Muatan Keindonesiaan dalam Buku Bahasa Arab Kelas XI Madrasah Aliyah  

1.232 Lihat

Muatan Keindonesiaan dalam Buku Bahasa Arab Kelas XI

Madrasah Aliyah

 

 

Rijalul Ghifar Al-Fanani

Pendidikan Bahasa Arab, UIN Sunan Ampel Surabaya rijalalfanani26@gmail.com

Kamal Yusuf

Bahasa dan Sastra Arab, UIN Sunan Ampel Surabaya kamalinev@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the Indonesian content of Indonesian culture in the XI grade Arabic book printed by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia KMA Number 183 of 2019. Language learning is inseparable from the influence of culture and the elements in it on the target language community, especially Arabic. This study is a qualitative study using a linguistic approach that focuses on Indonesian cultural content. The primary data source in the study was the Arabic book class XI of the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia KMA Number 183 of 2019. The results of this study indicate that the Indonesian content of Indonesian culture contained in the Arabic book Madrasah Aliyah printed by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia number 183 in 2019 was only found. in chapter 6, the cultural elements contained in the Arabic book Madrasah Aliyah printed by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia number 183 in 2019 are identified that there are 6 that correspond to cultural elements including, a) religious systems and religious ceremonies, b) systems and social organizations, c) knowledge systems, d) arts, and e) technology systems and equipment.

Keywords: culture, Arabic, textbooks

ملخص

تهدف هره الدزاطت إلى جحد د المحخىي الإهدوهيس ي للثلافت الإهدوهيظيت في هخاب اللغت العسبيت للصف الحادي عشس المطبىع من كبل وشازة الد ن لجمهىزٍت إهدوهيظيا KMA زكم 381 لعام

Vol. 13, No. 1, Juni 2021                 147

  1. 9132. لا ًمىن فصل حعلم اللغت عن جأثير الثلافت وعناصسها على مجخمع اللغت الهدف ، وخاصت اللغت العسبيت. هرا البحث عبازة عن دزاطت هىعيت باطخخدام منهج لغىي ًسهص على المحخىي الثلافي الإهدوهيس ي. وان مصدز البياهاث الأطاس ي في الدزاطت هى الفصل الحادي عشس للىخاب العسبي الخابع لىشازة الدً ن لجمهىزٍت إهدوهيظيا KMA زكم 381 لعام 9132. وحشير هخائج هره الدزاطت إلى أن المحخىي الإهدوهيس ي للثلافت الإهدوهيظيت الىازد في هخاب اللغت العسبيت في المدزطت الثاهىٍ ت الري طبعخه وشازة الدً ن في حمهىزٍت إهدوهيظيا زكم 381 لعام 9132 لم ًخم العثىز عليه إلا. في الفصل الظادض ، جم جحدً د العناصس الثلافيت الىازدة في الىخاب العسبي “المدزطت العليا” الري طبعخه وشازة الدً ن لجمهىزت إهدوهيظيا زكم 381 لعام 9132 ، أن هنان 6 عناصس جخىافم مع العناصس الثلافيت بما في ذلك ، أ( الأهظمت الدًنيت والاحخفالاث الدًًنيت ، ب( الأهظمت والمنظماث الاحخماعيت ، ج( أهظمت المعسفت ، د( الفنىن  ، هـ( أهظمت ومعداث الخىنىلىحيا.

الكلمات المفتاحية: الثلافت ، اللغت العسبيت ، الىخب المدزطيت

Abstrak

 Penelitian ini betujuan untuk mengetahuimuatankeindonesiaan budaya Indonesia dalam buku bahasa Arab kelas XI cetakan Kementerian Agama Republik Indonesia KMA Nomor 183 Tahun 2019. Adapun belajar bahasa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan unsur-unsur yang ada didalamnya pada masyarakat bahasa sasaran khususnya bahasa Arab.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan linguistik yang berfokus pada muatan budaya Indonesia. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku bahasa Arabkelas XI Kementerian Agama Republik Indonesia KMA Nomor 183 Tahun 2019. Hasil penelitian ini menujukksn bahwa muatan keindonesiaan budaya Indonesia yang terdapat di dalam buku bahasa Arab Madrasah Aliyah cetakan Kementrian Agama Republik Indonesia nomor 183 tahun 2019 hanya ditemukan pada bab 6, Unsurunsur budaya yang  terdapat di dalam buku bahasa Arab Madrasah Aliyah cetakan Kementrian Agama Republik Indonesia nomor 183 tahun 2019 teridentifikasi ada 6 yang sesuai dari  unsur budaya diantaranya, a) sistem religi dan upacara keagamaan, b) sistem dan organisasi kemasyarakatan, c) sistem pengetahuan, d)  kesenian, dan e) sistem teknologi dan peralatan.

Kata Kunci : budaya, bahasa Arab, buku ajar

A. Pendahuluan

Di Indonesia banyak sekali ragam agama dan bahasa. Selain itu juga terdapat ragam budaya di dalamnya yang sangat berpengaruh pada agama dan bahasa. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Di dalam Al qur an itu sendiri bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab yang mana bahasa tersebut menjadi bahasa asing bagi Negara Indonesia.Koentjaraningrat (2015: 2) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan, yaitu:

  1. Sistem religi dan upacara keagamaan mencakup segala gagasan, pelajaran, aturan-aturan keagamaan, dongeng suci, riwayat tokoh, tata cara upacara.
  2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan mencakup struktur kasepuhan adat, rapat adat, kelompok janger, sistem perkawinan.
  3. Sistem pengetahuan merupakan seperangkat unsur yang berkaitan dengan cara mengetahui hal yang perlu diketahui seperti: (a) alam disekitarnya, (b) flora ditempat tinggal masyarakat tertentu, (c) fauna atau binatang, (d) zat-zat mentah yang berada disekitar, (e) tubuh manusia, (f) sifat dan tingkah laku manusia, (g) ruang dan waktu.
  4. Bahasa, Bahasa dari suatu suku bangsa selalu menunjukan berbagai variasi yang ditentukan oleh letak geografis dan bagaimana lingkungan sosial dalam masyarakat tersebut.
  5. Kesenian, Seni tari, seni rupa dan berbagai folklore atau karya sastra yang disebarkan melalui komunikasi lisan ataupun dinyanyikan dan didendangkan.
  6. Sistem mata pencaharian hidup, Misalnya pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi antar bahan baku dan bahan makanan.
  7. Sistem teknologi dan peralatan, Pembuatan alat-alat produksi, wadah, senjata, alat pembuat api.

Salah satu aspek budaya dalam berbudaya adalah keindonesiaan. Menurut Keraf (Marfai, 2013:35) Keindonesiaan menyangkut pengetahuan,pemahaman, dan adat kebisaan tentangadat manusaia, alam, dan memahamibagaimana relasi diantara semuapenghuni komunitas ekologis ini harusdibangun. Keindonesiaan harus bersifatkomunal secara kepemilikian dan tidakindividual.Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arabsangat dipengaruhi beragam aspek yang pada hakikatnya adalah upaya mencari cara yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab agar para pelajar menguasai bahasa Arab yang secara umum dijabarkan ke dalam empat keterampilan berbahasa.

Pada pengajaran bahasa terdapat dua pendekatan utama yaitu pendekatan formalis yang cenderung digunakan dalam waktu yang cukup lama, dan pendekatan fungsionalis yang baru berkembang pada abad ini. Pendekatan formalis mengutamakan pengajarannya bahasa lebih kepada bentuk-bentuk bahasa, sedangkan pendekatan fungsionalis lebih menekankan pada aspek fungsi. Sebagian kalangan ada yang berpendapat bahwa pengajaran unsur budaya pada bahasa bukanlah hal yang penting. Hal itu dikarenakan mereka menganggap bahwa pengajaran budaya membutuhan waktu yang lama dalam prosesnya. Padahal diberbagai pertemuan seperti seminar dan lainnya selalu membahas keterlibatan unsur budaya dalam pengajaran bahasa. Stern (dalam Yusari, 2012:121) menyatakan bahwa teori pembelajaran bahasa yang mengesampingkan persoalan-persoalan kebudayaan atau hanya menekankan aspek kebahasaan saja adalah salah.

Pengaruh ideologis dalam pembelajaran bahasa dapat dianalisis melalui teks yang digunakan sebagai bahan ajar. Selain itu, ideologi dalam pembelajaran bahasa dapat dikedepankan dengan menggunakan teori analisis wacana kritis dengan mengaplikasikannya dalam pembelajaran di buku teks.Ideologi bukan hanya dianggap sebagai bentuk adanya politik tetapi merupakan keyakinan budaya yang diwujudkan dalam bentuk materi dan praktik budaya. Oleh karena itu untuk membangun kesadaran bahasa kritis dalam pembelajaran bahasa bukan hanya mengajarkan struktur bahasa saja, melainkan menekankan pada pemahaman komunikasi untuk menyalurkan gagasan serta mengendalikan pemikiran dan tindakan seseorang melalui bahasa. Adapun belajar bahasa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan unsur-unsur yang ada didalamnya pada masyarakat bahasa sasaran khususnya bahasa Arab.Pernyataan tersebut mengandung pesan bahwa seseorang yang mempelajari bahasa target tanpa memahami budayanya mengindikasikan orang “pandai berbahasa, tapi bodoh budaya” (Chick, 2009).

Salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku teks atau buku ajar karena buku ajar mempunyai peranan penting dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa. Selain buku ajar yang mempunyai fungsi menjadi sumber utama dalam pengajaran, buku teks memiliki peranan penting dalam mengintegrasikan budaya dalam proses belajar mengajar. Hal itu menjadi penting dikarenakan buku ajar tidak hanya diajarkan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saja melainkan difahami dan muatan materi dalam buku ajar yang telah disajikan harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Warouw (2015) menjelaskan tentang keterkaitan antara bahan ajar yang diadaptasi oleh guru juga dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana pengajar tersebut berada

Buku teks memiliki peran penting dalam pembelajaran. Buku teks berperan dalam memberikan informasi tentang budaya masyarakat tutur. Stephen Billy Olajide menyatakan bahwa budaya tidak monolitik, setiap peneliti buku teks memiliki gaya dan sudut pandang yang berbeda dalam budaya menulis dalam buku teks yang ditulisnya. Oleh karena itu, penelitian ini mengasumsikan bahwa terdapat perbedaan budaya yang ditampilkan pada buku teks bahasa Arab untuk siswa non-bahasa Arab.Masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia yang berkaitan dengan budaya dan bahasa khususnya pembelajaran dijenjang sekolah adalah kurangnya publikasikeindonesiaan budaya Indonesia dan Arab oleh pendidik dalam proses mengajar. Hal tersebut dikarenakan materi bahasa Arab yang sulit dipahami belum memenuhi materi yang dibutuhkan siswa. Hal ini perlu diperhatikan bahwa pengenalan budaya Indonesia dalam buku ajar bahasa Arab sangat penting selain kita menghormati dan menjunjung tinggi Negara kita Republik Indonesia, buku ajar juga bertujuan memudahkan pelajar (Indonesia) untuk memahami bahasa Arab dengan budaya mereka masingmasing.

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang budaya seperti yang diteliti oleh Shofiana (2016) yang menjelaskan bahwa muatan budaya pada buku bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XI terbitan Kementrian Agama secaraumum mayoritas berisikan budaya dan dari budaya bahasa buku tersbut mayoritas berisikan budaya Arab. Ada juga penelitian lain yang diteliti oleh Fatma dkk (2020) yang membahas bahwa al-Kitab fi Ta’allum al’Arabiyyah dan al-’Arabiyyah bayna Yadaik mewakili perempuan dan posisi mereka dalam perkawinan dan masyarakat dengan cara multiperspektif.Selain itu juga ada penelitian lain dari Nurhidayati (2019) menjelaskan bahwa buku ajar bahasa Arab berbasis keindonesiaan budaya solo keseluruhan aspek kelayakan buku adalah 84,49 berada pada rentangan 71-85 mencapai skala 3 dengan kategori layak untuk digunakan oleh siswa kelas XI MA.

Buku Siswa pelajaran bahasa Arab untuk kelas XI kurikulum 2013 KMA Nomor 183 yang diterbitkan Kementerian Agama Indonesia menjadi objek kajian penelitian dikarenakan remaja (16-18)tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) yang berpikirnya sudah mengarah sifat hipotesis, abstrak, sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah. Kebijakan yang diambil oleh Kementerian Agama terkait menyediakan buku pelajaran sendiri pada kurikulum 2013 terbaruyang dipakai dalam pembelajaran di lingkup Madrasah menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji dari berbagai pandangan mengingat pentingnya peran dan fungsi buku ajar dalam suatu pembelajaran dan dalam kesempatan ini kajian dilakukan dalam hal muatan keindonesiaan Indonesia. Penelitian ini dilakukan karena masih minim penelitian terkait dengan muatan budaya.Penelitian tentang muatan budaya dalam buku ajar bertujuan memberikan pemahaman tentang keindonesiaan budaya indonesia dalam buku ajar khususnya buku ajar bahasa Arab pada tingkat SMA kelas XI.

Penelitian ini sangat perlu dilakukan karena mengingat siswa atau murid yang mempelajari bahasa arab kurang memahami budaya-budaya Indonesia yang ada didalam buku ajar bahasa. Peserta didik harus lebih mengetahui budayanya sendiri dahulu sebelum mengenal dan memahami budaya-budaya bahasa target (bahasa Arab).

B. Pembahasan

  1. Muatan Budaya dalam Buku Ajar

Definisi budaya banyak diartikan sebagai  sesuatu yang kompleks yang melingkupi kehidupan manusia sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Soerjono Sukanto, dengan mengutip E.B. Taylor, mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah “Kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Dalam kaitan ini budaya sering berkaitan dengan pencapaian dan penciptaan terhadap sebuah karya, baik berupa adat,  kebisaaan, sains, teknologi, seni, agama dan lain sebagainya yang tersimbolkan dalam banyak bentuk. Secara sistematik, unsur-unsur kebudayaan dirumuskan menjadi; system religi dan keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengatahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian, dan system teknologi dan peralatan. Namun secara keseluruhan, budaya adalah produk masyarakat.

Sesuai dengan tujuan untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat dari ruang budaya sasaran Indonesia, maka akses yang dapat digunakan adalah kearifan lokal dengan sumber belajar otentik. Jika kegiatan pembelajaran itu adanya di tatar Sunda, misalnya, maka pintu masuk pertamanya dapat berupa unsur-unsur budaya Sunda yang ada. Di sini bukan berarti bahwa bahan ajar yang digunakan harus berbahasa Sunda, melainkan bahwa di dalam bahan ajar tersebut seyogyanya diakomodir „muatan lokal“ yang dapat menggiring pembelajar ke dalam suasana Sunda.

Teori Prihatini (2015) tentang “konten budaya lokal” sebagai berikut; konten budaya lokal berisikan tindak laku masyarakat lokal sebagaimana nilai adat dan karya-karya lokal seperti: cerita rakyat, bahasa daerah,namadan gelar lokal, tarian tradisional, instrumen musik tradisional dan artefak.

  1. Metode Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian kualitatif menggunakan pendekatan linguistik yang berfokus pada muatankearifan local budaya Indonesia. Sumber data primer dalam penelitian adalah buku bahasa Arabkelas XI Kementerian Agama Republik Indonesia KMA Nomor 183 Tahun 2019Peneliti menggunakan penelitian kepustakaan yang didasarkan atas pencarian literature yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Data dalam penelitian kepustakaan ini didapat dengan cara menggali dan menulusuri jurnal, artikel, akses internet, majalah, buku-buku. Sementara pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang telah dikumpulkan lebih menekankan pada data yang bersifat kualitatif.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan buku ajar bahasa Arab, menafsirkan data yang diperoleh, kemudian mengadakan analisis dan interpretasi terhadap data tersebut. Peneliti memverifikasi pada bagianbagian dari literatur yang dapat dianalisis.

Peneliti menggunakan metode analisis isi untuk tahapan analisis data dalam penelitian ini, karena akan memanfatkan langkah-langkah untuk mengambil kesimpulan dari buku bahasa Arabkelas XI Kementerian Agama Republik Indonesia KMA Nomor 183 Tahun 2019. Hal ini didasarkan pada Weber dan Meleong mengatakan bahwa kajian ini adalah metodologi peneitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untu menarik kesimpulan yang benar dari sebuah buku atau dokumen. Untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi dari adaptasi bahasa budaya Indonesia dalam buku bahasa Arabkelas XI Kementerian Agama Republik Indonesia KMA Nomor 183 Tahun 2019, data nanti akan dirinci, dipilih-pilih, diklasifikasi, dibandingkan kemudian hasilnya akan dicocokkan dengan teori tentang bagaimana seharusnya kondisi unsurunsur tersebut. Data yang sudah terkumpul dengan metode diatas, peneliti kemudian menganalisa data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, tanpa menggunakan anaisis kuantitatif.

Keindonesiaan dengan sumber belajar yang otentik adalah salah satu akses yang dapat digunakan yang bertujuan untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat dari ruang budaya sasaran Indonesia.  Oleh karena itu salah satu unsur yang menjadi sarana untuk mengungkapkan keindonesiaan adalah menggunakan bahasa. Selain itu juga bahasa menjadi media penyebaran yang digunakan untuk menyebarkan keindonesiaan daerah satu ke daerah lain.

Materi yang terdapat dalam buku ajar bahasa Arab Madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 terdiri 6 bab: Bab 1 (الدظى ق), Bab 2 (الصحت), Bab 3 (الظفس), Bab 4 ( الحج والعمسة), Bab 5 (جىنىلىحيا الإعلامىالاجصال), dan Bab 6 (الأدًًان في الإهدوهيظيا).

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, muatan keindonesiaan dalam buku ajar bahasa Arab cetakan Kementerian Agama KMA nomor 183 tahun 2019 yang didalamnya terdapat materi berupa teks yang bertemakan “Masjid Istiqlal”  hanya di temukan di bab 6. Penelititelah menganalisis teks tersebut bahwa ada muatan keindonesiaan budaya Indonesia di dalamnya. Berikut adalah isi dari teks yang membahas tentang hal tersebut.

  1. Unsur-unsur Budaya dalam Buku ajar Bahasa Arab MA Kelas XI Cetakan Kementerian Agama Nomor 183 Tahun 2019.

Peneliti dalam hal ini mendasarkan pembahasan pada teori sebelumya yaitu Koentjaraningrat (2015: 2) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan, yakni : 1) Sistem religi dan upacara, 2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan, 3) sistem pengetahuan, 4) bahasa, 5) kesenian, 6) sistem mata pencaharian hidup, 7) sistem teknologi dan peralatan.

  1. Teks Muatan Keindonesiaan

Gambar 1.Teks Materi Buku Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas XI Kementerian Agama

Nomor 183 Tahun 2019 halaman 91

Gambar 2. Teks Materi Buku Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas XI Kementerian Agama

Nomor 183 Tahun 2019 halaman 114

Berikut ini terjemahan Indonesia dari teks muatan keindonesiaan gambar 2.

Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Jakarta. Masjid ini merupakan masjid nasional kebanggan seluruh kaum muslim Indonesia dan juga terkenal di seluruh alam. Masjid Istiqlal mempunyai halaman yang luas dan beberapa bangunan yang indah. Area masjid Istiqlal mencapai 12 Hektar. Arenya meliputi taman yang besar dan halaman luas yang memuat 800 mobil. Masjid ini terdiri dari 5 lantai, lantai satu fasilitas-fasilitas umum : perpustakaan islam, meja-meja, kantor-kantor dan beberapa kamar mandi. Lantai dua : halaman terbuka yang memuat ratusan ribu jamaah. Masjid ini dihiasi kubah besar dan menara yang tinggi. Masjid dengan bangunan yang indah ini membuat orang yang datang itu takjub dan memberikan rasa aman dan senang.

  1. Sistem Religi dan Upacara Keagamaan

Dalam hal ini materi bab VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsur religi yang mana masjid Istiqlal ini adalah tempat yang digunakan oleh kaum muslim untuk melaksanakan kegiatan ibadah. Selain itu juga masjid Istiqlal ini menjadi tempat untuk melaksanakan kegiatan upacara-upacara keagamaan seperti, pengajian rutin Islam setelah solat, pembacaan Al-Qur’an berjamaah, dan bimbingan pembacaan syahadat untuk orang yang mau Islam.

Gambar diatas menunjukkan bahwa masjid istiqlal merupakan salah satu tempat ibadah yang ada di Indonesia yang digunakan untuk melaksanakan ibadah. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir.Soekarno pada 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich

Silaban(Jannah, 2017).

  1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Sistim organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua yang telah dipelajari yang memungkinkan bagi manusia mengkoordinasikan perilakunya secara efektif dengan tindakantindakan-tindakan orang lain (Syani, 1995).Dalam hal ini materi bab

VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsurorganisasi kemasyarakatan yang mana masjid ini menjadi pedoman dan teladan pengelolaan masjid di Indonesia, sehingga harus menjadi contoh dan model dalam pengelolaan masjid secara nasional. Dalam konsep pengelolaan masjid yang ideal, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga harus mejadi tempat pembinaan umat melalui berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pendidikan untuk pembinaan masyarakat atau umat baik pendidikan formal maupun non formal. Telah diselenggarakan pendidikan formal di Masjid Istiqlal yang terdiri dari jenjang pendidikan: Kelompok bermain dan Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri, terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun wisatawan Muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan salat berjemaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top). Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.

  1. Sistem Pengetahuan

Spradlye (dalam Kalangie, 1994) menyebutkan, bahwa pengetahuan budaya itu bukanlah sesuatu yang bisa kelihatan secara nyata, melainkan tersembunyi dari pandangan, namun memainkan peranan yang sangat penting bagi manusia dalam menentukan perilakunya. Pengetahuan budaya yang diformulasikan dengan beragam ungkapan tradisional itu sekaligus juga merupakan gambaran dari nilai-nilai budaya yang mereka hayati.

Dalam hal ini materi bab VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsur pengetahuan yang manaperpustakaan Islam Istiqlal, walaupun belum bisa mewakili jumlah besarnya koleksi buku seperti perpustakaan-perpustakaan Islam yang besar lainnya, mewakili fungsinya sebagai pusat keilmuan Islam. Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampir di setiap masjidmasjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan.

Berbeda dengan Kubah masjid Istiqlal yang mencerminkan yang terbuat dari stainles steel, kubah Al-Jami’ al-Aqsha yang terletak di Yerussalam ini menunjukkan ciri arsitektur Islam awal. Kubah yang asli dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi sisanya. Bentuk kubah seperti yang ada saat ini awalnya dibangun oleh Ali azhZhahir dan terbuat dari kayu yang disepuh dengan lapisan enamel timah. Pada tahun 1969, kubah dibangun kembali dengan menggunakan beton dan dilapisi dengan aluminium yang dianodisasi sebagai ganti dari bentuk aslinya yaitu lapisan enamel timah yang berusuk. Pada tahun 1983, aluminium yang menutupi bagian luar diganti lagi dengan timah untuk menyesuaikan dengan desain asli Azh-Zhahir.

Kubah Al-Jami’ al-Aqsha adalah salah satu dari sedikit masjid dengan kubah yang dibangun di depan mihrab selama periode Umayyah dan Abbasiyah, contoh lainnya adalah Masjid Umayyah di Damaskus (715) dan Masjid Besar Sousse (850).Interior kubah dicat menurut dekorasi era abad ke-14. Pada kebakaran tahun 1969, cat dekoratif itu rusak dan sempat dianggap sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Namun dengan menggunakan teknik trateggio, yaitu sebuah metode yang menggunakan garis-garis vertikal halus untuk membedakan daerah yang direkonstruksi dengan daerah yang asli, akhirnya dapat diperbaiki kembali dengan sempurna.

  1. Bahasa

Dalam hal ini materi bab VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsurbahasa yang mana bahasa yang dominan digunakan dalam ruang lingkup masjid ini adalah bahasa Indonesia, kemudian Arab setelah itu Inggris.  Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.

Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Koentrajaningrat, 2002). Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.

  1. Kesenian

Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian yang meliputi: seni patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vocal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama (Koentrajaningrat, 2002).Dalam hal ini materi bab VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsurkesenian yang mana masjid ini memiliki seni yang unik dari kubahnya, Dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa’iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M.

  1. Sistem teknologi dan peralatan

Dalam hal ini materi bab VI bahasa Arab madrasah Aliyah kelas XI cetakan Kementerian Agama nomor 183 tahun 2019 mengandung unsurteknologi dan peralatan yang mana masjid ini mempunyai parkiran seluas 2,15 Ha, yang dapat menampung kurang lebih 800 kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang yang ada. Kualitas pengaspalan untuk halaman, parkir dan jalan dibuat dengan methode pengaspalan kelas satu.

Ada sejumlah keunikan yang dimiliki Istiqlal. Sebagai masjid terbesar di Indonesia,Arsitektur Istiqlal terbilang simple dan cukup modern saat dibangun pada eranya ketika itu. Bila pada umumnya sebuah masjid memiliki desain yang menakjubkan pada ruang imam, hal itu justru tidak terlihat pada Istiqlal melainkan pada kubah. Kubah yang terbuat dari stainles steel ini sangat detail. Masjid Istiqlal juga dilengkapi dengan plaza terbuka. Bentuk masjid beserta lanskapnya saat itu belum lazim di Indonesia, karena masjid di Indonesia saat itu masih berbentuk atap tumpang atau kubah tanpa plaza.

Untuk unsur mata pencaharian hidup, peneliti belum menemukan adanya data yang menerangkan tentang keindonesiaan budaya Indonesia dalam unsur tersebut

  1. Nilai-Nilai Sosial Budaya yang Termuat dalamBuku ajar Bahasa Arab MA Kelas XI Cetakan Kementerian Agama Nomor 183 Tahun 2019.

Teori Cheng (2002: 32-33) tentang; Theory of tree/teori pohon yang terfokus pada akar budaya kepada masyarakat global sebagaiman yang diproses pada pengembangan budaya itu sendiri, theory of cristal/teori kristal, Menurut teori ini, desain kurikulum dan pengajaran adalah untuk mengidentifikasi inti kebutuhan dan nilai-nilai lokal sebagai benih mendasar untuk mengakumulasi pengetahuan dan sumber daya global yang relevan untuk pendidikan. Dalam pendidikan global, pemahaman tentang struktur pengetahuan lokal adalah dasar yang diperlukan bagi siswa untuk mengakumulasi pengetahuan dan kebijaksanaan global termasuk didalamnya ada keterkaitan antara budaya dan pembelajaran bahasa. Hasil pendidikan yang diharapkan adalah mengembangkan orang lokal yang tetap orang lokal dengan pengetahuan global dan dapat bertindak secara lokal dan berpikir secara lokal dengan teknik global yang meningkat.

Pada umunya, terdapat banyak hal dan beraneka ragam muatan social-budaya dalam penampilan buku teks tergantung pada kreatifitas penulisnya. Ada beberapa isu sentral yang menjadi focal points dalam penelitian yakni:

  1. Nomenclature (penggunaan nama dan/atau istilah bagi orang, kota dan daerah)
  2. Address terms (sapaan terhadap orang/atau sistem kekerabatan dalam keluarga)
  3. Cultural info (informasi budaya penutur asli yang perlu diketahui oleh pelajar)
  4. Cultural sites (obyek social-budaya)
  5. Socio-cultural tradition (tradisi social-budaya dan teknologi dala bahasa target)
  6. Etiquette (etiket social dan sopan santun dalam bahasa target)

Beberapa buku teks pelajaran bahasa kedua (dan/atau asing) yang telah dimanfaatkan sebagai obyek penelitian ini diseleksi secara acak sesuai dengan ketersedian dan kebutuhan penelitian

  1. Nomenclature:hal ini berkaitan dengan penggunaan nama atau istilah bagi orang, kota dan daerah. Misalnya buku teks pelajaran bahasa Arab MA kelas XI menyajikan muatan social budaya khas Indonesia. Nama-nama orang dalam buku teks itu adalah Fatih, Muhammad, Hasan, Fatimah, Toni (p. 66). Nama daerah dan kota yang dimuat adalah Jakarta, Bali, Pantai kuta (p. 38), Masjid istiqlal (p. 91). Di negeri ini, para penyusun buku teks harus mengikuti kurikulum nasional yang sudah dibuat oleh pihak pemerintah. Oleh sebab itu, mereka akan cenderung membuat buku teks yang sesuai dengan ideology Negara dan menghindari muatan social-budaya asing yang tercemin dalam bahasa target yang diajarkan.
  2. Address terms:menurut teori, sapaan terhadap orang/atau sistem kekerabatan dalam keluarga berkaitan dengan penggunaan pronominal kedua baik tunggal atau jamak tergantung pada bahasa bersangkutan. Misalnya, kata “يَا سيّدي” yang artinya tuanku (p. 21). Kata tersebut dalam sebuah percakapan di buku teks ini digunakan untuk menyapa orang yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Hal ini juga dilakukan oleh orang Indonesia, ketika bertemu dengan orang laki-laki dan menyapanya dengan menggunakan kata “pak”.
  3. Cultural info:menurut teori, informasi budaya penutur asli yang perlu diketahui oleh pelajar adalah bahan pembicaraan yang perlu disajikan dalam buku teks. Misalnya yang ada di buku teks ini sudah gambar bepergian (السفر: p. 38) menampilkan pesawat terbang yang bernuansa Arabdengan pramugari yang berjilbab khas Arab.
  4. Cultural sites: menurut teori, Tempat yang memiliki obyek socialbudaya yang sangat digemari oleh penulis buku teks pelajaran.

Contohnya yang paling mencolok adalah masjid istiqlal di kota Jakarta Negara Indonesia (p. 91) dan pantai kuta kota Bali (p. 38).   

  1. Socio-cultural tradition: menurut teori, tradisi social-budaya dalam bahasa target. seperti contoh (p. 46)

 

طالب  3 : مع الظلامت طالب  9 : الله ٌظلمكOrang pertama mengucapkan Kata “مع الظلامت” yang artinya “sampai jumpa atau semoga keselamatan menyertaimu” kemudian dijawab oleh orang kedua “الله ٌظلمك” yang artinya semoga Allah selalu memberikan keselamatan untukmu. Hal ini sudah menjadi budaya orang Arab yang mana saling mendoakan ketika bertemu maupun berpisah untuk menjaga hubungan satu sama lain.  

  1. Etiquette: menurut teori,etiket social dan sopan santun dalam bahasa target yang ada di buku teks ini misalnya (p. 21)

مىظف المظدشفى : أهلا وطهلا ًا طيدي، أي خرمت ؟ محمد   : أهلا بك، أزٍ د أن أكابل الطبيب.

 

Peryataan tersebut menggambang pata “أي خرمت” yang artinya ada yang bisa saya bantu. hal ini merupakan etika sopan santun dalam bahasa target dari segi budaya Arab maupun Indonesia.

 

C.        SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa muatan keindonesiaan budaya Indonesia yang terdapat di dalam buku bahasa Arab Madrasah Aliyah cetakan Kementrian Agama Republik Indonesia nomor 183 tahun 2019 hanya ditemukan pada bab 6. Unsur-unsur budaya yang  terdapat di dalam buku bahasa Arab Madrasah Aliyah cetakan Kementrian Agama Republik Indonesia nomor 183 tahun 2019 teridentifikasi ada 6yang sesuai dariunsur budaya yaitu, a) sistem religi dan upacara keagamaan, b) sistem dan organisasi kemasyarakatan, c) sistem pengetahuan, d)  kesenian, dan e) Sistem teknologi dan peralatan.

