Puasa Menggapai Taqwa

848 Lihat

TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU : Safari Dakwah Ramadhan malam ke 4 Forum Komunikasi Muballigh Kota Tanjungpinang sebagai penyusun jadwal Ramadhan menetapkan tema Ramadhan malam ke 4 ini dengan tema

” Puasa Menggapai Taqwa”.

 

Hari ini adalah  Hari Sabtu tanggal 25 Maret 2023 M di mana kita sudah memasuki puasa Ramadhan ke tiga dan malam Ramadhan ke empat. Pertanyaannya, sudahkah kita memetik buah Ramadhan walaupun masih dalam hari kita berpuasa? Atau kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus saja selama puasa  sebagaimana disampaikan oleh Nabi SAW:

رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

 

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah)

 

Ini karena mereka tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan. Mereka seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari hal hal yang membatalkan  puasa saja. Di dalam hadits disebutkan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

 

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari)

 

Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Nabi menyebut:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث

 

“Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

 

Saudarku Hadirin jamaah sholat tarwih  rahimakumullah,

Buah utama puasa adalah takwa.  Hakikat takwa ini digambarkan dengan sangat jelas dalam perbincangan sahabat Umar bin Khaththab dan Ubay bin Ka’ab.

Suatu ketika, Umar bin Khaththab ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang hakikat takwa. Ubay balik bertanya kepada Umar: “Pernahkah engkau berjalan pada jalan yang penuh dengan duri?”

“Pernah” jawab Umar.

“Apakah yang engkau lakukan saat itu wahai Umar?” tanya Ubay kembali.

Umar bin Khaththab menjawab: “Tentunya aku berjalan sangat hati-hati”.

Kemudian Ubay bin Ka’ab menjelaskan itulah hakikat taqwa. Lalu Umar ra pun memberikan definisi takwa “Takwa adalah berjalan di hutan dengan hati-hati”.

Saudaraku Hadirin jamaah sholat tarwih rahimakumullah,

Karena itu, takwa tidak hanya berkaitan dengan rasa takut di dalam masjid saja atau di atas sajadah. Tapi harus tercermin pada sikap hati-hati dan takut kepada Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan, keyakinan ideologi, sosial, politik, ekonomi, budaya, peradaban dan bermasyarakat dan seterusnya.

 

Belum takwa namanya kalau masih suka mengejek orang lain, memakan riba, menyakiti sesama Muslim, korupsi, membiarkan saudara Muslim menderita,  , dan menghamba kepada sesama manusia.

Belum takwa namanya jika masih belum mengamalkan  Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW sebagai aturan kehidupan.

Belum takwa namanya kalau masih menganggap ajaran Islam sebagai musuh dan ancaman.

Belum takwa namanya kalau masih percaya dan yakin ada ajaran selain Islam yang benar dan menganggap ajaran Islam sama dengan ajaran agama lainnya.

 

Saudaraku Hadirin jamaah sholat tarwih rahimakumullah,

Takwa mengharuskan kita terikat dengan syariah Islam, meninggalkan dan menanggalkan aturan selain Islam. Imam ath-Thabari, saat menafsirkan surat Al Baqarah: 183, antara lain mengutip Al-Hasan  menyatakan, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka dan melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan atas diri mereka.” (Lihat: Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân li Ta’wîl al-Qur’ân, I/232-233).

 

Dengan demikian, jika takwa adalah buah dari puasa Ramadhan yang dilakukan oleh setiap Mukmin, idealnya usai Ramadhan, setiap Mukmin senantiasa takut terhadap murka Allah SWT. Lalu mereka berupaya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Mereka berupaya menjauhi kesyirikan. Mereka senantiasa menjalankan ketaatan. Mereka takut untuk melakukan perkara-perkara yang haram. Mereka senantiasa berupaya menjalankan semua kewajiban yang telah Allah SWT bebankan kepada dirinya.

 

Maka, menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya tentu dengan mengamalkan seluruh syariah-Nya baik terkait aqidah dan ubudiah; makanan, minuman, pakaian dan akhlak; muamalah (ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya .Mudah muahan dengan puasa yang kita jalankan mampu mengantarkan kita menjadi hamba hamba yang bertaqwa.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *