiliki pengetahuan yang baik dalam dirinya lalu dapat Widi Astuti : Berbagai Strategi Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam bentuk kegiatan atau aktivitas. Dalam pembelajaran berbahasa, penguasaan kosakata ini teraplikasikan pada keterampilan menyimak,berbicara, membaca, dan menulis.Jadi, penguasaan kosakata ini sangat berpengaruh pada keterampilan berbahasa siswa.1 Pentingnya pembelajaran kosakata terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa berbahasa menyebabkan pembelajaran kosakata semakin mendesak untuk dilakukan secara lebih serius dan terarah. Hal ini disebabkan kenyataan di lapangan masih banyak dijumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran bahasa Arab. Kesulitan ini terutama terlihat pada saat pembelajaran empat keterampilan berbahasa yang disebabkan kemampuan penguasaan kosakata bahasa Arab yang rendah. Seiring dengan pentingnya penguasaan perbendaharaan kosakata bahasa Arab dan berbagai kesulitannya, maka pembelajaran bahasa Arab yang efektif sangat dibutuhkan yakni dengan menghadirkan Strategi-strategi Pembelajaran bahasa Arab yang aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dilakukan oleh guru sangat berperan sebagai upaya dalam meningkatkan perbendaharaan kosakata bahasa Arab siswa.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat merumuskan dua permasalahan, yaitu sebagai berikut.
1. Mengapa diperlukan strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata?
2. Apa saja strategi-strategi dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata?1
C. Teori strategi
Kata “strategi” dalam kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran Ilmu dan Seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam kondisi perang atau dalam kondisi yang menguntungkan Ilmu dan Seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dandamai. Tempat yang baik menurut siasat perang.2 Hilda Taba dalam Suprihadi Saputro dkk, menyatakan bahwa “Strategi Pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu
2. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda satu dengan yang lainnya, maka jenis kegiatan belajar yang harus dipraktikkan oleh peserta didik membutuhkan persyaratan yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk menjadi peloncat indah, seseorang harus bias berenang terlebih dahulu, syarat loncat indah adalah berenang, atau untuk menjadi pengaransemen arranger musik dan lagu, seseorang harus belajar not balok terlebih dahulu ada contoh di atas tampaklah bahwa setiap kegiatan belajar membutuhkan latihan atau praktik langsung.
Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Sedangkan Pembelajaran itu sendiri ialah proses memperoleh ilmu pengetahuan atau kemahiran. Dikutip Robert M. Gagne (1970) dalam The Condition of Learning,pembelajaran merupakan “perubahan tingkah laku atau kebolehan seseorang yang dapat dikekalkan, tidak termasuk perubahan yang disebabkan proses pertumbuhan.
Menurut Woolfolk (1980) dalam Educational Psychology for Teachers, pembelajaran dilihat sebagai perubahan dalaman yang berlaku kepada seseorang dengan membentuk perkaitan yang baru atau sebagai potensi yang sanggup menghasilkan tindak balas yang baru. Adapun ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Suatu proses yang terus-menerus, dapat secara formal melalui sekolah dan tak formal, melalui rekan sebaya, keluarga, media massa, dan lain-lain.
2. Mempunyai teori-teori pembelajaran,
3. Empat teori pembelajaran utama adalah behavioris,kognitif, sosial, dan humanis. Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu.
Istilah kosakata dalam bahasa Indonesia sejajar dengan istilah perbendaharaan kata atau leksikon. Membicarakan kosakata berarti membicarakan suatu bidang bahasa yang disebut leksikologi atau ilmu kosakata. Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata. Rivers (Nunan, 1991: 117) menyatakan bahwa kosakata merupakan hal yang penting agar dapat menggunakan bahasa.5
kedua (second language). Tanpa kosakata yang luas seseorang tidak akan dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam komunikasi secara komprehensif. Perbendaharaan kosakata sangat berpengaruh pada ketrampilan berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang dihasilkan oleh seseorang dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas nantinya. Pandangan ini didukung oleh Rivers (1983,dalam Nunan 1991) yang berargumen bahwa pemerolehan kosakata yang memadai sangat penting dalam penggunaan bahasa.
kedua, karena tanpa kosakata yang memadai seseorang tidak akan bisa menggunakan struktur dan fungsi yang telah dipelajari untuk berkomunikasi dengan baik. Peserta didik perlu strategi khusus dalam pengajaran dan pembelajaran kosakata untuk menyimpulkan kata-kata dari konteks dan menemukan makna dari kata-kata yang ditemui.
Pemerolehan kosakata tidak menurun sejalan dengan usia pembelajar, seperti pada pronounciation. Bahkan pada usia dewasa, seseorang lebih mudah memperoleh kosakata. Ini mungkin disebabkan karena orang sudah mempunyai lebih banyak pengetahuan pendukung yang mengitari penggunaan kosakata. Semakin banyak seseorang memiliki kosakata, semakin mudah ia untuk menambah kosakatanya.
Kosakata adalah semua kata yang dipahami oleh seseorang dalam bahasa tertentu baik yang sifatnya reseptif atau produktif. Proses pemerolehan kosakata dapat bersifat spontan dan melalui pembelajaran spesifik. Pemerolehan kosakata secara spontan yaitu memperoleh arti dari kata-kata baru melalui kontak dan dalam situasi komunikasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang spesifik yaitu dari pemerolehan bahasa ke pembelajaran bahasa, dari implisit ke proses belajar yang disengaja, dan bertujuan mempercepat proses belajar alamiah. Kosakata konkrit adalah kata-kata yang dapat digambarkan secara lebih mudah dalam memvisualisasikannya. Sebagai contoh kelompok kata-kata ini adalah nama-nama benda, dan kata kerja seperti bebek, sapi, pohon, menulis, membaca, mencuci, dan sebagainya. Kosakata abstrak adalah kelompok kata yang sulit untuk divisualisasikan dengan gambar atau ditunjukkan dengan peragaan.
Tujuan umum pembelajaran kosakata (mufradat) bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa, baik melalui bacaan maupun fahm al-masmu’.
2. Melatih siswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar, karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar
3. Memahami makna kosakata, baik secara denotasi atau leksikal maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu.
4. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradat itu dalam berekspresi lisan maupun tulisan sesuai dengan konteksnya.
D. Strategi pembelajaran kosakata bahasa arab
Effendi menjelaskan secara rinci tentang tahapan dan strategi pembelajaran kosakata (al-mufrodat) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata yakni sebagai berikut:
1. Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan pengajar atau media lain, baik berdiri sendiri maupun didalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar.
2. Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengar. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
3. Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini hendaknya guru menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, kareba bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bias digunakan oleh pengajar untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian foto/gambar, sinonim, antonim, memperlihatkn benda asli atau tiruannya, peragaan gerakan tubuh dan terjemahan sebagai alternatif terakhir bila suatu kata memang benarbenar sukar untuk dipahami siswa.
4. Membaca kata. Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan dan memahami makna kata-kata, kemudian guru menuliskannya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
5. Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis katakata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
6. Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-kalimat yang bervariasi dan Siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar siswa dapat memahami dan mempergunakannya sendiri.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kosakata di atas tentunya dapat dijadikan acuan para pengajar bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam hal ini juga harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata tertentu yang dianggap mudah atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.Di bawah ini dipaparkan pula strategi-strategi pembelajaran kosakata bahasa Arab berdasarkan tingkatannya. Tingkatan tersebut dibagi menjadi tiga yakni tingkat pemula/dasar (mubtadi’), tingkat menengah(mutawassid), dan tingkat lanjutan (mutaqaddim). Beberapa strategi pembelajaran kosakata tingkat dasar (mubtadi’) dapat dilakukan dengan :
1. Menggunakan nyanyian/lagu. Melalui nyanyian/lagu ini diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan siswa pada saat belajar dan memberikan kesenangan agar dapat meningkatkan penguasaan mufradat atau menambah perbendaharaan mufradat.
2. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya.
3. Meminta siswa membaca berulang kali.
4. Mendengarkan dan menirukan bacaan dan mengulangulang bacaan serta menulisnya sampai siswa benar-benar paham dan menguasainya.
Strategi pembelajaran kosakata tingkat menengah (mutawassid) dapat ditempuh antara lain dengan :
1. Menggunakan peragaan tubuh, guru dapat menunjukkan makna kata dengan memperagakannya.
2. Menulis kata-kata, penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu jika siswa diminta untuk menulisnya.
3. Dengan bermain peran.
4. Memberikan padanan kata-kata (sinonim)
5. Memberi lawan kata (antonim)
6. Memberi asosiasi makna
7. Guru menyebutkan akar kata dan devariasinya (kata yang mengalami perubahan), hal ini dapat membantu siswa memahami kosakata sesuai dengan perubahan kalimatnya
Pada tingkat lanjut strategi pembelajaran bahasa arab dapat ditempuh antara lain dengan :
1. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
2. Mencari makna kata dalam kamus.
3. Mengacak mufradat agar menjadi susunan kata yang benar
4. Meletakkan kata dalam kalimat
5. Memberikan harakat pada kata.14
Secara lebih rinci W. Gulo menjelaskan tentang strategi pembelajaran kosakata (al-mufradat) dalam bukunya strategi belajar mengajar, pengajar dapat menggunakan beberapa strategi antara lain:
1. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
2. Mencari makna kata dalam kamus
3. Ketika mengajarkan kosakata baru, pengajar dapat meminta siswa langsung mencari maknanya dalam kamus.
4. Mengacak mufradat agar menjadi susunan kata yang benar
5. Meletakkan kata dalam kalimat
6. Memilih contoh mufradat yang baik untuk siswa, jangan sampai mengajar mufradat yang mendidik apalagi provokatif seperti dhoroba, qotala, rofasa.
7. Menyusun kalimat yang benar dari beberapa mufradat yang telah disediakan.
8. Memberikan harokat kata
9. Menerjemahkan kosakata kedalam bahasa ibu. Cara ini merupakan jalan terakhir, ketika seluruh cara digunakan tidak mampu memberi pemahaman siswa. Guru tidak dianjurkan terburu-buru menggunakan cara ini, Karena cara ini berdampak negative terhadap perkembangan kebahasaan siswa seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.15 Selain strategi-strategi yang telah dipaparkan di atas, ada strategi yang efektif dalam pembelajaran kosakata bahasa Arab untuk meningkatkan perbendaharaannya, yakni salahsatunya dengan menggunakan media flashcrads.16
Langkah-langkah cara menggunakan flashcard, yaitu:
1. Kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa.
2. Cabut satu persatu kartu ketika guru selesai menerangkan
3. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduknya berdekatan dengan posisi guru pada saat menerangkan, mintalah siswa tersebut untuk mengamati, teruskan pada siswa yang lain hingga semuanya kebagian untuk mengamati
4. Untuk sajian berupa permainan, letakan kartu secara acak dalam sebuah kotak. Siapkan siswa yang akan berlomba, misalnya tiga orang siswa berdiri sejajar dan kemudian guru memberikan aba-aba “mauzun”, maka siswa akan berlari menghampiri kotak tersebut untuk mengambil kartu bergambar pisang dan bertuliskan banana.
Setiap media yang kita gunakan tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan. Semua itu bergantung kepada bagaimana kita sebagai fasilitator kelas mampu menempatkan dan menyesuaikan materi ajar dengan media yang akan kita gunakan. Pada media flashcard ini, ada beberapa kelebihan yang ia bawa sebagai media pembelajaran, diantaranya: Menyenangkan, flashcard dalam penggunaanya dapat melalui permainan. Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan (fisik).
Praktis, dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flashcard ini sangat praktis, dalam menggunakan media ini seorang guru tidak dituntut memiliki keahlian khusus. Tinggal mengusun urutan gambar sesuai dengan keinginan, pastikan posisi gambar tidak terbalik, dan jika sudah selesai digunakan simpan kembali dengan cara diikat atau menggunakan kotak khusus agar tidak tercecer.
Mudah diingat, karakteristik media flashcard adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Misalnya tata cara berwudhu, mengenal nama binatang, buah-buahan, angka menggunakan bahasa inggris dan lain sebagainya. Sajian pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan pendek tersebut. Adanya kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan dalam mengingat.
Mudah dibawa-bawa, ukuran yang kecil memudahkan untuk disimpan ditas bahkan disaku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan sangat fleksibel karenadapat digunakan didalam kelas maupun diluar kelas.17
E. Penutup
Strategi pembelajaran bahasa Arab sangat berpengaruh terhadap peningkatan perbendaharaan kosakata bahasa Arab siswa. Melalui berbagai inovasi strategi pembelajaran yang dihadirkan guru siswa dapat belajar kosakata bahasa Arab secara aktif, kreatif, dan inovatif. Disamping itu guru harus juga menghadirkan media didalamnya agar ketika menyampaikan materi pembelajaran dapat memudahkan siswa menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agne, Robert M. 1970. The Condition of Learning dalam http://lrc.binus.ac.id/downloads/TE/Gagne.pdf.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata
Kasmawati, “Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam manado chantiq. piles.wordpress.com..
MacTurckk, Robert H. and George A. Morgan. 1995. Mastery Motivation arigins, conceptualizations and Applications. New Jersey: Ablex Publishing Corporation.
Nunan, D. 1991. Language teaching methodology: A textbook for teachers Sydney: Prentice Hall International (UK) Ltd.
Silberman, Mel. 2004. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS,.
Susanto Windura. 2010. Memory Champion @ school, Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Tim Penyusun Kamus Besar. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Woolfolk, Anita E. 1980. Educational Psychology for Teacher.Boston: Pearson Education Inc.
Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta. Gaung Persada Press.
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MUFRADAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI DAYAH DI KOTA BANDA ACEH
Abstrak
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Di dalam berkomunikasi melalui bahasa, kata merupakan kunci yang ikut menentukan lancar tidaknya komunikasi tersebut. Jika kata-kata yang dimiliki atau perbendaharaan kata/kosa kata sedikit, maka akan sering mengalami kesulitan dalam mendengarkan percakapan atau pembicaraan yang diucapkan. Penguasaan kosa kata adalah suatu hal yang utama untuk dipelajari dan sebagai syarat bagi mereka yang ingin mahir dalam berbahasa, apabila penguasaan kosa kata tersebut adalah penguasaan aktif maka kemungkinan akan semakin mahir pula dalam berbicara bahasa Arab.
Abstract
Proficiency in speaking is one type of language ability to be achieved in teaching modern languages, including Arabic. In communicating through language, words are the key that determines whether or not the communication is smooth. If you have few words or vocabulary/vocabulary, you will often have difficulty listening to conversations or conversations that are spoken. Mastery of vocabulary is the main thing to learn and as a condition for those who want to be proficient in the language, if the mastery of the vocabulary is active mastery, it is likely that they will be more proficient in speaking Arabic.
Kata Kuci: Mufradat, Kemahiran, Santri Dayah
A.Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan bangsa tertentu. Sedangkan bahasa Arab merupakan salah satu bahasa besar di dunia yang dituturkan oleh lebih dari dua ratus juta umat manusia dan digunakan secara resmi oleh hampir dua puluh Negara. Bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semit. Dalam perkembangan penggunaannya bahasa ini dibagi menjadi bahasa Arab Fushha (formal) dan ‘Ammiyah (non formal). Bahasa ‘ammiyah adalah bahasa Arab yang digunakan oleh orang umum dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat negara-negara Arab, sedangkan bahasa Fushha adalah bahasa Arab yang dipakai oleh Al-Qur’an, hadits, kitab-kitab turats Arab, kitab-kitab modern secara keseluruhan dalam administrasi serta dalam seminar-seminar ilmiah nasional atau internasional.