DAFTAR PUSTAKA

AlAqsa Mosque Restoration Archnet Digital Library.

Arifah, Fatma dkk, Cultural Values Of Women And Marriage In Al-Arabiyyah Bayna Yadaik and Al-Kitab Fi Ta’allum Al-Arabiyyah, Arabi: Journal of Arabic Studies, 5 (1), 2020, 11-24

Elad, Amikam. 1995. Medieval Jerusalem and Islamic Worship Holy Places, Ceremonies, Pilgrimage BRILL.

Elayyan, Ribhi Mustafa. 1990. “The history of the Arabic-Islamic Libraries: 7th to 14th Centuries”. International Library Review. 22 (2): 119– 135. doi:10.1016/00207837(90)900147.

Gonen, Rivka. 2003 Contested Holiness KTAV Publishing House.

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Marfai, Muh Aris. 2013. Pengantar Etika Lingkungan dan Keindonesiaan. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Moleong, Lexy. J. 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Nurhidayati, Laily. Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab Berbasis Keindonesiaan Budaya Solo Untuk Siswa Kelas XI MA Di Kota Solo, Skripsi, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, (Semarang: 2019)

Olajide, Stephen Billy. 2010. ‚A Critical Assessment of the Cultural Content of Two Primary English Textbooks Used in Nigeria‛, Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 5, 656-661.

Orr, Make. 2014. Ideology for second Language Teachers, Arab WorldEnglish

Journal, Vol. 5, No. 4, 3-13.

Purwoko, Herudjati, “Muatan Sosial-Budaya dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Asing” Parole, Vol. 1, Oktober 2010.

Shofiana, Laila. Muatan Budaya Dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Arab Untuk Siswa Madrasah Aliyah Kelas XI Kurikulum 2013 Terbitan Kementrian Agama,

Tesis. Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga(Yogyakarta: 2016)

Sorongan, dkk, “An Analysis of Local and target Culture Integration in English

Textbooks” LINGUA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol.15, No.1, Desember 2014, 29-34.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta).

Yusari, Nur Indah. 2012. “Konsep Privasi Masalah Lintas Budaya Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing”.Prosiding Seminar Internasional Multikultural & Globalisasi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Jurnal 2.

Lisanan Arabiya : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab

P-ISSN 2550-0430 (Print), E-ISSN 2623-2588 (Online)

 Received    : 14-11-2020 Accepted   : 04-12-2020
 Published   : 11-12-2020 Doi            : 10.32699/liar.v4i2.1495

                                                                                   

 

Penggunaan  Media Pembelajaran Spinning Wheel dalam Pembelajaran Qawaid Nahwu

Nisa Fahmi Huda

Prodi Pendidikan Bahasa Arab

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta nisafahmi22@gmail.com

Abstract

In fact, in the field, there are still many beginner level santriwati, especially in grade VII at the Darul Qur’an Wal Irsyad Islamic Boarding School, who still have difficulty learning qawaid nahwu. This is because the delivery of material is not communicative, the methods of teaching are still inaccurate, and there is a lack of continuous training. The Spinning Wheel media is considered very suitable for achieving qawaid nahwu learning objectives, namely by describing the text then followed by examples and finally explaining the rules. Media my dream wheel is used to support questions and exercises for students so that students don’t feel bored. This study aims to determine the effectiveness of the use of the spinning wheel media in learning Arabic, especially qawaid nahwu The methods of collecting data are observation, interviews with student and teacher, tests, and documentation. The approach used is quantitative. The result of this research is that effectiviness of the spnning wheel media can improve the qawaid nahwu learning process in the seventh grade training of students of the Darul Qur’an Wal Islamic Boarding School.

Keywords: Learning, Qawaid Nahwu, abstract, Spinning Wheel Media

A.  Pendahuluan

Sebagai bahasa Agama Islam, bahasa Arab sangat penting dipelajari, khususnya oleh umat Islam. Mempelajarai bahasa Arab sesungguhnya cukup dengan mempelajari empat keteampilan berbahasa (al-maharah allughawiyah). Akan tetapi selain keempat keterampilan tersebut ada juga beberapa unsur yang perlu kita perhatikan kaidahnya. Terutama dalam ilmu bahasa Arab, kaidah nahwu ini menjadi unsur yang penting untuk dipelajari.[1]  Sebagai salah satu ilmu pokok dalam bahasa Arab, ilmu nahwu tidak dapat diabaikan karena tanpa ilmu nahwu, bahasa Arab akan menjadi kacau-balau dan susunan kata serta kalimatnya akan tidak teratur. Karena itu, dalam mempelajari bahasa Arab, ilmu nahwu penting untuk diketahui.

Ada kesan bahwa qawaid nahwu termasuk ilmu yang susah dimengerti apalagi untuk siswa pemula yang baru saja mengenal materi qawaid nahwu, padahal banyak metode, cara atau media yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan pada siswa terutama siswa tingkat pemula. Kesan umum yang sering terdengar dari pembelajar bahasa Arab adalah bahwa mempelajari bahasa Arab itu sulit dan bosan untuk dipelajari. Dimana bahasa Arab dianggap sebagai “momok” yang menakutkan, siswa menjadi tak acuh terhadap bahasa Arab, minim akan minat belajar dan kemudian membuat banyak orang tidak simpatik belajar bahasa Arab.

Dalam sistem pendidikan, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan perlu juga dibantu media agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan berhasil. Penyajian materi pembelajaran pada pokok bahasan dengan menngunakan metode dan media yang tepat akan membangkitkan gairah siswa dan mampu menarik minat siswa untuk mempelajari materi yang disajikan. [2]

Dari pengamatan penulis sesuai dengan fakta yang ada di lapangan setingkat pesantren, ada beberapa faktor mengapa masih banyak santriwati tingkat pemula khususnya pada kelas VII di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta yang merasakan sulit dalam mempelajari qawaid nahwu. Hal ini dikarenakan penyampaian materi yang kurang komunikatif atau tidak bervariasi, metode atau cara dalam mengajar dirasa masih kurang tepat, kurangnya pemberian latihan secara berkelanjutan seperti mengubah kalimat-kalimat fi’liyyah menjadi ismiyyah, membuat contoh-contoh dasar, dan juga media belajar, bahan ajar, dan buku-buku Qawaid terkesan sedikit membosankan dengan tulisan yang tidak terlalu besar, tidak adanya ilustrasi gambar ataupun warna, dan kurang menarik. Inilah yang menurunkan minat santriwati untuk mempelajarinya. Tidak hanya peran guru dan metode belajar saja, tetapi Peran media juga sangat penting dalam mencapai proses suatu pembelajaran. Jika media yang digunakan hanya bahan ajar berupa buku, akan terlihat monoton, akan menurunkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan ini bisa terjadi pembelajaran yang tidak berhasil.

Oleh karena itu media merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran dalam meningkatkan belajar siswa. Media Spinning Wheel dirasa sangat cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran qawaid nahwu, yaitu dengan pemaparan teks kemudian disusul dengan contoh-contoh dan terakhir menjelaskan kaidah-kaidah. Media my dream wheel digunakan untuk menunjang soal dan latihanlatihan  kepada siswa agar siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pentingnya pembelajaran materi qawaid nahwu, dan fakta di lapangan yang menunjukkan kendala dalam pembelajaran qawaid nahwu, penulis ingin meneliti peningkakatan evektifitas penggunaan media pembelajaran dengan media spinning wheel dalam pembelajaran bahasa Arab pada qawaid nahwu.

Pembelajaran Qawaid Nahwu

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa. [3]

Qawa’id merupakan jama’ dari kata kaidah yang berarti aturan, undang-undang.[4]  Jadi Qawa’id adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang digunakan dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qawa’id ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf.

Sedangkan ilmu nahwu secara bahasa adalah الطريـق و الجهـة (jalan dan arah). Akan tetapi menurut istilah, ilmu yang membahas tetang keadaan akhir suatu kalimat dari segi i’rab (perubahan bunyi akhir kata) dan bina’ (ketetapan bunyinya).

النحو: قواعد يعرف بها أحوال الكلمات العربيّة إعرابا وبناء

“Nahwu adalah aturan-aturan yang dapat mengenal kata-kata bahasa Arab, baik secara i’rab maupun bina’).”  [5]

Kata nahwu itu sendiri konon berasal dari ucapan Khalifah Ali ra. ketika menyuruh Abu Aswad al-Duali untuk mencari dan meng-I’rab, kemudian ia memujianya dengan mengatakan kepada Abu al-Aswad:

َ (alangkah indahnya nahwu yang engkau !مــا أحســن هــذا النّحــو الــذي قــد نحــوت

contohkan!)

Adapun tujuan dan faedah belajar ilmu qawaid nahwu diantaranya sebagai berikut:

  1. Mencegah ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari kekeliruan, membiasakan berbahasa dengan benar, ini semua adalah tujuan utama dari tujuan pembelajaran ilmu nahwu.
  2. Membantu memahami perkataan secara benar dengan mengerti makna dengan tepat dan cepat.
  3. Menajamkan akal, mengasah perasaan, menambah perbendaharaan kosakata bagi para siswa.
  4. Agar siswa memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-kaidah nahwu di dalam menggunakan kalimat yang berbeda-beda. Maka hasil yang dapat diperoleh dari pembelajaran nahwu adalah siswa semakin mantap dalam mempraktekan kaidah-kaidah nahwu dalam struktur kalimat yang dipergunakan dalam kehidupan serta bermanfaat untuk memahami kesasasteraan.
  5. Membantu para pelajar untuk memahami ungkapan-ungkapan bahasa Arab sehingga mempercepat pemahaman terhadap maksud pembicaraan dalam bahasa Arab.

Metode yang diterapkan dalam pembelajaran qawaid nahwu.

Metode Aktivitas (At-Thariqah Al-Nasyath)

Mula-mula tenaga pendidik meminta peserta didik untuk mengumpulkan kalimat dan struktur yang mengandung konsep qawa’id nahwu yang hendak diajarkan, kalimat-kalimat ini diambil dari berbagai media baik buku, koran, atau majalah, setelah itu guru menarik kesimpulan untuk kaidah nahwu itu, lalu menuliskannya.

Metode Problem (At-Ttariqah Al-Musykilat)

Tenaga pendidik pada mulanya melontarkan satu persoalan nahwu atau sharaf di hadapan para peserta didik yang solusinya akan ditemukan melalui kaidah baru. Aplikasinya, guru melontarkan kalimat yang salah, kemudian menawarkan kepada peserta didik apakah kalimat itu benar atau salah? Jika salah, mengapa salah? Lalu peserta didik diminta untuk mengoreksi kalimat yang salah itu sehingga menemukan kalimat yang benar, lalu ditarik kesimpulan/kaidah.

Metode Deduktif (At-Thariqah Al Qiyasiyyah)

Metode ini terkadang disebut metode kaidah lalu contoh, metode ini merupakan  metode tertua diterapkan dalam pengajaran ilmu nahwu. Walaupun metode ini adalah yang tertua, namun hingga sekarang masih banyak dipakai di berbagai yayasan pendidikan baik di Arab maupun di Indonesia, khususnya pesantren. Metode deduktif adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan. [6]

Metode Induktif (At-Thariqah Istiqraiyyah)

Metode induktif adalah metode yang mengacu penyajian contohcontoh, kemudain dari contoh-contoh tersebut ditarik kesimpulan kaidahnya. Dalam proses belajar mengajar metode ini dimulai dari pemaparan teks, diberikan contoh-contoh, disusul dengan penjelasan kaidah nahwu, lalu memperbanyak latihan-latihan soal yang dimulai dari bahagian dasar.

Para pendukung metode ini berbandangan bahwa metode semacam ini adalah metode yang alami karena para pelajar melalui contoh-contoh, dapat untuk mencapai suatu ilmu, menyingkap ketidak tahuan, memberikan pencerahan pada yang tidak jelas dengan cara mengenal unsure-unsurnya, mengumpulkan kosakata dan menggabungkan sesuatu dengan sejenisnya, hal ini dilakukan secara bertahap hingga sampai pada suatu rumusan kaidah yang baik dan benar. [7]

Berikut ini adalah teknik qawaid nahwu dengan menggunakan metode induktif.

  1. Guru menerangkan dan menjelaskan teks-teks bacaan tersebut dan mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada materi nahwu dan menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan tersebut.
  2. Hendaknya para siswa banyak aktif mencari untuk mendapatkan rumusan kaidah setelah mendiskusikan dan menghubungkan contohcontoh yang tersedia. Diharapkan siswa juga aktif mengajukan pertanyaan pada guru agar dapat menyelesaikan materi yang telah diberikan.

Contoh penerapan pembelajaran qawaid menggunakan metode induktif yang dirasa tepat digunakan pada guru dalam mengajar tidak lepas dengan pendekatan linguistik: [8]

Contoh aspek kebahasaan :

Makanan                          Makan           Pemakan

kata benda                        kata kerja            pelaku

object                            verb                subyek

فاعل                                             فعل                                                                  إسم

saya                                        sedang makan                              nasi

subyek                 predikat                     obyek

مفعول                                                       فعل                                                فاعل

Media Spinning Wheel

Media Spinning Wheel adalah sebuah media yang dapat membantu siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran dengan mengerjakan soal-soal latihan materi qawaid nahwu.

Paul Ginnis menjelaskan bahwa media Spinning Wheel merupakan media permainan dengan keunggulan yang menantang, yang mendorong siswa untuk ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan atau soal dari roda yang diputar.[9] Hal senada yang dinyatakan juga oleh Jhon Dabell bahwa media spinning wheel merupakan media yang menekankan pada aktivitas yang mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan visualisasi mereka dalam menjawab soal dan spinning wheel ini dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam jumlah besar. [10]

Berdasarkan pendapat paparan di atas, dapat dipahami bahwa media spinning wheel merupakan media yang mendorong siswa untuk ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan yaitu berupa soal-soal latihan dalam pembelajaran qawaid nahwu yang telah disajikan oleh guru.

Media spinning wheel ini memiliki 10 juring. Pada setiap juring terdapat kartu pertanyaan yang telah dibuat oleh guru. Guru atau siswa dapat memutar media spinning wheel dan bagian juring yang didapat siswa dapat diperoleh dari bagian yang berhenti pada jarum penunjuk setelah diputar. Siswa diminta membuka kartu pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut, jika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru akan memberikan skor penilaian 10, apabila jawaban kurang tepat maka guru akan memberikan skor setengahnya, tetapi jika jawaban tidak ada yang benar maka skor yang diberikan 0.

Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran menggunakan Media Spinning Wheel

Tabel 1 . Desain Media My Dream Wheel

Media My Dream Wheel/ Roda

Putar

Kartu Instrumen qawaid nahwu
Contoh instrume pada kartu 1.     Sebutkan jenis-jenis fi’l

2.     Apa yang disebut dengan fi’il madhi

3.     Jelaskan kaidah fi’il amr ?

4.     Jika dalam bahasa indonesia kata “muhammad” adalah subyej, maka dalam bahasa arab disebut apakah ?

5.     Buatlah kalimat pada gambar di bawah ini dan tentukan kaidah nahwu nya!

Keunggulan dan kelemahan media spinning whell:

  1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.
  2. Melatih siswa untuk bekerja sama.
  3. Melatih pemahaman siswa dalam menjawab soal-soal latihan, sehingga memicu meningkatnya minat dan hasil belajar siswa.
  4. Merupakan permainan dengan keunggulan yang menantang, seperti banyak game show di TV. Jenis media ini familiar dan membangkitkan semangat bagi sebagian siswa.
  5. Dapat dijadikan persiapan ujian dengan sangat bagus.