Bahasa Arab bagi non Arab merupakan bahasa asing, namun demikian bahasa Arab memiliki nilai lebih dibandingkan dengan bahasa lain, karena sumber hukum umat Islam (Al-Qur’an dan Hadits) menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab juga diajarkan bahkan menjadi kurikulum resmi pada sekolah-sekolah Islam. Begitu pentingnya bahasa Arab sehingga banyak orang yang ingin mempelajari bahasa Arab. Muljanto Sumardi menyatakan bahwa tujuan mempelajari bahasa asing (termasuk bahasa Arab) adalah agar seseorang dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut, baik lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.
Tujuan pengajaran bahasa Arab tidak luput dari empat keterampilan, yaitu: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk saling pengertian, komunikasi timbal balik.
Mufradat (kosa kata) adalah unsur utama bahasa yang harus dikuasai oleh pelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Kegiatan berbicara sebenarnya suatu materi yang sangat menarik, akan tetapi keadaannya dapat menjadi sebaliknya. Kegiatan berbicara menjadi membosankan, tidak terangsang partisipasi pelajar dan suasana dalam rauangan menjadi kaku. Hal itu terjadi sangat mungkin karena dilatarbelakangi oleh minimnya kosa kata dan pola kalimat yang dimiliki oleh pelajar.
Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi sarana pengajaran bahasa Arab adalah Dayah, Dayah dalam bahasa Arab (zawiyah) artinya sudut, karena pengajian pada zaman awal Islam dilakukan di sudut-sudut masjid. Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam di Aceh (di pulau jawa disebut pesantren). Dayah di Aceh merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan untuk membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian dan berkarakter Islami, dimana kadangkadang pada lembaga pendidikan formal pendidikan karakter kurang diperhatikan oleh para pendidik. Hal itu terjadi karena proses pembelajaran di pendidikan formal cenderung mengajarkan.1pendidikan moral dan budi pekerti sebatas tekstual semata. Seementara lembaga pendidikan Dayah/Pesantren terpadu menyeimbangkan pengetahuan agama dengan pengetahuan umum. Dayah/Pesantren sebagai satuan pendidikan luar sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
Dalam Perda No. 6 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Pendidikan pasal 1 ayat 17 disebutkan bahwa Dayah adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan Islam dengan sistem pondok/rangkang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Yayasan/perorangan yang dipimpin oleh Ulama Dayah. Pasal 15 ayat 3 disebutkan pula bahwa Pemerintah berkewajiban membina dan mengawasi kegiatan pendidikan Dayah. Qanun No 23 tahun 2002 penyelenggaraan pendidikan di NAD pada pasal 16, ayat 1 disebutkan bahwa Dayah/pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem Pondok/rangkang yang dipimpin oleh ulama, diselenggarakan oleh yayasan, badan sosial, perorangan, dan atau pemerintah. Dan ayat 2 juga menyebutkan bahwa pendidikan Dayah/pesantren terdiri atas Dayah Salafiyah atau disebut dengan dayah tradisional yang tidak menyelenggarakan program pendidikan umum seperti di madrasah, dan dan Dayah Terpadu yang menyelenggarakan program pendidikan madrasah dalam jenjang pendidikan Menengah (SMP/MTs) dan Menengah Atas (SMA/MA).
Dayah Modern dan Dayah Tradisional adalah lembaga pendidikan yang memiliki komplek dengan gedung-gedung yang terdiri dari asrama santri dan rumah teungku, gedung madrasah, lapangan olah raga, kantin, kooperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh teungku dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Kemudian secara normatif ada beberapa unsur komponen pendidikan dayah di Aceh, yaitu adanya teungku (pengajar), balai pengajian, mesjid, murid, kurikulum dan metode mengajar. Secara umum, orientasi pendidikan Islam meliputi; orientasi pada pelestarian nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Pembelajaran Mufradat bahasa Arab di Dayah Dayah
memiliki banyak kelebihan, salah satu kelebihannya adalah diterapkannya bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari bagi santrinya. Kedua bahasa ini merupakan bahasa asing bagi pelajar di Indonesia. Kelancaran komunikasi dengan bahasa asing ini diawali dengan penguasan kosa kata yang memadai. Agar perbendaharaan mufradat/kosa kata santri tidak terbatas dan santri mampu berkomunikasi dengan lancar, maka perlu adanya pembekalan mufradat yang memdai. Pembekalan itu terlihat dengan adanya disiplin berbahasa yang mengharuskan santri untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pembelajaran mufradat dapat dilakukan tidak hanya di dalam kelas, akan tetapi juga di luar ruangan kelas.
Pembelajaran di luar ruangan kelas merupakan kegiatan penunjang kebahasaan yang sangat mendukung pembelajaran bahasa Arab di dalam kelas. Adapun kegiatan ini dikelola oleh mudabbir dan mudabbirah, (pengurus) bagian bahasa dan ustadz/ah musyrifah (pembimbing) bahasa.
Menurut ahli bahasa, mufradat (kosakata) adalah salah satu komponen bahasa yang paling penting, sedangkan komponen kedua adalah membaca untuk memahmi (reading comprehension).2 Tujuan dari pembelajaran bahasa Arab tidak luput dari empat keterampilan yaitu: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Untuk mencapai kemahiran berbahasa, pembelajaran mufradat merupakan dasar yang sangat penting, karena mufradat (kosakata) merupakan bagian utama dalam penerapan pembelajaran bahasa. Alasannya adalah hakikat bahasa hanyalah kumpulan kosa kata yang memberi makna kepada pihak lain.
Penguasaan kosakata adalah asas dalam pembelajaran bahasa dan merupakan syarat utama untuk mahir berbahasa, karena kualitas berbahasa seseorang sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimilikinya3 . Yang dimaksud dengan kualitas adalah pengetahuan dalam penggunaan kosa kata tersebut yang didukung oleh kamampuan ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Sementara kuantitas adalah banyaknya kosa kata yang dikuasai sehingga pelajar atau santri mampu berkomunikasi dengan bahasa ini dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak atau sedikitnya penguasaan mufradat sangat tergantung pada model pembelajaran bahasa yang diterapkan oleh pendidik. Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh pendidik, baik orang tua atau guru untuk membelajarkan anak didik terhadap materi; yaitu bagaimana mendapatkan kiat untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap4 . Sedangkan pembelajaran mufradat (kosakata) adalah berbagai upaya dan kegiatan belajar mengajar yang ditempuh oleh guru untuk membekali murid; yaitu cara-cara guru memberikan kosakata berbahasa Arab dengan tujuan agar santri menghafal kosa kata yang banyak dengan baik, sehingga mereka mahir menggunakan bahasa ini sesama sendiri bahkan mampu berkomunikasi dengan penutur Arab asli.
Pembelajaran mufradat tidak bisa lepas dari pembelajaran bahasa secara keseluruhan, karena mufradat merupakan komponen dasar dari pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing memiliki beberapa macam metode, di antara metode tersebut adalah:
1. Metode langsung Dalam penerapan metode ini guru langsung menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Jika ada kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan dengan gerak tubuh, menggambarkan dan lain-lain.
2. Metode oral Metode ini adalah hampir sama dengan metode phonetic dan reform method, tetapi pada oral method penrapan bahasa dititikberatkan pada latihan-latihan lisan atau penuturanpenuturan dengan mulut. Mulut terus menerus dilatih untuk terbiasa berbicara lancar (fluently), serasi dan spontan.
3. Metode membaca Dalam pengimplementasian metode ini materi pelajaran terdiri dari teks bacaan yang dibagi-bagi menjadi seksi-seksi pendek, tiap seksi atau bagian ini didahului dengan daftar katakata yang maknanya diajarkan berdasarkan konteks, terjemahan atau gambar-gambar yang medukung.
4. Metode Gramatika-Translation Metode ini merupakan kombinasi antara metode gramatika dan metode terjemah. Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penterjemahan kata-kata tanpa konteks, kemudian penterjemahan bacaan-bacaan pendek dan penafsiran. Sedangkan untuk latihan ucapan tidak diberikan, kalaupun diberikan hanyalah ketika dianggap diperlukan saja.
5. Metode Mim-mem Implementasi metode ini, kegiatan belajar melalui metode ini berlangsung tanpa menampilkan nahwu atau drill gramatika serta struktur kalimat atau structure drill, sementara latihan menggunakan kosa kata dan gammatika adalah dengan mengikuti atau menirukan guru atau native informan.
Perlu diingat bahwa mekanisme berbicara adalah proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-paru.5 Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Keterampilan berbicara dapat terwujud setelah keterampilan menyimak dan mengucapkan kosa kata bahasa Arab. Keterampilan ini dapat berupa percakapan, diskusi, cerita atau pidato.
Adapun kemahiran berbicara yang penulis maksudkan disini adalah kemahiran santri dalam berbicara bahasa Arab dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana, seperti ungkapanungkapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat dengan kehidupan mereka. Untuk melakukan kegiatan berbicara bahasa Arab, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
a.Mempunyai topik yang dibicarakan. Topik harus berupa halhal yang berkaitan dengan pengalaman hidup siswa baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
b. Memiliki kosa kata yang relevan dengan topik. Agar siswa dapat memiliki kosa kata tersebut, guru harus mengembangkan kosa kata mereka dengan cara:
1) Memotivasi siswa untuk selalu menggunakan kosa kata baru dalam percakapan dan penulisan.
2) Kosa kata yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan pengalaman mereka.
3) Guru harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk memikirkan ungkapanungkapan kata dan kalimat baru.
4) Pada saat siswa berbicara, guru harus memperhatikan kata-kata mereka dan tidak memotong pembicaraan mereka, dan setelah selesai mereka berbicra baru menjelaskan kesesuaian kata tersebut dengan konteks kalimat.
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan bahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa setelah kemahiran mendengar, baru kemudian diikuti dengan kemahiran membaca dan menulis. Kemahiran berbicara agak berat dibanding dengan kemampuan-kemampuan yang lain, karena kemampuan berbicara memerlukan yang lain untuk menyimak dengan baik dan mengoreksi dengan benar, juga memerlukan lebih banyak waktu untuk berlatih.
Karena agak berat dibanding dengan kemahiran yang lain, kemahiran berbicara membutuhkan latihan agar dapat menguasai kemahiran berbicara dengan baik. Adapun model latihan-latihan tersebut menurut Ahmad Fuad Effendi adalah:
a.Latihan Asosiasi dan Identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas santri dan kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya. Bentuk latihannya yaitu:
1) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya dengan kata tersebut.
2) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada hubungannya dengan kata tersebut.
3) Guru menyebut satu kata benda, siswa menyebut kata sifat yang sesuai.
4) Guru menyebut suatu kata kerja, siswa menyebut pelaku.
5) Guru menyebut satu kata kerja, siswa 1 menyebutkannya yang cocok, 2 siswa melengkapinya dengan sebuah frasa dan 3 siswa mengucapkan kalimat yang disusun bersama.
6) Guru menulis di papan tulis beberapa kategori/jenis benda, siswa diminta mengingatnya. Beberapa saat kemudian tulisan dihapus. Kemudian guru menyebut satu kata benda dan siswa menyebut sejenis benda tersebut.
7) Guru atau salah satu seorang siswa menulis satu kata (secara rahasia). Kemudian siswa satu persatu mengajukan pertanyaan untuk dapat menebak kata yang ditulis.
b. Latihan Pola Kalimat
Pembahasan menyangkut dengan tehnik pengajaran qawaid/struktur telah diuraikan berbagai macam model latihan, yang secara garis besar dapat dibagikan dalam tiga jenis:
1) Latihan manipulative
2) Latihan bermakna
3) Latihan komunikatif
c. Latihan Percakapan
Latihan percakapan diawali dengan mengambil topik tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa. Dalam latihan ini tidak hanya aspek-aspek kebahasaan saja yang diperhatikan, tetapi juga aspek-aspek sosial budaya, seperti sopan santun, gerak gerik serta perilaku dalam bercakap-cakap. Diantara model-model latihan percakapan yaitu:
1) Tanya jawab
2) Menghafal dialog
3) Percakapan terpimpin
4) Percakapan bebas
d. Bercerita
Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan. Tapi yang mendapat tugas cerita, kadang kala merupakan siksaan karena barangkali siswa tidak tidak memiliki gambaran apa yang akan diceritakan. Oleh karena itu guru hendaknya membantu siswa dalam menemukan topik cerita. Guru juga harus membekali sejumlah mufradat yang dibutuhkan.
e. Diskusi
Ada beberapa model diskusi yang dapat dipakai dalam latihan berbicara, antara lain:
1) Diskusi kelas dua kelompok berhadapan
2) Diskusi kelas bebas
3) Diskusi kelompok
4) Diskusi panel Semua diskusi ini harus dibekali terlebih dahulu dengan kosa kata yang memadai, di samping itu guru harus menambahkan atau mengembangkan mufradat ketika diskusi berjalan.
f. Wawancara
1) Persiapan wawancara
Sebelum kegiatan dilaksanakan, pihak-pihak yang akan diwawancarai sudah mempersiapkan pokok masalah yang akan dibicarakan.
– Pewawancara dalam hal ini harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada sasaran informasi yang sudah direncanakan.
– Dalam hal ini guru berkewajiban membimbing ke arah pemakaian kalimat singkat dan tepat, disamping unsurunsur keefektifan lainnya.
2) Bentuk wawancara Kegiatan wawancara ini dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu:
– Wawancara dengan tamu Dalam hal ini guru sengaja menghadirkan seseorang ke dalam kelas untuk diwawancarai oleh para siswa
– Wawancara dengan teman kelas Dalam kegiatan ini, sebagian siswa mewawancarai yang lain. Untuk pembelajaran wawancara, selain mempersiapkan topik yang diwawancarai guru juga harus membekali siswa dengan mufradat yang memadai.
g. Drama
Drama merupakan kegiatan yang mengandung unsur-unsur rekreasi karena seni ini menyenangkan. Persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan adalah:
– Memilih naskah, dengan cara mencuplik bagian atau fragmen sandiwara yang sudah tertulis, yang dialognya dianggap baik sebagai alat untuk mengajarkan kemampuan berbicara.
– Siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan beberapa hari sebelum penampilan. Pemilihan naskah drama harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam penguasaan mufaradat dan kesulitan memahami teks.
h. Pidato
Kegiatan ini hendaknya dilakukan setelah siswa mempunyai cukup pengalaman dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain seperti percakapan, bercerita, wawancara, diskusi, dan lain-lain. Hal ini perlu karena kegiatan berpidato ini sifatnya selalu resmi dan membutuhkan gaya bahasa yang lebih banyak. Oleh karena itu perlu waktu persiapan yang cukup. Guru penting membekali siswa dalam berpidato dengan halhal yang menyangkut untuk ketertarikan pendengar berupa mimik, gaya bahasa, kosa kata dan kalimat yang dipilih.
C. Penutup
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Di dalam berkomunikasi melalui bahasa, kata merupakan kunci yang ikut menentukan lancar tidaknya komunikasi tersebut. Jika kata-kata yang dimiliki atau 154 perbendaharaan kata/kosa kata sedikit, maka akan sering mengalami kesulitan dalam mendengarkan percakapan atau pembicaraan yang diucapkan. Penguasaan kosa kata adalah suatu hal yang utama untuk dipelajari dan sebagai syarat bagi mereka yang ingin mahir dalam berbahasa, apabila penguasaan kosa kata tersebut adalah penguasaan aktif maka kemungkinan akan semakin mahir pula dalam berbicara bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2004
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Kosa Kata, Bandung: Angkasa, 1986
Muljanto Sumardi, Pengajaran bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari segi Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang,1974
Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005
Sri Utami Subyakto Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Gramedia, 1997