Kelemahan media spinning wheel:

  1. Untuk siswa yang malas tujuan dari media pembelajaran ini tidak dapat tercapai.
  2. Memerlukan pengaturan waktu yang cukup. [11]

B.  Metode Penelitian

Jenis Penelitian penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunakan pendekatan kuantitaif. Jenis yang digunakan dalam penelitian menggunakan quasi eksperimental one group pretest posttest. penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan dalam satu kelompok saja. Melaksanakan pretest terlebih dahulu kemudia diberi perlakukan lalu setelahnya melakukan posttest untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh siswa meningkat atau tidak. Dengan demikian teknik dengan menggunakan penelitian eksperimen ini dapat dikatakan sebagai teknik penelitian yang bisa digunakan untuk mencari hasil setelah menggunakan perlakuan itu dapat meningkat atau tidak.

Popolasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah santriwati kelas VII Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad yang merupakan sumber data primer berjumlah  28 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dari satu kelas darim seluruh populasi yang dipilih secara random. Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan yang dianggap dapat mewakili populasi dalam penelitian ini.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design, yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan untuk satu kelompok saja. Design penelitian ini diukur dengan menggunakan pretest yang dilakukan sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah dilakukan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat dilihat secara akurat. Skema one group pretest-posttest design ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 2. Skema one group pretest-posttest design

Pretest Treatment Posttest
T X T

1                                                2

T1                 : Tes awal (pretest) dilakukan sebelum perlakuan

X  : Perlakuan (Treatment) yang diberikan kepada santriwati

T2    : tes akhir (posttest) Setelah dilakukan perlakuan

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

  1. Observasi

Observasi ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di lapangan yaitu di dalam kelas yang dilakukan oleh guru dan santriwati kelas VII Pondok Darul Qur’an Wal Irsyad.

  1. Wawancara

Wawancara diperlukan untuk mengetahui proses pembelajaran qawaid nahwu yang dialami oleh guru dan santriwati, media dan metode yang digunakan beserta kendala-kendalanya, serta respon siswa saat menggunakan media spinning wheel pada pembelajaran qawaid nahwu.

  1. Tes

Tes dilakukan untuk menguji peningkatan pembelajaran qawaid nahwu pada latihan soal pada materi yang telah diajarkan guru. Tes dalam penelitian ini adalah menggunakan pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum untuk mengetahui pembelajaran qawaid nahwu sebelum menggunakan perlakuan dan posttest untuk mengatahui sejauh mana peningkatan pembelajaran qawaid nahwu.

  1. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran menggunakan media foto.

C.  Hasil dan Pembahasan

Sebagai sekolah yang bersistem Pondok Pesantren, rasanya bukan hal yang tidak mungkin menetapkan pembelajaran bahasa Arab. Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad telah berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad di kelas-kelas menggunakan metode (Qawa’id wa Tarjamah). Sebenarnya tidak salah jika metode gramatika terjemah (Qawa’id wa Tarjamah) dalam pembelajaran bahasa Arab, akan tetapi penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut dinilai belum efektif karena guru mengartikan ke bahasa Indonesia dan siswa cenderung tidak aktif. Hal ini dapat dicerminkan dari hasil observasi penulis yang melihat pembelajaran tidak efektif, banyak siswa yang tidak memperdulikan guru ketika menerangkan, metode yang diajarkan dirasa kurang tepat, media yang kurang variatif, sehingga pembelajaran sering disampaikan secara lisan tanpa ada media pendukung yang dapat menarik siswa saat guru menjelaskan materi.

Pembelajaran bahasa Arab sesungguhnya sangat menghendaki keterlibatan antara guru dan siswa secara langsung. Oleh karena itu, hendaknya diterapkan media pembelajaran interaktif yakni media pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Media pembelajaran spinning wheel ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada siswa mengenai pengetahuan materi-materi qawaid nahwu, sekaligus menghadapakan siswa pada sejumlah masalah untuk dipecahkan secara bersama-sama, dan dapat merangsang daya pikir termasuk meningkatkan konsentrasi dalam memecahkan masalah atau soal.

Data yang terkumpul menurut urutan permasalahan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang penulis rumuskan. Data akan diungkap dalam bentuk uraian dan penjelasan permasalahan yaitu kegiatan pembelajaran qawaid nahwu dan latihan yang terdiri dari tahap pretest, pemberian treatment dan posttest.

Sebelum menggunakan media Spining Wheel, hasil pembelajaran qawaid nahwu santriwati kelas VII Pondok Pesantren Darul Qur’an sebagai berikut:

Tabel 2. Data hasil tes awal

No Nama Pretest Posttest
1. Hidatatun Nik’mah 58 78
2. Fitria Rahmadani Putri 56 70
3. Nindia Hasanah Mubarok 78 81
4. Hafidzah Nur Al-Kindi 56 78
5. Nevana Salsabilla Rahma 65 78
6. Rifka Sa’adatul Maghfiroh 68 78
7. Widia Isnani 70 90
8. Izora Arkana Isnaini 68 87
9. Anita Novitasari 68 85
10. Zuhrotul Aini 68 85
11. Iftitah Ainur Rizka 50 78
12. Khoirulia Nur Safitri 56 80
13. Faizatun Ni’mah 70 95
14. Anisa Fatihatu sholihah 56 87
15. Rizka Amalia Yahya 70 95
16. Oktaviana Deva 75 85
17. Putri Febiola 75 90
18. Winda Novianti 68 90
19. Lailatul Husna 68 78
20. Vina Maghfirah Husada 60 85
21. Irma Maftuhah 68 95
22. Nurul Laili Ahmada 60 80
23. Fina Laelatul Barokah 58 75
24. Husna Nailul Muna 60 85
25. Alvita Nadira Hasanah 50 75
26. Firda Zakiyyatun Hasanah 60 85
27. Nurul Isnaini 68 90
28. Nurlita Cahyaningsih Astuti 50 78
29. Annisa Fatihati Muslihah 70 95
30. Aghnia Aisya Bahira 56 75
Jumlah 1.903 2.506
Rata-rata 63.43 83.53

Berdasarkan tabel di atas telah meunjukkan bahwa data nilai pretest dan posttest dapat dilihat peningkatan rata-rata nilai pretest dan posttest yaitu 63.43 menjadi 83.53. dari nilai rata-rata tersebut dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 20.1%. dari data di atas nilai hasil pembelajaran qawaid nahwu mengalami peningkatan secara signifikan.

Adapun rincian dari persyaratan pengujian analisis data akan dijelaskan sebagai berikut:

  1. Uji Normalitas nilai Pretest dan posttest

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi sampel. Nilai yang digunakan untuk menguji normalitas adalah diambil dari nilai pretest dan posttest. Data daptidak normal dikatakan normal jika nilai signifikansi (sig) > 0.05 dan tidak normal jika nilai signifikansi (sig) < 0.05. berikut tabel output uji normalitas srebagai berikut:

Tabel 3. Hasil normalitas data pretest posttest

Tests of Normality

Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
pretest .931 30 .052
posttest .950 30 .165

Berdasarkan uji normalitas menggunakan rumus saphiro wilk. Dari tabel di tas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi di atas masing-masing pada pretest dan posttest memiliki nilai sig > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa nilai pretest dan posttest adalah normal.

  1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada suatu data untuk mengetahui apakah sampel yang dipakai pada penelitian diperoleh dari populasi yang bervarian homogen ataukah tidak. Untuk menguji homogenitas populasi penelitian dengan asumsi pengambilan keputusan data akan homogen jika nilai signifikansi > 0.05 dan tidak homogen jika nilai signifikansi < 0.05.

Tabel 4. Hasil uji homogenitas pretest dan posttest

Test of Homogeneity of Variances

Hasil belajar Qawaid Nahwu

Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.155 1 58 .287

Uji homogen di atas meggunakan one way anova. Berdasarkan data sail ouput pretest dan posttest kelas VII menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.287 > 0.05. hal ini menunjukkan bahwa nilai homogen dan menunjukkan nilai yang signifikan. Artinya variansi nilai pretest dan posttest kelas VII keduanya homogen.

  1. Uji Independent t Test

Pengambilan keputusan dalam uji independent t Test ini adalah jika nilai t hitung > t tabel atau sig. (2 tailed) maka Ho ditolak. Tetapi jika t hitung < t tabel atau sig. (2 tailed), maka Ha diterima.

Tabel 5. Hasil Uji Independent t Test Pretest-Posttest

Test of Homogeneity of Variances

Hasil belajar Qawaid Nahwu

Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.155 1 58 .287

Tabel 6. Hasil Uji Independent t Test Pretest-Posttest sig. 2 tailed

Independent Samples Test

Levene’s Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means
 

 

F Sig. t df Sig.

(2tailed)

Mean

Differen ce

Std.

Error

Differe nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper
Hasil        Equal belajar variances Qawaid assumed 1.155 .287 -10.609 58 .000 -20.100 1.895 -23.892 -16.308
Nahwu Equal variances not assumed -10.609 57.206 .000 -20.100 1.895 -23.894 -16.306

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pretest dan posttest kelas VII memiliki nilai yang signifikan. Dengan taraf signifikansi

0.000 < 0.05 sehingga data dapat dikatan signifikan.

D.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta pada santriwati kelas VII tahun pelajaran 2020/2021 maka telah diperoleh data sebagai berikut:

  1. Penggunaan media spinning wheel dapat meningkatkan dalam pembelajaran qawaid nahwu bagi santriwati kelas VII di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penilaian antara tes awal dan tes akhir terdapat peningkatan yang signifikan. Pada pretest siswa mendapat rata-rata nilai 63.43 sedangkan setelah dilakukan pretest yaitu melakukan posttest siswa mengalami peningkatan dengan mendapat nilai rata-rata 83.53
  2. Terdapat perbedaan nilai yang signifikan terhadap pembelajaran qawaid nahwu dan latihan soal sebelum menggunakan media spinning wheel dan sesudah menggunakan media spinning wheel bagi santriwati kelas VII Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. hasil akhir ditunjukkan dengan uji independent t test yang memiliki nilai sigifikansi 0.000 < 0.05 dengan dsasar keputusan Ha diterima.
  3. Maka dapat disimpulkan bahwa media spinning wheel dapat meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar qawaid nahwu santriwati kelas VII Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta sebesar 20.1%.

Daftar Pustaka

Dabell, John. Aktivitas Permainan dan Ide Praktis Belajar Matematika,

Jakarta: Erlangga, 2009, hlm. 329. 2009 ed. Jakarta: Erlangga, t.t.

Ginnis, Paul. Trik dan Taktik Mengajar, Jakarta, PT Indexs, 2008, hlm. 190. 2008 ed. Jakarta, PT Index.

Hakim, Arif Rahman. “Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu Pada Abad 20.” Jurnal Al Maqayis 1, no. 1 (2 September 2014).

Hasanuddin, Muhammad Irfan. “Ta’lim Fi’il Amr min Khilal Kitab Muqarrar al-Lugah al-’Arabiyyah fi al-Fashl al-Tsamin fi al-Madrasah al-Tsanwiyah Batu Sitanduk fi Manthiqah Walenran al-Syimaliyyah Mudiriyyh Luwu (dirasah sharfiyyah thatbiqiyyah).” AL IBRAH: Journal of Arabic Languange Education 1, no. 1 (25 Juli 2018).

Muassomah, Muassomah, dan Ma’rifatul Munjiah. “Learning Qawaid Through Language Game Adlif Kalimatan for Students of Arabic Language and Literature at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.” ALSINATUNA 5, no. 1 (15 Mei 2020): 58–71.

Muhaimin, Munawaroh. Panduan Praktis Membaca Kitab Kuning Navasi (nahwu Inovasi) Teori & Praktek Jilid I. 2019 ed. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendikia Indonesia, t.t.

Rahman, Anwar Abd. “Sejarah Ilmu Nahwu Dan Perkembangannya.” Jurnal Adabiyah 10, no. 1 (11 Juni 2010): 98–109.

Rappe, Rappe. “Hal-Ihwal Jumlah Ismiyah Dalam Bahasa Arab.” Shaut al Arabiyyah 6, no. 1 (24 Agustus 2018): 1.

Rasyidi, Zam Zam. “Pembelajaran Qawaid: Perspektif Teori Kognitif pada

Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Kalimantan Selatan.” AlTa’rib : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Palangka Raya 8, no. 1 (24 Juni 2020): 103–16.

Razin, Abu, Umu. Ilmu Nahwu Untuk Pemula. 2014 ed. Pustaka Bisa, t.t.

Ridlo, Ubaid. “Model Pembelajaran Bahasa Arab Materi Al-Qawa’id alNahwiyyah.” Al-Ma‘rifah: Jurnal Budaya, Bahasa, Dan Sastra Arab 12, no. 2 (2 Oktober 2015): 46–57.

Sa’adah, Neli, dan Khasan Aedi. “PENGARUH METODE DEDUKTIF

DENGAN   MENGGUNAKAN     MEDIA            KARTU            DALAM

MEMAHAMI ‘JUMLAH FI’LIYAH’ (Ma’had Al-Jami’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon).” EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 7, no. 2 (19 November 2018): 98–114.

Sadat, Anwar. “LINGKUNGA BAHASA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (Ikhtiar Membangun

Pembelajaran Yang Efektif Dan Produktif).” AL-AF’IDAH: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Pengajarannya 1, no. 1 (15 September 2017): 4–29.

Sehri, Ahmad. “METODE PENGAJARAN NAHWU DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB.” HUNAFA: Jurnal Studia

Islamika 7, no. 1 (15 Juni 2010): 47–60.

Setyawan, Cahya Edi. “PEMBELAJARAN QAWAID BAHASA ARAB

MENGGUNAKAN METODE INDUKTIF BERBASIS ISTILAH-

ISTILAH LINGUISTIK.” Journal Al-Manar 4, no. 2 (1 Desember 2015).

[1] if Rahman Hakim, “Mempermudah Pembelajaran Ilmu Nahwu Pada Abad 20,” Jurnal Al Maqayis 1, no. 1 (2 September 2014).

[2] Anwar Sadat, “LINGKUNGA BAHASA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB (Ikhtiar Membangun Pembelajaran Yang Efektif Dan Produktif),” ALAF’IDAH: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Pengajarannya 1, no. 1 (15 September 2017): 4–29.

[3] Cahya Edi Setyawan, “PEMBELAJARAN QAWAID BAHASA ARAB MENGGUNAKAN METODE INDUKTIF BERBASIS ISTILAH-ISTILAH

LINGUISTIK,” Journal Al-Manar 4, no. 2 (1 Desember 2015).

[4] Zam Zam Rasyidi, “Pembelajaran Qawaid: Perspektif Teori Kognitif pada Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Kalimantan Selatan,” Al-Ta’rib : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Palangka Raya 8, no. 1 (24 Juni 2020): 103–16.

[5] Ahmad Sehri, “METODE PENGAJARAN NAHWU DALAM PENGAJARAN

BAHASA ARAB,” HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 7, no. 1 (15 Juni 2010): 47–60.

[6] Neli Sa’adah dan Khasan Aedi, “PENGARUH METODE DEDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DALAM MEMAHAMI ‘JUMLAH FI’LIYAH’

(Ma’had Al-Jami’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon),” EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 7, no. 2 (19 November 2018): 98–114.

[7] Muassomah Muassomah dan Ma’rifatul Munjiah, “Learning Qawaid Through Language Game Adlif Kalimatan for Students of Arabic Language and Literature at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,” ALSINATUNA 5, no. 1 (15 Mei 2020): 58–71.

[8] Ubaid Ridlo, “Model Pembelajaran Bahasa Arab Materi Al-Qawa’id alNahwiyyah,” Al-Ma‘rifah: Jurnal Budaya, Bahasa, Dan Sastra Arab 12, no. 2 (2 Oktober 2015): 46–57.

[9] Paul Ginnis, Trik dan Taktik Mengajar, Jakarta, PT Indexs, 2008, hlm. 190, 2008 ed. (Jakarta, PT Index).

[10]   John Dabell, Aktivitas Permainan dan Ide Praktis Belajar Matematika, Jakarta: Erlangga, 2009, hlm. 329, 2009 ed. (Jakarta: Erlangga, t.t.), hlm 329.

[11]  John Dabell, Aktivitas Permainan…, hlm 329.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *